Media sosial baru-baru ini ramai memberitakan anak Gen Z yang tak mampu membeli rumah akibat harga yang terus melonjak. Mereka lebih suka kontrak/sewa rumah/apartemen daripada membeli rumah secara kredit pemilikan rumah (KPR). Bagaimana tidak, harga cicilan KPR akan membengkak, bahkan dua kali lipat dari harga awal yang disepakati. Alasan jangan membeli rumah KPR harus kalian ketahui sebagai pandangan sebelum memutuskan.
Keuntungan Membeli Rumah KPR
Contents
Banyak alasan untuk menyegerakan segera membeli rumah, bahkan dengan KPR atau tunai keras (cash). Namun untuk cash, butuh waktu tahunan untuk mengumpulkannya.
Kecuali, kalian mendapatkan warisan atau pinjaman lunak dari orang tua atau mertua. Jadi nggak akan kena kendala untuk mendapatkan rumah secara tunai.
Namun bagi yang harus mengatur pengeluaran, apalagi sudah berkeluarga dan punya anak, membeli rumah dengan cara KPR lebih masuk akal. Meski harus menerima harga akhir sebuah rumah akan melonjak bahkan bisa dua kali lipat dari harga awal.
Ada yang pernah menghitung. Harga rumah sekitar Rp 800 juta. Uang muka (down payment/DP) sekitar 10 persen atau Rp 80 juta. Dengan skema KPR 20 tahun harus mengeluarkan dana Rp 1,8 miliar. Itu dari perbankan syariah loh.
Pembayaran Cicilan Terjangkau Hingga Lunas
Banyak masyarakat menyarankan membeli rumah secara KPR. Alasannya, harga cicilan lebih terjangkau. Cek juga cara menjual rumah KPR dengan cepat.
Kita dapat menyesuaikan pembayaran cicilan berdasarkan besaran pendapatan. Misal, berdasarkan perencanaan keuangan, pembayaran cicilan utang tidak boleh lebih dari 30 persen penghasilan. Alasannya, agar tidak mengganggu pos pengeluaran lainnya, apalagi untuk kebutuhan pokok.
Solusinya, kita bisa hidup serba hemat asal cicilan ke bank dapat tertutupi. Syukur kalau bisa menyisihkan 40 persen penghasilan untuk bayar cicilan. Itu pun kalau tidak memberatkan ya. Kan niatnya pengen cepat lunas gitu.
Tenor Lebih Panjang
Temanku dulu membeli rumah di kawasan Bogor (entah lupa persis lokasinya) sekitar tahun 2017. Ia dapat harga Rp 100 juta untuk ukuran 72 meter persegi. Harga tersebut lumayan terjangkau karena rata-rata menjual Rp 150 juta dengan ukuran 36 meter persegi.
Namun lokasinya agak pelosok banget sih. Butuh waktu 1,5 jam dari Stasiun Bogor. Itu pun hanya memakai sepeda motor, bukan kendaraan umum. Kalau pake kendaraan umum pasti lebih lama lagi tuh.
Ia sudah memberikan uang muka (down payment/DP) sekitar Rp 20 juta. Selain itu, temanku ini meminjam dana bank untuk KPR dengan cicilan sekitar Rp 300 ribu serta jangka waktu 20 tahun. Ngga berat kan jadinya.
Memiliki Rumah Sendiri
Ada yang bilang, lebih baik memiliki rumah sendiri daripada kontrak atau sewa. Capek kerjaan akan terasa lebih tenang dan hidup berasa punya tujuan kalau memiliki rumah sendiri.
Uang yang kita setorkan ke bank sebagai cicilan KPR terasa lebih ringan. Pendapatan dari kerjaan pun tak akan terhamburkan karena sudah otomatis terpotong untuk bayar cicilan.
Dampaknya, kita mendapatkan rumah idaman yang bisa kita tempati, entah masih sendiri atau sudah keluarga. Kalau sudah berkeluarga sih emang lebih enak memiliki rumah sendiri. Kita bisa membeli rumah meski gaji rendah.
Alasan Jangan Membeli Rumah KPR
Sebelum memutuskan untuk membeli KPR, cek dulu yang harus kalian perhatikan sebelum membeli rumah. Banyak cerita sedih, baik yang temanku alami atau bahkan dari diriku sendiri.
Bangunan Jelek, Seragam Dengan Tetangga
Sudah menjadi hal lumrah, alasan jangan membeli rumah KPR akan mendapatkan bentuk rumah yang seragam dengan tetangga. Kalau ingin mengubah, rumah harus lunas dulu. Atau harus seizin pengembang. Beberapa pengembang kadang tidak membolehkan pengubahan struktur bangunan rumah jika KPR belum lunas.
Temanku dulu membeli rumah di kawasan Sudimara, Tangerang Selatan. Dari Stasiun Sudimara, perjalanan ke rumah sekitar 30 menit memakai sepeda motor/ojek. Kalau memakai mobil, bisa sekitar satu jam. Itu pun kalau nggak macet.
Ia membeli rumah sekitar Rp 150 juta dengan ukuran 36 meter persegi. Setelah setahun ditempati, ternyata bangunan rumah banyak yang rusak.
Terpaksa ia harus merenovasi sendiri setelah 5 tahun mencicil KPR. Ia terpaksa melunasi KPR agar dapat merenovasi rumah, yang mau nggak mau, seperti mau roboh. Tahu berapa biaya renovasinya? Sekitar Rp 150 juta. Untungnya dapat pembiayaan tanpa bunga dari Bank Mertua Indah. Haha. Jadi tanpa bunga dan tanpa tenggat tenor.
Tahu gitu beli rumah yang Rp 300 jutaan aja ya daripada membeli rumah murah tapi biaya renovasinya malah mahal.
Jauh dari Tempat Kerja
Biasanya, harga rumah yang agak murah memang terletak di lokasi agak terpencil. Alias akses transportasi agak susah, terutama transportasi umum. Kalau pakai kendaraan pribadi, jalur agak macet atau rawan banjir atau jalan tidak mulus.
Imbasnya lagi, jarak rumah yang murah tersebut ke lokasi kerja agak jauh. Misalnya temanku di Sudimara tersebut. Ia bisa menghabiskan waktu dua jam untuk perjalanan ke kantor di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Ia harus ojek/membawa sepeda motor sendiri dari rumah ke Stasiun Sudimara. Perjalanan lanjut ke Stasiun Tanah Abang. Dari situ, ia ojek ke kantor.
Dampak buruk dari perjalanan yang lama tersebut, ia mudah stres dan capek saat di kantor. Belum lagi kalau kondisi di rumah lagi nggak baik. Biasa lah, orang rumah tangga pasti ada cek-coknya. Bumbu dapur kehidupan lah. Makanya perlu hiburan tanpa batas di rumah aja nih.
Aku dulu juga hampir beli rumah di Parung Panjang. Sebenarnya akses dari stasiun itu ke perumahan nggak sampai 200 meter. Masalahnya, akses jalan kaki dari stasiun ke perumahan tersebut langsung ditutup.
Kita terpaksa harus melewati gerbang utama depan perumahan. Aksesnya memutari perumahan dengan angkot yang ngetem lama. Ditambah lagi sempat kena banjir selutut pas cek kondisi perumahan. Perjalanan yang semula 15 menit bisa menjadi 30 menit hingga satu jam.
Untung tanda jadi pembelian rumah tersebut bisa aku batalkan dan minta refund. Udah stres harus putar perumahan, angkot ngetem lama, banjir, plus jauh banget kalau pake sepeda motor.
Satu-satunya cara ya harus beli mobil. Namun, uang untuk beli rumah saja masih harus KPR. Masa mobil harus kredit juga?
Tidak Bisa Slow Living
Salah satu alasan jangan membeli rumah KPR adalah tidak bisa slow living. Hidup seakan terburu-buru waktu.
Ingat, cicilan bank masih banyak dan lama. Hidup ngga bisa rebahan saja. Kalau telat bayar cicilan, rumah kita bisa kena sita. Haha.
Waspadai juga gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Soalnya, kerja dengan orang nggak selamanya enak. Temanku dulu kelimpungan karena kena PHK pas COVID-2019.
Cicilan masih 10 tahun lagi. Anak sudah mau masuk sekolah dasar (SD). Sementara pemasukan hanya mengandalkan gaji dari perusahaan. Ditambah apes lagi, PHK pas COVID-19 tidak mendapat pesangon. Sudah jatuh, ketimpa tangga lagi. Apes.
Solusi Dari Alasan Jangan Membeli Rumah KPR
Hingga saat ini, aku pun masih belum memiliki rumah sendiri. Namun saat PHK COVID-19, orangtua ku meminta untuk balik kampung dan mengurus sawah keluarga.
Orangtua bilang, biar saja penghasilanmu sedikit di kampung. Tapi hatimu bisa tenang dan makanmu terjamin. Daripada gajimu tinggi, tapi kamu stres kerjaan dan pengeluaran untuk happy-happy malah nggak karuan.
Untung aja aku dulu selalu menyisihkan pendapatan untuk keluarga di rumah. Jadi ada hal sebagai alasan jangan membeli rumah KPR. Orangtuaku membelikanku ini. Apa saja?
Beli Tanah Kluster
Hingga saat ini masih banyak yang menjual tanah kluster alias tanah kosongan, apalagi di kampung. Tanah kluster tersebut bisa digunakan sebagai sawah, rumah, atau menyewakan ke tetangga.
Apalagi kalau berniat hidup tenang di kampung. Lebih enak membeli tanah kluster karena harga masih lebih miring.
Bangun Rumah Sendiri
Dengan memiliki tanah kluster, kita bisa membangun rumah sendiri dengan ukuran yang bisa kita atur sendiri. Apalagi kalau kalian yang ingin memiliki rumah dengan halaman luas. Persis kayak Rumah Cemara.
Syukur kalau tabungan sudah banyak, kita bisa membangun rumah impian sendiri, desain sendiri, dan tentukan lokasi sendiri.
Beli Rumah Secara Tunai
Masih ada alasan jangan membeli rumah KPR. Kita bisa menunda membeli rumah KPR dengan menabung lebih banyak, masukkan ke instrumen investasi yang memberikan imbal hasil stabil atau lebih tinggi.
Misalnya, investasi reksadana, saham, emas, atau mata uang kripto (cryptocurrency). Saat uang sudah terkumpul, kita bisa membeli rumah yang kita inginkan secara tunai. Ingat, your money your rules!
Kalau kalian, berkeinginan lebih suka membeli rumah secara KPR, kontrak dulu atau membeli rumah secara tunai? Share yuk.
di sini banyak sekali perumahan yang menyediakan rumah murah dan memang tipenya kecil sih, tapi kalau untuk kualitas dan model rumahnya bagus, dan nampak modern, kalau memang punya uang lebih, lebih baik beli tanah lebih dulu dan rancang sesuai dengan keinginan
ambil KPR itu ya itu, mesti mikirin cicilannya jadi gak bisa slow living. mending nyicil dikit2 buat bangun rumah sendiri hehehe
Sebenarnya dilema juga sih ya. Membeli rumah dengan sistem KPR ya jatuhnya harga total jadi mahal banget. Tapi nggak kerasa karena mbayarnya nyicil.
Catatannya ya itu tadi. Kadang kala kita nggak boleh renovasi sebelum lunas. Berabe kalau ada masalah yang bikin kita harus renovasi sementara kita belum bisa melunasi.
Setuju banget sih. Saya pernah di posisi ini. Punya utang nggak habis-habisnya. Kerja seperti robot. Rumahnya memang bagus dan worth to buy. Bangunan oke, tapi ya itu tenornya lama banget 20 tahun. Lokasi jauh dari kerjaan. Alhasil sekarang saya lepas dan bebas dari utang. Hehehe
Saya pernah beli rumah KPR dulu. Tapi cuma saya tempati sebentar, trus oper kredit ke orang lain. Jadi saya tidak mengalami apakah struktur bangunannya bagus atau tidak. Sekarang mikirnya bikin rumah di kampung halaman saja.
wah aku setuju sih, aku lebih pilih ketimbang KPR mending nabung atau ionvestasi dulu :) semoga dimudahkan bagi yang mau beli rumah yaa
Setelah 8 tahun nikah alhamdulillah kami tinggal di rumah sendiri, Kak (setelah sebelumnya serumah ama mertua). Rumah second gpp yg penting bisa ditempati dan ga usah KPR.
Tapi emang punya rumah KPR itu perjuangan bangeet ya apalagi kalau cicilannya sampai 20 tahun.
Rencana tahun depan mulai KPR, tapi setelah baca ini jadi mikir lagi. Btw terima kasih solusinya mas.
menurut pendapat saya kembali ke keputusan masing masing sih, mau KPR atau bangun sendiri ada resiko dan kelebihannya masing – masing. yang mau kpr mungkin bisa dipertimbangkan jangka cicilan, kualitas struktur bangunan, pilih KPR yang gak jauh dari tempat kerja dan siapa developernya. sah-sah saja kalau mau KPR jika punya pemikiran daripada uangnya abis buat sewa bulanan tapi gak jadi rumah.
yang mau bikin rumah sendiri, itu juga better. segalanya bisa sesuai kehendak sendiri. tapi harus dipikirkan juga, budget, dan selama ngebangun stay dimana bahkan sebelum bisa membangun rumah sendiri juga mau stay dimana. sewa lagi kah? dengan ortu kah? kan pertimbangannya banyak.
Bagi sebagian orang, rumah KPR bisa jadi solusi. Tapi saya masih punya mimpi untuk beli rumah secara lunas, maksudnya beli cash. Semoga saja… karena saya tahu beli rumah secara cash juga punya kelebihan dan kekurangannya juga. Terutama bagi saya.
risiko membeli rumah di perumahan yang developernya kurang baik ya kualitas bangunan yang kurang bagus sih
jujurly beli rumah KPR tu nyesek banget kalau yang cicilannya lama, better beli tanah dulu kemudian bangun sesuai kebutuhan bisa pakai konsep rumah tumbuh
Kebetulan saya ada tanah sawah yg ketika dibagi waris dijadikan kavling. Saudara lain ada yg dijual, ada yg membangun rumah. Saya termasuk yang membangun rumah sendiri di atas tanah kavling bagian itu
kalau bangun rumah sendiri, pernah denger dari teman jadi kayak ada seninya, karena berjuangnya dari nol gitu.
jadi bisa dikatakan, beli rumah dengan model apapun pastinya ada kekurangan dan kelebihannya ya.
tinggal dipilih yang memang sesuai sama diri dan rasa yakin.
serta, pastikan memang jelas semuanya, biar tidak kejadian seperti yang sedang viral itu
Membeli rumah dengan KPR memang menjadi keputusan besar yang perlu dipertimbangkan dengan matang. Saya memilih untuk bangun sendiri kalau memang punya tanah sih, jadi bisa membangun sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan bisa dibuat sesuai kemampuan juga
Dulu sebelum menikah kami berencana memiliki KPR, tapi setelah menikah berubah haluan ingin beli secara tunai saja dengan menabung. Kebetulan rumah mertua kosong, jadi kami transisi dulu menempati rumah mertua yang kosong sambil menabung. Bayangin tenor cicilan yang panjang, sungguh rasanya melelahkan
Kalau KPR yang subsidi apalagi seperti asal-asalan bangun rumahnya, makanya banyak yang cepat rusak padahal baru selesai dibangun. Mungkin mereka juga target atau gimana.
Aku baru tahu kalau boleh renovasi rumah setelah lunas. Soalnya banyak juga yang udah di renovasi tapi belum lunas.
Iya lho, membeli rumah KPR itu memang harus siap mental dikejar-kejar sama tagihan berat tiap bulannya yang jangka waktunya termasuk cepat — ada juga sih ya yang panjang — sudah begitu, kalau nggak dibayar dalam beberapa waktu, bisa punya kemungkinan disita pula si rumah tinggal ini sama pihak bank. Sudah begitu, kebanyakan tampilan rumahnya memang seragaman sih sama tetangga sebelah kiri kanan.
Tahun kapan saya mau ambil KPR gak jadi karena maju mundur, maju mundur. Pas survei designnya kurang sreg, jadi ya sudahlah. Bismillah beli tanah dan bangun rumah saja.
Iya ya, kalau beli rumah pakai KPR dihitung2 memang mahal. Di sisi lain, mau beli cash juga duitnya kok susah banget ngumpulnya :(
Aku sudah terlanjur ambil KPR dan sudah hampir 10 tahun, yaudah deh tinggal dikit lagi heheh lunas.
Saya dulu juga berencana mengambil KPR, alasannya juga seperti diatas. Tapi takdir berkata lain karena harus balik kampung dan bisa membangun rumah sendiri tanpa harus KPR karena tanah sudah ada dari orang tua
Ngalamin banget ini, saya beli rumah dg KPR diperumahan selama 20 tahun… wkwkwk kebayang gak anak saya udah besar baru lunas nih rumah. Memang benar kualitas bangunan menurut ku kurang banget, keliatan banget banyak retak-retak temboknya..
Lebih memilih beli tunai sih diriku m kalau belum mampu, ya kontrak dulu aja. Menghindari bgt yg namanya KPR, krn kita ga tahu kondisi keuangan kita apakah akan terus stabil atau tidak. Pdhal pembayaran KPR jangka waktunya lama.
Kalau duit sudah tersedia, memang lebih nyaman membeli rumah secara cash.
Namun, kalau gaji pas2an, memang bisanya cuma melalui KPR.
Alhamdulillah rumah sudah ada, tapi belum punya halaman luas karena di perumahan yang lahannya terbatas.
Masih jadi impian sih punya rumah dengan halaman luas dan sekitarnya masih segar banyak sawah.
Iya sekarang banyak pilihan sih. Memang pilihan paling baik itu beli tanah dulu. Lalu bisa coba bikin rumah tumbuh yang konsep pembangunannya bisa dicicil sesuai kondisi keuangan.