Biaya rumah sakit itu berat. Apalagi asuransi masih menjadi barang mewah bagi setiap orang, khususnya generasi milenial. Generasi yang lahir di atas tahun 80-an ini kadang masih menyepelekan pentingnya berasuransi.
Lonjakan Biaya Rumah Sakit
Contents
Aku belajar dari kasus orangtuaku sendiri. Mereka susah banget diajak berasuransi. Prinsipnya, jaga kesehatan saja, semoga kita tetap sehat sehingga tidak masuk rumah sakit.
Padahal itu kan keinginan kita. Belum tahu kehendak Tuhan yang menakdirkan (amit-amit nih) punya banyak penyakit yang butuh biaya besar.
Tetanggaku kemarin meninggal dengan biaya Rp 20 juta untuk perawatan kurang dari seminggu. Mungkin bagi masyarakat di kota, biaya rumah sakit segitu tergolong kecil. Namun, bagi yang tinggal di desa, jumlah itu sudah tergolong besar. Butuh panen berkali-kali untuk mengumpulkan duit segitu.
Lebih parah lagi, anak-anaknya tidak ada yang memiliki asuransi, minimal ikut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sehingga orangtua tersebut menanggung sendiri biaya rumah sakitnya.
Namun, karena orangtuanya tersebut meninggal, ya otomatis anaknya yang akan kerepotan, mulai mengurus kematiannya hingga membayar seluruh tanggungan rumah sakit.
Teman kantorku pun bernasib mirip. Dia korban tabrak lari sehingga kakinya patah dan kini susah beraktivitas. Dia hanya mengandalkan kursi rodanya sambil meratapi nasibnya. Padahal usianya masih belia.
Sama seperti orangtua tetanggaku tadi. Teman kantorku ini pun tidak memiliki asuransi. Jadi, semua beban dikembalikan ke orangtuanya, entah harus pinjam ke bank atau mengutang ke tetangga. Intinya, biaya senilai Rp 50 juta harus ditanggung sendiri. Begitulah nasib kalau tidak ada asuransi.
Penyakit Selalu Berubah
Namun, itu masih belum parah. Zaman sekarang, penyakit selalu banyak berubah dan perlu perawatan kelas mewah.
Aku kemarin berkenalan dengan seorang perempuan yang terkena kanker payudara. Hingga saat ini belum ada yang menikahi perempuan tersebut. Entah calon suaminya ketakutan, akibat biaya perawatan mahal atau nantinya bisa tertular penyakit lainnya. Entahlah.
Ada lagi penyakit kanker serviks. Penyakit yang sering tidak terdeteksi ini menyebabkan artis Julia Perez pergi selama-lamanya dari dunia. Nah, artis sekaya Jupe aja bisa meninggal, meski punya duit banyak dan bisa berobat ke sana kemari. Semoga saja dia punya asuransi. Jadi tidak habis duit selama bekerjanya demi berobat di rumah sakit.
Penyakit yang juga sering menghantui kini juga seperti osteoporosisi, jantung, diabetes, hingga stroke. Biasanya, generasi milenial suka makanan dari gerai cepat saji. Minuman tinggi gulanya bisa memicu diabetes. Lemak jenuh pada ayam gorengnya bisa memicu penyakit jantung hingga stroke, apalagi yang tidak sering olahraga.
Nah tuh, bagi yang gemar makan dari gerai cepat saji, suka minuman manis, jarang olahraga, hingga suka begadang, segera periksa kesehatan. Jangan sampai penyakit sudah parah, baru ketahuan. Biaya rumah sakit itu berat. Biar Dilan saja yang menanggung! Hahaha..Enak saja, ya lu tanggung sendiri lah!
Alasan Pentingnya Berasuransi
Itulah pentingnya kita berasuransi. Kita seakan sedia payung sebelum hujan. Jadi saat hujan turun, kita sudah sedia payung. Kita pun tidak jadi kehujanan. Akhirnya kita tanpa kebasahan. Aktivitas pun makin menyenangkan, kan?
Dengan asuransi, kita jadi nyaman melindungi keluarga. Orangtua tidak kebingungan kalau kita masuk rumah sakit karena semua ditanggung pihak asuransi.
Jika sampai meninggal pun (amit-amit), kita akan mendapatkan santunan dari pihak asuransi juga. Kita meninggal dengan tenang, keluarga yang ditinggalkan pun ikhlas merelakan.
Kadang hal-hal seperti ini yang luput dari generasi milenial. Mereka terlalu asyik membeli gadget, hangout di kafe kece, traveling sampai luar negeri, tapi urusan asuransi malah itu urusan nanti.
Ntar kalau mati, bingung ke sana kemari karena tiada yang menemani. Ya urusan rumah sakit dan segala urusannya kan harus kita sendiri yang menyelesaikannya nanti.
Apalagi kalau kita pensiun, tanpa anak yang mengurus segala urusan, tentu siapa lagi yang bisa menanggung, kecuali kita sendiri. Begitulah pentingnya menjaga kesehatan dan mempersiapkan perlindungan jiwa di masa depan.
Asuransi Prudential Indonesia
Asuransi Prudential Indonesia sebagai salah satu perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia memiliki komitmen untuk memberikan perlindungan jiwa kepada masyarakat.
Kalau bertemu agen asuransi Prudential, jangan langsung ngacir. Siapa tahu bisa dijelaskan tentang manfaat membeli asuransi di sini.
Namun, banyak agen membawa kabur dana nasabah. Apalagi mengajukan klaim ke agen itu begitu susah. Keluhan inilah yang banyak disampaikan nasabah.
Asuransi Prudential Indonesia benar-benar menjaga agen-agennya. Setiap tahun memperkuat layanan digitalnya demi melayani nasabah.
Pencapaian Prudential Indonesia
Tahun lalu, Prudential Indonesia membayar klaim asuransi senilai Rp 12,3 triliun. Pencapaian tersebut naik 24 persen dibandingkan tahun 2016.
Sebagai perusahaan tepercaya, aset Prudential Indonesia mencapai Rp 81,7 triliun sepanjang 2017. Pendapatan total premi mencapai Rp 26,8 triliun. Nilai itu merupakan pendapatan premi tertinggi di Indonesia. Dana kelolaannya juga mencapai Rp 73,4 triliun.
Dengan pencapaian itu, pantaslah Asuransi Prudential Indonesia dipercaya masyarakat sehingga mempercayakan asuransinya ke perusahaan ini.
Presiden Direktur Prudential Indonesia Jens Reisch mengatakan, kinerja yang kuat tahun lalu mencerminkan dukungan dan kepercayaan yang diberikan nasabah. “Hal inilah yang memperkokoh posisi kami sebagai perusahaan asuransi terdepan di Indonesia,” katanya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (5/4).
Prudential Indonesia kini memiliki 277 ribu tenaga pemasar sepanjang tahun 2017. Dengan pemasar tersebut berupaya meningkatkan penetrasi asuransi yang hingga tahun lalu hanya sekitar 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sangat kecil sekali ternyata ya. Butuh usaha keras untuk meningkatkannya.
Artinya, minat orang berasuransi masih minim sekali. Itu bisa menjadi peluang dan tantangan. Peluangnya, kita juga bisa menjadi tenaga pemasarnya loh. Selain mendapatkan penghasilan, tentu kesehatan masa depan kita sudah dipastikan aman.
Masih berani hidup tanpa asuransi? Itu berat, Dilan!
makasih sudah diingatkan lewat artikel ini ya pak :)
untung sudah ada BPJS dan Ibu saya juga beli asuransi hihi biar lebih tercover.