Optimisme pelaku bisnis di Indonesia terhadap kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis mengalami penurunan dari 78 persen menjadi 48 persen, terutama menjelang pelaksanaan pemilihan umum (pemilu).
Berdasarkan hasil riset Grant Thornton International Business Report (IBR), optimisme pelaku bisnis di Indonesia masih berada di atas rata-rata optimisme bisnis global sebesar 46 persen. Pada kuartal II- 2014, Indonesia berada di peringkat 14 dari 34 negara yang disurvei.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, penurunan optimisme merupakan hal yang dapat dijelaskan. Ekonomi dalam keadaan stagnan merupakan hal wajar terjadi ketika suatu negara sedang menghadapi pemilu.
“Persaingan antarkandidat presiden Indonesia berlangsung lebih ketat dari perkiraan semula. Hal ini mendorong ketidakpastian ekonomi dan lingkungan bisnis sehingga aktivitas ekonomi melaju lebih lambat,” ujarnya di Jakarta, Minggu (6/7).
Posisi Indonesia tepat di belakang India 86 persen, Irlandia 84 persen, Inggris Raya 80 persen, Jerman 79 persen, Amerika Serikat 74 persen, Selandia Baru 78 persen, Belanda 66 persen, Nigeria 64 persen, Singapura 59 persen, Kanada 57 persen, Swedia 51 persen, Australia 50 persen, dan Malaysia 49 persen.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, kaitan tahun politik dengan investasi belum bisa dipastikan. Ia menilai, Penanaman Modal Asing (PMA) bukan dilihat dari satu kondisi temporer atau jangka pendek.
“PMA dilihat dalam jangka panjang, seperti kepastian iklim investasi yang kondusif. Berbeda tentunya dengan pergerakan di pasar saham yang sangat sensitif dengan isu temporer,” ujarnya.
Sejak 2010, PMA memerlihatkan tren kenaikan setiap kuartalnya. PMA mengalami puncak pada kuartal IV-2013 sebesar US$ 7,4 miliar. Namun pada awal 2014 mengalami penurunan menjadi US$ 6,9 miliar.