Vitara vs RAV4Suzuki Vitara dan Toyota RAV4. Sumber foto: Carwow.com
Suzuki Vitara dan Toyota RAV4. Sumber foto: Carwow.com
Suzuki Vitara dan Toyota RAV4. Sumber foto: Carwow.com

Toyota dan Suzuki sedang melakukan pembicaraan tentang kemungkinan kemitraan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Industri automotif global kini semakin ketat sehingga sektor kendaraan Jepang kemungkinan mewacanakan konsolidasi.

Toyota sebagai produsen mobil terbesar di dunia mengumumkan kemitraan dengan Suzuki meski belum merinci kemitraan tersebut. Namun banyak yang menyarankan kemitraan bisa fokus keselamatan baru dan teknologi lingkungan.

“Lingkungan industri automotif sekitarnya telah berubah drastis dan cepat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pernyataan bersama dari Toyota dan Suzuki.

“Dengan demikian, industri bekerja tidak hanya berurusan dengan penelitian dan pengembangan (R&D) konvensional, tapi juga R&D untuk teknologi maju dan masa depan di bidang, termasuk lingkungan.”

Toyota mengaku ketinggalan pasar di beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Suzuki masih berjuang untuk mencari pasar dalam industri automotif yang sangat kompetitif.

Jepang memiliki delapan industri mobil domestik yang bersaing sangat sengit di pasar. Suzuki menjual 2,8 juta unit kendaraan per tahun secara global dibandingkan 10 juta unit penjualan dari Toyota.

Konsolidasi sudah wajar dilakukan industri, termasuk automotif. Nissan awal tahun ini mengumumkan rencana membeli sepertiga saham di Mitsubishi Motors.

Mitsubishi Motors sempat terkena kasus skandal pengujian bahan bakar, mirip seperti yang terjadi pada Volkswagen (VW).

Toyota juga memiliki mayoritas saham di Daihatsu untuk bersaing di lini mobil kelas menengah demi menggempur pasar Suzuki. Di Jepang, Daihatsu dan Suzuki bersaing di pasar mobil mini. Posisi Toyota dan Daihatsu juga sangat kuat di Asia Tenggara.

Suzuki membentuk aliansi modal dengan VW pada 2009 setelah mengakhiri kemitraan dengan raksasa automotif AS General Motors.

Namun aliansi Suzuki dengan VW berakhir Agustus lalu setelah perselisihan dengan manajemen, termasuk isu-isu sebelum skandal manipulasi standar emisi.

Sumber: AFP

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *