Tips untung investasi properti menjadi hal yang perlu diketahui. Banyak yang bilang investasi properti pasti menguntungkan, tetapi mereka tidak mengetahui untuk memaksimalkannya. Berikut tips untung investasi properti yang bisa disimak.
Pertama, kita harus mengetahui beda tabungan dan investasi. Ada yang menganggap keduanya sama, padahal ternyata berbeda. Apalagi investasi properti butuh dana besar. Perlu instrumen investasi khusus agar duit tidak tergerus.
Beruntung aku dapat ilmu baru tentang tips investasi mudah untuk pasangan muda. Meski aku masih jomblo, bukan berarti aku tidak boleh mengetahuinya lho. Tentu ilmu ini akan sangat berarti meski aku masih sendiri. Jadi saat punya pasangan nanti, kita akan sama-sama mengerti tentang beda tabungan dan investasi.
Apalagi kebutuhan kita setiap tahun terus meningkat, tapi gaji atau pendapatan kita tak setiap tahun melompat. Perlu instrumen khusus untuk menjaga uang kita agar tidak tergerus. Ya, tergerus oleh inflasi.
Beda Tabungan dan Investasi
Perencana keuangan Ghita Argasasmita bilang bank paling tinggi hanya memberikan bunga (imbal hasil) tabungan (termasuk deposito) sekitar 4-5 persen per tahun. Nilai uang kita akan terus tergerus oleh inflasi yang naik sekitar itu. Apalagi kenaikan kebutuhan berupa barang atau jasa yang biasanya bisa naik di atas 5 persen.
“Kalau cuma menabung, uang kita tidak akan berkembang. Barang yang kita inginkan akan lama terbeli, kalah dengan inflasi,” ujar Ghita saat Mahata Margonda Family Fest di Marketing Gallery Mahata Margonda Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/11).
“Deposito bank bukan untuk investasi. Ini hanya untuk menyimpan uang. Kalau menyimpan uang memang harus sangat aman.”
Hal itu beda dengan investasi. Keuntungan yang diperoleh bisa lebih tinggi dari menabung. Tentunya, untung kita akan makin membumbung. Produk yang kita inginkan akan lebih cepat terbeli, bisa terkejar oleh kenaikan inflasi.
Tipe-tipe produk investasi, seperti paper asset (aset berupa kertas seperti reksadana, saham, obligasi, sukuk), logam mulia, berbisnis, hingga properti.
Khusus logam mulia, Ghita menyarankan investasinya bukan berbentuk perhiasan. “Segala sesuatu yang dipakai itu tidak masuk investasi. Perhiasan itu masuknya ke aset guna,” kata Ghita.
Perhiasan, kata Ghita, bukan produk investasi karena ada faktor psikologis saat membeli. Ada faktor suka hingga menjadi lambang kesejahteraan sosial.
Biasanya, orang-orang yang membeli perhiasan tidak akan menjualnya sebelum dia bangkrut sekali. Mereka menjual biasanya saat dibutuhkan, misal untuk biaya sekolah anak.
“Padahal harga perhiasan akan turun saat dijual kembali. Jadi seharusnya investasi itu bukan di perhiasannya, tapi di logam mulianya,” ujar Ghita.
Cara Gampang Alokasikan Uang
Sebelum berbicara lebih jauh tentang investasi, kita tentu bergidik mendengar kata tersebut. Biasanya, investasi hanya dilakukan oleh orang yang berduit banyak. Sobat misqueen kayak kita gini biasanya langsung ambyar mendengar kata investasi.
Padahal, kata Ghita, investasi bisa dilakukan dari nilai yang kecil. Bahkan cukup hanya Rp 100 ribu pun sekarang bisa berinvestasi. Tidak perlu duit miliaran dulu untuk bisa berinvestasi.
Solusinya, Ghita menyarankan kita untuk menyesuaikan dengan gaya hidup. Gaji Rp 5 juta jangan bergaya hidup seperti bergaji Rp 10 juta. Justru kita harus sebaliknya. Jika punya gaji Rp 10 juta, harus punya gaya hidup Rp 5 juta.
Cara gampang untuk bisa berinvestasi, Ghita bilang kita harus bisa mengalokasikan uang. Ghita memberikan rumus 10 persen untuk senang-senang, 20 persen untuk menabung dan investasi, 30 persen untuk cicilan, dan 40 persen untuk biaya hidup sehari-hari (kebutuhan pokok seperti makan hingga transportasi).
Untuk bisa konsisten, Ghita menyarankan kita harus langsung mengalokasikan gaji ke empat bagian tersebut.
Tapi kok budget senang-senangnya kecil banget? Masa kita ngga boleh happy-happy atas jerih payah kita sendiri? Ya boleh saja. Namun, kesenangan itu harus dibedakan antara memang kebutuhan atau hanya keinginan. Ghita memberikan tips untuk menunda keinginan dari kumpulan dana-dana beberapa bulan.
Misalnya, Ghita membatasi untuk membeli sepatu atau baju saat Lebaran atau menunggu diskon di pusat perbelanjaan. Dana senang-senang yang terus dialokasikan setiap bulan tidak digunakan dalam beberapa bulan dan baru dipakai saat ada diskon tertentu.
“Jadi daripada misalnya menghabiskan Rp 1 juta per bulan untuk senang-senang, bisa kita alihkan ke Rp 3 juta saat 3 bulan kemudian. Tentu yang diperoleh akan lebih maksimal,” katanya.
Tipe-Tipe Investasi
Berdasarkan penuturan Ghita, masyarakat yang akan berinvestasi harus mengetahui tujuannya. Lantas, investasi tersebut akan diketahui akan dicapai dalam waktu berapa lama. Terakhir, akan ketahuan produk investasi yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan itu.
Satu tips lagi soal mengalokasikan instrumen investasi. Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang.
Artinya, biasakan jangan membeli instrumen investasi dalam satu produk. Biasakan diversifikasi untuk mendapatkan hasil lebih maksimal. Jika satu produk investasi merugi, satu produk investasi lainnya masih untung.
Cara ini bisa dicapai dengan mengalokasikan dana-dana ke dalam produk investasi sesuai jangka waktunya.
Tipe-tipe investasi akan dibagi menjadi tiga bagian, pendek (jangka 1-3 tahun), jangka menengah (3-5 tahun), hingga jangka panjang (di atas 5 tahun).
“Semakin lama jangka waktu produk investasi biasanya akan semakin menguntungkan, tapi hal itu tergantung produk investasinya,” ujar Ghita.
Ghita menyarankan masyarakat dalam 1-3 tahun masuk produk investasi berisiko rendah, seperti reksadana pasar uang, obligasi ritel Indonesia (ORI), hingga sukuk.
Dalam jangka menengah, Ghita menyarankan memilih instrumen lebih agresif, seperti reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran.
Untuk instrumen investasi di atas 5 tahun, Ghita menyarankan masyarakat untuk masuk reksadana saham, saham, berbisnis, atau properti.
“Properti disarankan untuk ditahan lebih dari 5 tahun. Kalau ingin menjual, pastikan ekonominya juga lagi bagus. Jangan sampai ekonomi lesu, lalu ingin menjual properti, nanti tidak akan ada yang beli,” katanya.
Tips Untung Investasi Properti
Ghita bilang, investasi properti hingga kini masih menjadi primadona bagi masyarakat indonesia. Kita sudah terbiasa dengan properti.
“Jumlah tanah akan segitu-gitu aja, tapi orangnya makin banyak. Otomatis harga setiap tahun makin naik,” ujar Ghita.
Menurut Ghita, masyarakat perlu mengantisipasi sebelum membeli properti. Biasakan properti jangan cuma menjadi beban (cicilan per bulan).
“Properti harus bernilai produktif meski tidak ditinggali sendiri. Usahakan tips untung investasi properti yang kita beli selalu menghasilkan (keuntungan). Caranya bisa dengan menyewakan, baik per bulan atau per tahun,” katanya.
Jika disewakan, kata Ghita, properti yang sudah kita beli harus menjamin pasarnya. Jangan sampai sudah membeli properti tapi tidak ada yang mau menyewa.
Tips untung investasi properti juga harus memperhitungkan lokasi. Dengan lokasi yang strategis, tentu harga jual makin mahal. Jika dipakai sendiri, tentunya tidak menghabiskan ongkos operasional mahal, khususnya dari sisi biaya transportasi. “Kalau mau disewakan tapi lokasi dan pasarnya tidak ada ya percuma,” ujarnya.
Yang paling penting dalam tips untung investasi properti juga harus memperhatikan pengembangnya. Usahakan cari pengembang terpercaya, sudah biasa membangun perumahan sehingga kredibilitas bisa dipertaruhkan.
Jangan asal membeli properti murah, lokasi di ujung berung, tidak ada pasar yang mau menyewa, apalagi pengembangnya tidak tahu siapa. Sudah bayar mahal, ternyata properti tidak jadi dibangun, uang malah dibawa kabur. Sering dengar kasus kayak gini kan?
Mahata Margonda Depok
Project Manager Mahata Margonda Depok Ivan Resaprianto bilang, Mahata Margonda merupakan apartemen berkonsep Transit Oriented Development (TOD) di jantung Kota Depok.
Maksudnya, apartemen ini langsung terintegrasi dengan moda transportasi massal, seperti layanan kereta di Stasiun Pondok Cina hingga angkutan kota (angkot).
Selain itu, hunian tersebut menempel dengan Universitas Indonesia, dekat dengan Universitas Gunadarma, dekat dengan pusat perbelanjaan Margonda City dan Depok Town Square, hingga fasilitas rumah sakit serta pintu tol Margonda.
Pengembangnya langsung ditangani Perum Perumnas, salah satu BUMN yang punya tugas poko menyediakan perumahan dan permukiman bagi masyarakat menengah ke bawah.
Beberapa kawasan permukiman skala besar telah dibangun, melingkupi area Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi, sebagai kota penyangga Ibu Kota Jakarta.
Di level nasional, Perumnas sejak tahun 1974 telah membangun di lebih dari 187 kota dan 400 lokasi di seluruh Indonesia. “Perumnas juga mengembangkan Kota Depok sekitar 350 hektare. Depok bisa menjadi seperti ini mungkin juga dari Perumnas,” ujar Ivan.
Komplek perumahan ini terdiri dari dua tower dengan masing-masing dibangun dalam 28 lantai. Lokasinya langsung di atas Stasiun Pondok Cina. Perumnas bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk memanfaatkan lahannya sebagai unit hunian, khususnya di Kota Depok.
Mahata Margonda Family Fest
Saat Mahata Margonda Family Fest ini, Perum Perumnas menggelar lomba mewarnai untuk anak, seminar keuangan, hingga demo masak.
Nah, Mahata Margonda sudah sesuai dengan yang dibilang Ghita Argasasmita tadi. Pengembangnya jelas, Perum Perumnas. Lokasinya sangat strategis di jantung kota dengan konsep TOD (langsung di atas stasiun Pondok Cina).
Pasar penyewanya jelas dari sekitar 175 ribu mahasiswa per tahun di sekitar kampus Universitas Indonesia atau Universitas Gunadarma sehingga sangat menguntungkan untuk jangka panjang.
“Mahata Margonda ini salah satu apartemen yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dengan konsep TOD, terkoneksi dengan stasiun kereta,” katanya.
So, tunggu apalagi? Yuk investasi properti di Mahata Margonda.