Yuyuan GardenSantap Siang di Yuyuan Garden. Sumber foto: Dokumen pribadi

Sekitar tahun 2014, aku berkesempatan jalan-jalan ke China. Tujuannya sih sebenarnya ke Shanghai karena urusan bisnis. Susahnya wisata halal di China jadi pengalaman yang bisa aku bagikan di sini.

Setelah urusan bisnis kelar, urusan refreshing pikiran juga harus menjadi yang utama. Sayang sekali sudah perjalanan jauh malah urusan penat tak dihilangkan.

Kebetulan perjalanan saat itu harus transit di Bandara Internasional Hong Kong. Jarak perjalanan memakai pesawat dari Jakarta sekitar lima jam. Lumayan capek karena hanya duduk dan tidur di dalam pesawat. Untung banyak hiburan di pesawat, meski hanya menonton film atau memutar lagu.

Bandara Shanghai Pudong International China
Tiba di Bandara Shanghai Pudong International. Sumber foto: Dokumen pribadi

Perjalanan selanjutnya dilanjutkan ke Shanghai dengan berbeda penerbangan. Penerbangan sekitar sejam dengan pesawat sedikit kecil. Cuaca saat itu sedang berkabut dan mendung sehingga pemandangan tak terlihat. Alhasil, menonton film dan memutar musik jadi pilihan lagi.

Berwisata ke World Financial Center Shanghai

Urusan jalan-jalan melepas penat, kebetulan kantor sudah memesan pemandu wisata lokal yang fasih Bahasa Inggris. Pemandu yang kebetulan cewek ini memang sudah mengerti kebutuhan wisatawannya.

Tour guide keren di China Mrs Yin
Berfoto bersama miss Yin, pemandu wisata kami saat ke Shanghai. Sumber foto: Dokumen pribadi

Ia tak lupa menanyakan ke kami ingin berwisata apa selama di Shanghai. Dalam perjalanan, kami diberikan penjelasan tentang China dan destinasi wisata unggulan yang selalu menjadi incaran wisatawan, khususnya Indonesia.

Lokasi utama yang menjadi tujuan aku dan teman-teman kantor saat itu yakni World Financial Center. Kebetulan urusan kantor berkaitan dengan bisnis. Jadi lokasi rapat tidak jauh dari gedung pencakar langit ini.

Gedung tersebut mirip seperti alat pembuka kaleng atau botol minuman. Destinasi ini sangat menonjol karena salah satu bangunan tertinggi di Shanghai. Bangunan terdiri atas kantor, hotel, dan pusat perbelanjaan, serta menjadi salah satu bangunan paling penting sebagai penunjang bisnis keuangan China.

Tinggi gedung sekitar 492 meter.Untungnya, aku dan teman-teman berkesempatan naik ke puncak gedung ini meski saat itu masih dalam pembangunan.

BACA JUGA:

  1. Warga China Kecanduan Utang
  2. Dilema Orang China Memilih Nama
  3. Ponsel China Kuasai Pasar

Aku lupa harga tiketnya. Namun untuk menuju ke puncak gedung tidak butuh waktu lama menggunakan lift. Bahkan lift yang dipakai berkecepatan tinggi. Saat itu hanya sekitar semenit untuk mencapai puncak gedung.

Di bagian seperti pembuka kaleng itu memakai lantai seperti kaca tebal. Kita bisa berjalan kaki di atasnya sambil melihat pemandangan di bawah. Seakan kita berjalan di awan. Sumpah semeter jalan saja sudah tidak kuat. Kaki gemetar dan keringat panas dingin.

Bagi yang tidak suka ketinggian, memang tidak dianjurkan naik gedung ini. Namun bagi yang suka adrenalin ketinggian, bisa mencoba berjalan kaki di atas lantai kaca tersebut.

Bagi yang tidak kuat berjalan sendirian, dipersilakan berpegangan di samping tembok. Karena aku takut ketinggian, akhirnya aku malah berjalan merangkak. Hahaha..Di tengah perjalanan aku menyerah dan bersandar di tembok. Wkwkwkwk..

Gedung World Financial Center Shanghai
Aku tidak kuat berjalan di atas lantai kaca di gedung World Financial Center, Shanghai. Sumber foto: Dokumen pribadi

Rehat di Yuyuan Garden dan The Bund

Jelang makan siang, kami diajak ke Yu Garden atau Yuyuan Garden. Lokasi wisata ini berupa taman wisata paling mewah dan terbaik di Anren Street 132 atau semacam Kota Tua di Jakarta.

Di sini kami melihat desain bergaya Suzhou di areal taman seluas dua hektare. Urusan taman ini bisa di-googling karena sudah banyak yang membahasnya.

Yuyuan Garden
Pengunjung memadati areal Yuyuan Garden di Shanghai. Sumber foto: Dokumen pribadi

Perut mulai lapar dan saatnya diisi. Untungnya di Yuyuan Garden ini menyediakan aneka camilan dan restoran. Kami pun mencoba memasuki restoran di tepi kolam tersebut.

Namanya juga restoran China ya isinya masakan China. Masalahnya, sebagai muslim aku masih ragu urusan kehalalan makanan. Apalagi saat itu aku muslim sendirian di antara rombongan kantor. Kebetulan juga pemandu wisata kami nonmuslim.

Susahnya wisata halal di china
Santap Siang di Yuyuan Garden. Sumber foto: Dokumen pribadi

Jadi aku seakan harus terima dibawa ke restoran tadi. Lain kali harus cari tahu dulu Paket Tour Wisata Halal China biar urusan tidak bermasalah seperti ini.

Akhirnya aku hanya menyantap semacam bakso dan nasi (tetap ya belum lengkap makan kalau tidak makan nasi). Hahaha..maklum rindu kampung halaman kalau urusan makanan. Wkwkwk..

Perjalanan hampir sore, kami menuju The Bund. Salah satu tempat wisata di Shanghai yang terkenal ini menawarkan panorama keindahan bangunan tinggi, sebuah dermaga, serta kawasan bisnis yang tetap terjaga keasliannya.

Nama Bund diambil dari kata Hindi yang berarti tanggul, waduk atau bahkan dermaga. Penamaan Bund juga sering disebut di India sampai Jepang (Bund Yokohama). Istilah The Bund kemudian dibawa keluarga Victor Sassoon ke Shanghai.

Destinasi wisata The Bund Shanghai
Berpose di The Bund, Shanghai. Sumber foto: Dokumen pribadi

Suatu saat, aku bermimpi Sungai Ciliwung di Jakarta bisa sebersih Sungai Huangpu dengan deretan bangunan pencakar langit di sampingnya. Sungguh pemandangan alami ditambah keindahan masa kini yang luar biasa.

Pemerintah memang berkomitmen menjaga kebersihan sungai demi kepentingan pariwisata. Di sungai ini juga disediakan wisata naik kapal. Namun karena kedatangan hanya sejenak dan perlu mendatangi destinasi lainnya, kami melewatkan naik kapal tersebut.

Susahnya Wisata Halal di China

Menjelang malam, perut kami lapar lagi. Pemandu wisata ini pun mengusulkan untuk wisata kuliner pinggir jalan. Entah aku lupa nama jalannya, tetapi tidak jauh dari The Bund. Sekilas macam pusat kuliner Pecenongan di Jakarta Pusat yang penuh kafe kecil khas China.

Di sini lebih parah lagi. Tidak ada masakan halal. Akhirnya kami berhenti di sebuah kedai mie biar aku bisa makan.

Aku memesan mie tanpa minyak babi. “Eh, enak loh masakan yang diberi minyak babi ini. Beda dengan masakan lainnya,” kata teman menggodaku.

Dan benar saja. Mie yang aku pesan rasanya hambar sekali. Persis mie direbus tanpa bumbu, apalagi mie disajikan dingin. Sumpah tidak enak sama sekali. “Kalau tidak enak, jangan dipaksa makan. Nanti muntah,” kata pemandu wisata itu.

Restoran di china
Aku mendapatkan pengalaman makan tidak mengenakkan di restoran ini, khususnya terkait minyak babi. Sumber foto: Dokumen pribadi

Menjelang tengah malam, kami baru tiba di hotel di tengah kota. Perut pun lapar lagi karena sepanjang hari hanya makan bakso dan mie. Akhirnya pilihan terakhir makan nasi dan ayam di restoran cepat saji. Hahaha…Dasar orang Indonesia. Belum makan kalau belum terisi nasi. Ya sudah daripada kelaparan menyusahkan orang. Hahaha..Susahnya wisata halal di China.

Pesan makanan di McDonalds Shanghai China
Makan malam di restoran cepat saji karena bingung mencari makan. Sumber foto: Dokumen pribadi

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

11 thoughts on “Susahnya Wisata Halal di China”
  1. Ya ampun kak Didik, daku pun juga bakalan gemeter keknya, gak kuat itu jalan di lantai kaca kayak gitu huhu. Walau ya penasaran, tapi ya gimana hehe.
    Dan noted nih, kalo bepergian memang perlunya searching ya nyari lokasi wisata kuliner yang halal, biar diri lebih nyaman

  2. Ya gitu deh kalo traveling ke tempat yang mayoritas nonis, pasti kulinernya pun untuk nonis. Apalagi kalo kita pribadi nggak ada rekomendasi resto halal di China, akan lebih menyulitkan lagi. Mungkin bisa pakai Google map untuk mencari resto halal di sana Mas?? Nggak bisa juga ya… ?!

  3. Perjalanan yang menantang sekaligus pengalaman berharga! Paling ngga ini bisa jadi gambaran bagi muslim yang mau berwista ke tiongkok. thanks kak sudah berbagi suka dukanya wisata halal di China. Semoga ke depannya semakin banyak pilihan kuliner dan fasilitas ramah Muslim di sana.

  4. China kan mayoritasnya bukan muslim ya. Terus makanan mereka tuh bumbunya kalau tidak ada tambahan alkoholnya ya ada minyak babinya.
    Jadi, bakalan sulit sekali mencari kuliner halal di sana. Kecuali, memang ada orang Indonesia yang bikin usaha restoran di sana. Hehehe…

  5. Begitulah godaan untuk orang beriman
    Senang masih bisa memilih mana yang baik dan mana yg tidak
    Pengalaman ini semoga kelak bisa jadi reminder sehingga saat kita dihadapyoada situasi yang sama atau mirip, sudah punya antisipasi ya…
    Soal keyakinan dan akidah adalah hal yang tidak bisa diganggu gugat, termasuk dalam hal makanan halal atau non halal ini

  6. Ampun deh, kalau saya sudah yerah duluan kalau disuruh berjalan di ketinggian. Udah ndredeg duluan hehehe
    China sekarang sudah maju banget ya, akhir-akhir ini sering nonton vlog China daratan, sudah maju dan canggih. Kalau mau yang gampang memang kudu pilih2 daerah deh, cari yang warganya mayoritas suku Hui..

  7. Memang jadi masalah juga, kalau susah cari makanan halan di China ya, Mas. Apalagi urusan perut tidak bisa kompromi dan sebagai muslim, pastinya harus menghindari makanan non halal. Tapi saya suka Yuyan gardennya. Kalau lantai kaca ka n sudah banyak, termasuk sekarang ada jembatan kaca di Indonesia.

  8. Alhamdulillah, meski kudu sabar, akhirnya ketemu nasi juga yaa..
    Memang di negara orang, suka pingin makan sesuatu yang kalo di Indo mah.. gakkan sekangen itu juga.. Ada rasa mello mello-nya gitu ya, ka Ditto..
    Beruntung banget ka Ditto berhasil jalan ke beberapa destinasi wisata unik di Shanghai, Cina.

  9. Kebayang kak bagaimana susahnya mencari makanan halal di sana, karena mayoritas memang menggunakan babi. Dapat cerita dari teman yang walaupun dia bukan muslim tapi dia tidak makan babi dan alhasil berat badannya turun banyak saat bertugas ke China

  10. Seru banget, Mas! Soal lantai kaca itu, hehe….aku paham banget, karena aku juga takut ketinggian. Kemarin baca tentang jembatan gantung (di China juga kalo gak salah) yang terbuat dari kaca. Duh, lihat fotonya aja kakiku udah lemas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *