Review drama Start Up versi Thailand

Pilih mana antara hidup bahagia bersama keluarga tapi dalam keadaan sederhana atau memiliki segalanya tapi sendirian saja? Ada yang bilang, kebahagiaan bisa dibeli dengan uang. Namun ada juga yang menganggap kebahagiaan nggak selalu berurusan dengan uang. Review drama Start Up versi Thailand bakal membuka mata kalian tentang makna sebuah keluarga, arti kebahagiaan, dan uang.

Review drama Start Up versi Thailand.

Sinopsis Drama Start Up Versi Thailand

Buat kalian penggila drama Korea tentang bisnis, tentu nggak asing dengan drakor yang sempat fenomenal beberapa tahun lalu, tepatnya pada tahun 2020. Yup, drakor Start Up kembali di-remake versi Thailand. Lantas apakah ada perbedaan dengan versi aslinya?

Sebenarnya aku cukup telat sih ngelihat drama ini. Soalnya udah tayang sejak awal Januari lalu. Udah lama banget nggak nonton drama Thailand, jadi ketinggalan info terbaru deh soal lakorn (istilah drama dalam bahasa Thailand) di sana.

Pada dasarnya, review drama Start Up versi Thailand tidak banyak berbeda dengan aslinya di Korea. Cuman pemain aja yang beda. Ya iyalah. Kalo diperankan sama yang aslinya, bukan adaptasi lagi dong. Haha.

Intinya, review drama Start Up versi Thailand menceritakan tentang obsesi anak muda yang ingin memiliki mimpi untuk membahagiakan keluarga. Lika-liku kehidupan mereka jalani, termasuk harus kehilangan anggota keluarga, pisah dengan saudara, hingga harus berjibaku bekerja dan membangun bisnis sendiri untuk meraih mimpinya.

Cerita Drama Start Up versi Thailand

Menyusul negara Filipina yang udah adaptasi duluan, cerita review drama Start Up versi Thailand ini emang nggak beda jauh kok dengan versi aslinya di Korea. Lantas apakah kita akan kehilangan mood untuk nonton drama adaptasi yang sempat viral ini?

Sebagai bocoran awal, sang sutradara Itt Cheewatan Pusitsuksa membikin review drama Start Up versi Thailand ini memiliki ending berbeda loh dengan versi Korea. Kayak apa sih bedanya? Ya harus nonton sihHehehe.

Cerita bermula dari Phafan (Belle Kemisara) dan Alice (Goy Arachaporn) yang merupakan adik kakak dalam keluarga harmonis. Namun selang beberapa waktu, ayah dan ibunya terkena masalah sehingga harus bercerai. Biasalah, masalah finansial selalu jadi alasan terkait perceraian. Sehingga anak muda zaman now tuh makin galau, nikah dulu atau mapan dulu?

Menurut ibunya, sang ayah tidak memberi nafkah materi karena pekerjaannya selalu tidak tetap. Saat menjadi karyawan tetap, eh malah sang suami ini malah memilih resign karena ingin mandiri dengan memiliki usaha sendiri. 

Namun alih-alih berhasil, tabungan keluarga malah ludes terambil. Otomatis sang menteri keuangan keluarga ya marah lah

Anggapan sang ayah, lebih baik menjadi anjing liar di jalan tapi bebas mencari makan daripada menjadi anjing peliharaan dengan makanan serba ada tapi dengan hidup terkungkung. Namun menurut sang ibu, justru lebih baik menjadi anjing peliharaan daripada anjing liar yang hidupnya nggak menentu. Kalian kalo dihadapkan pada kehidupan kayak gini, pilih mana hayo?

Akhirnya sang adik, Phafan memilih hidup bersama sang ayah. Sementara Alice hidup dengan ibunya. Sang ibu pun akhirnya menikah lagi dengan bos perusahaan kaya raya sehingga hidupnya terjamin. Sang ayah yang masih luntang-lantung mencari pekerjaan dan berusaha menjalankan bisnisnya sendiri malah akhirnya meninggal akibat serangan jantung.

Phafan pun hidup bersama sang nenek dari ayahnya. Ia menjalani hidup seadanya, bahkan menjalani pekerjaan mulai dari kurir makanan hingga sales promotion girl (SPG).

Sementara Alice karena bergelimangan harta menjalani hidup yang sukses. Termasuk mendirikan perusahaan yang didukung sang ayah tiri. 

Ujungnya, mereka akhirnya bertemu dalam merintis karier di dunia start up (bisnis perusahaan rintisan). Di sini lah perjalanan hidup mereka dimulai.

Cerita Perjuangan Hidup Anak Broken Home

Saat masih kecil, Phafan memang hidup sederhana. Selepas ditinggal orangtua bercerai, hidupnya seolah tak berjalan mulus. Otomatis nenek lah yang selalu memberikan motivasi hidup. 

Uniknya, sang nenek (sebelum memelihara Phafan karena ia bersama ayahnya) memiliki Jiraphat (Great Sapol) yang ia temukan tertidur di kios jualan kue Tokyo-nya. Bentuk kue Tokyo tuh kayak dadar gulung gitu deh. Dan jualan neneknya ini laris manis berkat bantuan Phafan yang sering memberikan promo. Neneknya sampe marah-marah karena kuenya dijual murah. Ya demi promo agar jualan naik tuh.

Ternyata Jiraphat ini adalah anak yang kabur dari panti asuhan. Ia tidak mengetahui keberadaan orang tuanya sehingga dititipkan di panti asuhan sejak kecil. 

Sempat dinas sosial mencari dan menemukannya. Namun sang nenek akhirnya memilih mengadopsi daripada menyerahkannya kembali. Jiraphat pun nangis karena tidak bahagia jika dikembalikan ke panti asuhan. Meski akhirnya mau juga diserahkan ke panti asuhan karena mungkin ketiadaan biaya untuk menghidupinya.

Aku sempat kagum pada perjuangan Jiraphat karena ia ternyata pintar. Ia memilih untuk dibelikan buku-buku tentang bisnis, termasuk buku-buku saham untuk dipelajari. Uang yang diterima dari hasil membantu jualan sang neneknya pun ditabung dan dibelikan saham.

Nenek yang sempat dibuatkan buku rekening tabungan sampe bingung karena nilai tabungan sampe melonjak jumlahnya. Ternyata ini hasil trading saham dari Jiraphat.

Di sinilah sang nenek mengajarkan hingga menyekolahkan Jiraphat hingga tumbuh besar dan sukses. Selama masih kecil, sang nenek menyuruh Jiraphat untuk menulis surat kepada Phafan. Sehingga hidup Phafan menjadi lebih bergairah dan bersemangat menjalani hidup. 

Cinta Segitiga di Tengah Mendirikan Start Up

Berkat surat yang terus dikirimkan Jiraphat, Phafan lebih semangat menggapai mimpinya. Yakni membahagiakan diri dan keluarga, khususnya sang nenek.

Dengan cerita maju mundur yang masih enak untuk dipahami, Phafan terus menganggap bahwa Jiraphat merupakan cinta pertamanya, bahkan hingga ia dewasa, meski ia belum pernah bertemu sekalipun dengannya.

By the way, Jiraphat ini terus merahasiakan nama aslinya kepada Phafan. Tak ingin rahasianya terkuak, ia pun mencari orang yang bersedia untuk menyamar sebagai dirinya.

Ia tak sengaja membaca koran dan melihat ada anak kecil bernama Korn (Up Poompat) yang saat itu menang olimpiade sebuah mata pelajaran. Dalam perjalanan dewasanya, Korn ini memang anak jenius dan berniat mendirikan usaha rintisan (start up) bersama teman-temannya. 

Sinopsis drama Start Up versi Thailand

Jiraphat secara kebetulan juga menemukan Korn di tengah bisnisnya di ambang kebangkrutan. Jiraphat pun setuju berinvestasi pada perusahaan yang dirintis Korn. Dengan syarat ia harus membantu untuk menyamar menjadi sosok sahabat pena Phafan, yang bernama Korn, sesuai yang dilihat di koran.

Lama-lama kedok Korn asli yang menyamar sebagai Korn versi Jiraphat pun terkuak. Korn asli pun yang awalnya nggak sengaja hanya ingin menyamar sebagai Korn versi Jiraphat malah menyukai Phafan.

Phafan akhirnya bimbang dan harus memilih antara Korn sahabat penanya dulu atau Korn yang asli tapi menyamar sebagai sahabat penanya itu. 

Masalahnya lagi, ternyata diam-diam Jiraphat pun sejak kecil sudah menyukai Phafan kecil, bahkan saat bersama neneknya. Dan lebih ribetnya lagi, Korn asli di masa kecilnya juga melihat Phafan kecil saat menangis di tengah derasnya hujan. Saat itu, ia menangis di tengah perceraian ayah dan ibunya.

Belajar Bisnis Start Up

Dari review drama Start Up versi Thailand ini kita bisa belajar banyak tentang lika-liku mendirikan perusahaan rintisan (start up). Nggak mudah untuk mendirikan start up karena harus mencari investor. Baca juga: Tips Cerdas Bikin Perusahaan Startup

Untuk mendapatkan investor, bisnis start up minimal harus memiliki basis pelanggan yang banyak. Dan tentu saja bisnis yang kita dirikan harus untung. Minimal mendapatkan cara untuk mencapai keuntungan.

Tidak hanya itu, bisnis start up juga harus memiliki tim yang kompeten dan solid. Kita harus mampu mencari orang-orang yang memiliki kemampuan di bidangnya.

Kita nggak cukup jago bidang teknologi. Karena urusan promosi, legal, hingga chief executive officer (CEO) pun harus ada yang mengurusi. Dan orang yang menanganinya harus kompeten.

Review drama Start Up versi Thailand ini bakal ngelihatin lika-liku dalam mendirikan hingga mengelola start up. Termasuk istilah Sandbox yang juga populer di drama Start Up versi Korea.

Istilah Sandbox dalam start up versi Thailand

Istilah Sandbox ini mengacu ke bimbingan terhadap perusahaan rintisan agar memiliki role model, role business, dan mencegah agar bisnis start up tidak mengalami kegagalan dalam pengelolaan. 

Sandbox ini juga mengacu ke sebuah ekosistem buatan yang dapat membantu pengembang (developer) atau pebisnis pemula dalam uji coba sebelum produk/jasanya dirilis ke publik.

Uniknya, istilah Sandbox ini mengacu ke pasir pengaman yang diletakkan di bawah ayunan mainan anak-anak. Sehingga anak-anak tidak kesakitan saat jatuh bermain ayunan. 

Filosofi inilah yang ternyata diciptakan oleh sang ayah Phafan dan Alice saat masih kecil dulu. Dan ide bisnis inilah yang ditolak oleh ibunya sehingga menganggap usaha suaminya pun sia-sia yang berakhir ke perceraian tersebut.

Kesan Menonton Drama Start Up versi Thailand

Seolah tidak ingin bikin seantero netizen marah dan terpecah, ending review drama Start Up versi Thailand ini pun berubah. Semua bahagia sesuai porsinya. Termasuk sang ibu yang kembali mengasuh nenek meski sempat menelantarkan Phafan sejak kecil. Alice pun mengubah kembali namanya menjadi Alisa serta menanggalkan status anak tiri dari bapak barunya.

Alice, yang menjadi Alisa, membeli sebuah rumah mewah, yang kini ditinggali oleh mereka berempat.

Dan yang netizen tunggu, kisah percintaan antara Phafan, Korn, dan Jiraphat. Akankah Phafan akan menikah dengan Jiraphat, sesuai dengan versi Korea yang menceritakan Dal Mi memilih Nam Do San sang kekasih hatinya? Sementara Han Ji Pyeong yang menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan harus memutuskan tidak mengejar cinta Dal Mi lagi? 

Ah kalian harus menonton sendiri. Yang pasti, endingnya tidak akan sama dengan versi Korea. 

Up Poompat dan Great Sapol dalam Start Up versi Thailand

Aku malah sempat berpikir kalau Jiraphat dan Korn akan disatukan. Haha. Terlihat Jiraphat pun malu-malu saat Phafan menanyakan apakah Khun Jirapat menyukai Korn. 

Soalnya, Thailand emang surganya film boys love (drama bergenre LGBT). Apalagi aktor Up Poompat serta Great Sapol udah langganan sebagai pemeran film boys love. 

Kalian bisa saksikan sendiri deh review drama Start Up versi Thailand ini di Vidio yang masih tayang dengan 16 episode. Sinematografinya begitu mempesona. Warna-warna cerah muncul seperti khas sinematografi drama Korea.

Film seri yang diproduksi True CJ Creations ini bakal menyuguhkan ending berbeda. Sehingga kita akan menganggap film ini sebagai sajian bermutu yang tidak hanya mengeksplorasi percintaan tapi juga kisah perjuangan hidup dan lika-liku perjalanan mendirikan usaha. 

Kalian punya kesan apa setelah menonton review drama Start Up versi Thailand atau bahkan versi Korea? Atau kalian punya pengalaman hidup tentang mendirikan usaha? Share ya.

Pada postingan selanjutnya, kita akan bahas strategi diversifikasi portofolio keuangan di tengah pelemahan ekonomi global. Karena nggak terasa Indonesia sudah merasakan deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Artinya, orang bisa saja mengerem pengeluaran. Dan ini ada yang tidak beres sekarang. Jadi, tunggu postingan kita selanjutnya ya.

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *