Inspirasi usaha bisa datang kapan saja. Selepas salat ashar, ide tiba-tiba muncul membuat sajadah namun memakai bahan jins.
Umar Sa’ad (26) menemukan ide gila tersebut karena selama ini ia rajin ke masjid namun belum menemukan sajadah dengan bahan berbeda. Ia pun bersemangat memproduksi sajadah tersebut dengan merek Moeslim.
Untuk awal produksi, usaha yang dimulai sejak April tahun lalu ini menggunakan uang tabungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) senilai Rp 12 juta. Selama lima tahun terakhir, ia bekerja sebagai karyawan pada sebuah minimarket di Jakarta.
“Ide pertama saya tidak muluk-muluk, hanya membuka usaha gorengan di dekat rumah. Tapi ketika salat, lantas tebersit ide membuat sajadah berbahan jins. Kebetulan belum pernah ada,” katanya.
Anak bungsu dari tujuh bersaudara ini mengaku tidak punya keahilan atau latar belakang sebagai penjahit. Tapi masalah itu bukan menjadi hambatan untuk merealisasikan ide. Ia memerkerjakan seorang penjahit yang sudah dikenal sambil belajar pelan-pelan.
Dari modal dan jumlah tenaga kerja yang terbatas, produksi awal bisa sebanyak 130 potong. Penjualan pertama kali hanya menitipkan sajadah di penjual makanan milik tetangga. Ia gencar memasarkan hasil produk lewat jejaring sosial.
“Ternyata sajadah itu laku. Orang-orang banyak mencari kepada pemilik warung. Setelah jumlah permintaan meningkat, saya mulai naikkan produksi,” tuturnya.
Untuk mengenalkan produk ke pasar yang lebih luas, ia sempat mengikut lomba wirausaha. Pemerintah Kota Jakarta Timur pernah menggelar ajang Pemuda Pelopor pada Agustus 2014. Ternyata, juri menyatakan sajadah berbahan jins sebagai produk unggulan dan layak menjadi juara pertama.
“Saya dapat uang bantuan sebesar Rp 5,5 juta dari menang lomba. Hadiah saya manfaatkan untuk pengembangan usaha supaya makin besar,” tuturnya.
Setelah meraih prestasi, Umar semakin sering mengikuti kegiatan seperti Pekan Rakyat Jakarta, Program Berani Jadi Miliarder, dan Pameran Monas. Lewat acara tersebut, sajadah jins semakin dikenal masyarakat. Hasil penjualan juga terus mengalami peningkatan.
“Usaha saya semakin berkembang pesat padahal belum sampai satu tahun. Saya mampu menambah pegawai. Sekarang saya sudah memekerjakan enam orang penjahit,” ujarnya.
Menurut dia, sajadah jins punya keunikan yang mendorong daya tarik masyarakat untuk membeli. Untuk menjaga pasar, pengembangan model terus dilakukan. Sekarang sajadah jins punya macam-macam pilihan motif seperti batik Betawi dan batik tulis. Pelanggan juga bisa memesan motif sesuai selera.
Harga jual sajadah jins dipatok senilai Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per potong untuk ukuran besar. Sajadah ukuran kecil hanya dipatok senilai Rp 34 ribu hingga Rp 50 ribu. Kecantikan motif menyesuaikan harga jual. Sekarang, ia mampu menjual 300 sajadah dalam sebulan.
“Pelanggan saya tersebar di Jabodetabek, Batam, Lampung, Palu dan Jambi. Saya juga pernah kirim barang ke Korea Selatan,” ujarnya.
Tak Puas Penghasilan Terbatas
Lima tahun bekerja di sebuah minimarket sangat tidak memuaskan. Umar merasa tidak pernah ada peningkatan penghasilan. Padahal banyak waktu tersita untuk memenuhi permintaan perusahaan.
“Untuk perjalanan kerja saja bisa sampai empat jam pulang pergi. Saat musim hujan akan lebih panjang,” katanya.
Pengalaman itu mendorong kemauan membangun usaha mandiri. Kebetulan darah sebagai saudagar memang sudah mengalir. Terbukti selama bekerja pun sempat membagi waktu untuk berjualan pulsa, kaus, dan powerbank. Ia mewarisi keahlian dari bapak kandung yang membesarkan keluarga dari berjualan soto.
Umar mengatakan tidak mudah jadi pengusaha namun bukan berarti tidak mungkin. Cukup bermodal keberanian dan kerja keras, mimpi itu akan terealisasi. “Saya hanya berbekal pendidikan ijazah sekelas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tapi saya bisa bangun usaha mandiri. Yang penting berani ambil keputusan,” tuturnya.
Umar mengatakan, usahanya sudah menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Banyak sekali orang yang berminat membangun usaha serupa. Terbukti, banyak orang membujuk para penjahit pindah kerja dengan iming-iming penghasilan lebih besar.
“Bentuk persaingan memang bermacam-macam. Sekarang saya sudah menghadapi tantangan yang lebih besar. Berarti usaha saya semakin dikenal orang,” ujarnya.
Dia mengaku sering mendapat pesan singkat dari orang tidak dikenal untuk menawarkan berbagai macam bentuk kerja sama. Pernah ada yang menawarkan peminjaman outlet untuk menjual sajadah dengan mekanisme bagi hasil. Tapi, penawaran itu ditolak untuk alasan masih mau berjuang secara mandiri.
“Saya tidak mau usaha ini dicampuri banyak tangan dan kepentingan. Jadi tidak leluasa melakukan pengembangan ide,” ujarnya.
Profil:
Nama : Umar Sa’ad
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 27 Januari 1989
Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rahayu Mulyo Jakarta Timur
Nama Usaha : Jins Moeslim
Kegemaran : Beladiri Silat Betawi
Kontak : 085711103860
Alamat : Jl Datuk Ibrahim No 31 Condet Balekambang Kramatjati Jakarta Timur