100 8719 2 scaled

100_8719 (2)Kesuksesan bisa berawal dari keterdesakan. Itulah yang dialami Tatas Patrio Sembodo yang tabungannya terus menipis akibat kebiasaannya sulit menetap pada sebuah pekerjaan di perusahaan. Apalagi ia terbebani kewajiban membahagiakan orang tuanya.

Saat itu, ia hanya memiliki tabungan Rp 5 juta. Ia berkeinginan berwirausaha namun masih terbentur usaha apa yang tepat untuknya. Ia merasa saat bekerja dengan orang lain tidak memiliki fokus dan tabungannya selalu tergerus.

“Saya dapat ide berbisnis gantungan kunci ketika berselancar di internet. Kayaknya lucu bisnis ini. Tidak terlalu susah. Modalnya juga masih terjangkau. Apalagi saya punya kemampuan desain grafis,” kata Tatas.

Berbekal tabungannya, Tatas langsung membeli paket mesin pencetak gantungan kunci, lengkap dengan alat-alat yang dibutuhkan. Ia telah yakin memulai usaha dari nol sebagai juragan gantungan kunci. Namun bisnis tidak semuanya berjalan manis. Lima bulan perjalanan bisnisnya tidak membuahkan hasil dan tak ada pesanan.

Ia hampir putus asa saat menerima cobaan tersebut. Ia ingin kembali bekerja di perusahaan orang lain dengan penghasilan tetap. “Tapi saya ingat kalau berbisnis harus tetap berpikiran positif. Meski hampir putus asa, saya berpikir kalau itu masa-masa saya belajar. Saya coba terus belajar bikin gantungan kunci, menjajal berbagai kreasi. Sampai akhirnya dapat orderan pertama dan saya yakin pilihan ini tidak salah,” katanya.

Ia sadar terhadap kekurangannya karena ia tidak memasarkan bisnisnya tersebut. Secara perlahan, pria 29 tahun ini belajar memasarkan produk secara online (e-marketing). Sebulan kemudian, ia baru mendapat pesanan dari teman berupa 600 buah gantungan kunci. “Saat itu saya bersyukur sekali. Padahal saat itu saya mau kembali jadi karyawan karena usaha sepi tanpa orderan,” ujarnya.

Tepat mendapat pesanan perdananya, ia juga mendapat panggilan bekerja di sebuah perusahaan. Selama lima bulan terakhir, pria lulusan Universitas Lampung tersebut sempat memasukkan beberapa lamaran pekerjaan pada berbagai perusahaan.

Ia pun kembali menjadi pekerja karena tabungannya sudah menipis. Ia tak mungkin meminta bantuan orang tua karena seharusnya justru ia yang harus mengirimkan uang untuk keluarganya di kampung. Lantas ia memilih mengerjakan keduanya, menjadi karyawan sambil mengerjakan bisnis secara sampingan.

Namun saat kedua jenis pekerjaan dilakukan, pasti ada salah satu yang kewalahan. Kerjaan di perusahaan tidak fokus karena harus membagi pada perusahaan sampingan. Di sisi lain, pesanan terabaikan gara-gara harus bekerja. Ia juga sempat menolak beberapa pesanan karena ia tidak sanggup mengerjakan sendirian. “Kembali nyali berbisnis saya diuji. Apakah mau tetap menekuni bisnis ini atau saya kembali menjadi kuli. Berbekal keinginan kuat, saya memilih mantap meneruskan usaha sendiri,” katanya.

IMG-20141130-WA0004 (2)

Sempat Dapat Investor

Perjalanan bisnis Tatas tak berhenti. Ia yakin bisnisnya akan membesar suatu saat nanti. Keputusannya berhenti jadi karyawan setelah kontraknya berakhir memicu ia mengembangkan usaha secara mandiri.

Namun kebetulan seorang teman menawarkan modal usaha. Ia pun mendapat sebuah toko untuk memajang karyanya. Tapi ia pun tidak mengalihkan penjualan secara online. Ia terus mengembangkan blog, hingga media sosial seperti Facebook dan Twitter.

“Saya juga belajar online dan serabutan tentang SEO (search engine optimization). Ini tentang bagaimana mencuri perhatian Google agar blog bisa selalu muncul di awal setiap kali orang mencari gantungan kunci di internet,” kata Tatas.

Ia juga merambah situs berbagi seperti YouTube, Pinterest, Instagram, dan lainnya agar produknya semakin dikenal masyarakat. Sinergi antara blog, kampanye brand, media sosial, dan sebagainya harus berkolaborasi secara real time untuk menjangkau konsumen yang bervariatif. Omzetnya pun melonjak menjadi Rp 10-20 juta per bulan.

Namun usaha yang mulai menampakkan hasil tidak berjalan mulus. Dua kepala ternyata tidak juga lebih baik dari satu kepala. Banyak keinginan karena ada dua pemegang saham. Akhirnya perjalanan bisnis bersama terhenti selama enam bulan.

“Saya belajar bahwa berbisnis selalu ada naik turunnya. Tidak semua berjalan sesuai rencana. Saya kembali solo karier dengan balik menempati ruangan tempat usaha di sebelah garasi rumah,” kata Tatas.

Ia pun lantas memerluas usaha dengan menambah varian produk. Kini Tatas tidak hanya menjual gantungan kunci, melainkan juga pembuka botol, cermin, pembuatan ID Card, tumbler dan pencetakan berbagai jenis mug.

Perpisahan dengan partnernya mendorong Tatas semakin semangat. Peluang bisnis semakin terbuka. Pesanan juga makin banyak. Ia berharap usahanya terus membesar dan kembali bisa membahagiakan orang tua dan orang terdekatnya.

Biodata

Nama                                       : Tatas Patrio Sembodo, S.A.B

Tempat/Tanggal lahir               : Jakarta, 27 September 1985

Agama                                     : Islam

Alamat                                     : Jl. Teratai II No. 27 Larangan Indah, Larangan,

Tangerang – Banten 15154

Hobi                                         : Membaca, mendengarkan musik, bersepeda

Motto                                       : Tanpa belajar tak kan ada perubahan, tanpa perubahan

berarti mati

Cita-cita                                    : Jadi pengusaha sukses yang bermanfaat bagi banyak orang dan

menyejahterakan banyak orang, terutama menyejahterakan keluarga.

 

Profil Usaha

 

Nama Usaha: Garage27

Tagline: Customize Your Stuff

Workshop: Jl. Teratai II No. 27 Larangan Indah, Larangan, Tangerang 15154

Telp./SMS: 021-90452386, 0853 1214 6552

Whatsapp: 0838 7042 5159

Pin BBM : 7931127A

E-mail: garage27_biz@yahoo.com atau garage27.biz@gmail.com

Blog: www.garage27.wordpress.com

 

 

 

 

 

 

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *