Nokia melaporkan laba operasi pada kuartal III-2014 naik 32 persen dari 359 juta euro menjadi US$ 457 juta euro (sekitar US$ 578 juta atau Rp 6,9 triliun). Padahal analis hanya memerkirakan pencapaian 359 juta euro.
CEO Nokia Rajeev Suri mengatakan, kenaikan laba terdongkrak dari bisnis jaringan di Amerika Utara dan China. Sebagai pemain bisnis jaringan ketiga setelah Ericsson dan Huawei Technologies Co Ltd, Nokia mampu membenahi struktur perusahaan terutama transformasi bisnis setelah unit bisnis ponsel diakuisisi Microsoft.
Marjin laba usaha pada bisnis jaringan Nokia mencapai 13,5 persen, naik dari 11,0 persen pada kuartal II-2014. Padahal analis hanya memerkirakan marjin mencapai 9,9 persen.
“Bisnis jaringan juga terdongkrak dari campuran bisnis broadband mobile dan kenaikan bisnis yang kuat di Amerika Utara,” kata Suri.
Saham Nokia naik 140 persen sejak Microsoft mengumumkan akuisisi sejak September 2013. April lalu, unit bisnis ponsel milik Nokia resmi milik Microsoft dan Nokia hanya akan fokus bisnis jaringan.
Analis Inderes Equity Research Mikael Rautanen mengatakan, profitabilitas Nokia memang sedang membaik tahun ini. Hal itu didorong program penghematan komprehensif yang dilakukan Suri sejak masa lalu. “Tapi kita harus tetap ingat bisnis jaringan juga ada siklusnya sehingga profitabilitas juga tidak akan permanen,” katanya.
Fund Manager Danske Capital Juha Varis mengatakan, Nokia telah melaporkan keuntungan lebih tinggi dari perkiraan sepanjang tahun. Namun target jangka panjang unit bisnis jaringan tampaknya agak rendah. Perusahaan harus mampu menjelaskan pandangan terhadap dinamika pasar.
“Mereka telah jelas terlalu berhati-hati. Mungkin mereka bisa menaikkan target jangka panjang dengan marjin hanya sekitar lima persen beberapa waktu,” kata Varis.
Sumber: Reuters, Business Insider