Kurukulum internasional Sampoerna University patut disimak seiring perkembangan dunia pendidikan akhir-akhir ini. Soalnya, banyak guru atau dosen di Indonesia mengeluhkan perubahan kurikulum pendidikan. Benarkah pendidikan di Indonesia perlu kurikulum internasional agar sistemnya setara dengan global?
Sebelum membahas pernyataan tersebut, aku tercengang selepas membaca tulisan pendiri Success Before 30 Chandra Putra Negara. Beliau mengutip pernyataan dari artikel Profesor Agus Budiyono, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat.
Pernyataan yang cukup mencengangkan itu yakni “SEKOLAH itu memang PENTING. Tapi TIDAKLAH CUKUP!” Kok bisa?
Pendidikan Tinggi Menjamin Kesuksesan?
Orang tuaku dulu selalu berkata, “Sekolahlah setinggi mungkin. Biar derajat orang tuamu juga akan terangkat.” Pendidikan menjadi salah satu poin penting dalam menentukan kesuksesan kehidupan. Dengan kesuksesan hidup, otomatis akan mengangkat derajat diri sendiri, sekaligus orang tua yang telah membesarkan kita.
Bukan berarti yang tidak mengenyam bangku pendidikan dasar hingga perguruan tinggi akan berakhir gagal atau tidak sukses. Namun dari pendidikan pula, pola pikir kita akan berubah tentang banyak hal, baik tentang seseorang hingga lingkungan. Melalui proses pendidikan pula, seseorang akan mendapatkan ilmu yang bisa menunjang kesuksesan karier ke depan.
Kisah si Penemu Bohlam
Penemu lampu pijar (bohlam) Thomas Alva Edison pernah berkata, “Sukses itu hanya satu persen. Sembilan puluh sembilan persen adalah keringat.”
Dari pernyataan tersebut, kita memang tidak bisa hanya meraih kesuksesan dengan kuliah. Perlu kerja keras banting tulang peras keringat untuk mendapatkan kesuksesan. Namun paling tidak, dengan kuliah kita tentu saja mendapatkan lebih banyak pengetahuan, koneksi, dan relasi.
Dari dulu, ini tentu saja sepengetahuanku ya. Kuliah tidak mengajarkan kita cara menjadi sukses, kecuali kita harus mencarinya sendiri.
Baca juga:
- Rencana Pendidikan Anak, Pentingkah?
- Little Big Master: Potret Buruk Wajah Pendidikan
- Kursus Online Gratis Siap Kerja di Masa Pandemi
- Aplikasi Ini Asah Otakmu dan Anakmu
Misalnya aku dulu nih. Aku dulu kuliah jurusan Pariwisata. Namun entah mengapa, aku dulu bermimpi untuk bisa menjadi pewarta. Untung saja, ada mata kuliah tentang komunikasi. Beruntung lagi, dosennya enak banget diajak ngobrol sekaligus bertukar pikiran tentang profesi di masa depan.
Sebelum mengajukan skripsi, aku bahkan sudah diterima di salah satu media lokal di Bali. Saat wawancara, pemimpin redaksi media tersebut bahkan tidak banyak menanyaiku. Dia hanya membolak-balik sertifikat pelatihan kewartawanan yang pernah aku ikuti saat masa sekolah menengah atas (SMA) di Kediri.
Yang membuat bangga, aku bisa mendapatkan gaji dari pekerjaan yang aku suka. Bahkan sebelum aku skripsi atau lulus wisuda. Jadi teringat omongan Thomas Alva Edison tadi kan?
Pendidikan di Indonesia Perlu Kurikulum Internasional
Pernyataan Thomas Alva Edison tadi menjadi sebuah bukti kita dapat menjadi sukses berkat menemukan kepribadian dalam diri. Bahkan tanpa lulus pendidikan tinggi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Agustus 2022, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,42 juta jiwa. Jumlah tersebut menurun dibandingkan Agustus 2021 sebesar 9,1 juta jiwa atau 9,77 juta jiwa pada Agustus 2020.
Masalahnya, dari data yang sama, terjadi anomali penduduk bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMP, SMK, diploma hingga Strata 3 justru mengalami penurunan.
Hal ini menjadi bukti gelar atau ijazah pendidikan tinggi hanya menunjukkan kita pernah sekolah. Namun tidak menunjukkan seberapa tinggi kompetensi yang pernah kita miliki.
Lebih naasnya lagi, banyak dijumpai sarjana-sarjana yang kurang kompeten dan bekerja tidak sesuai dengan bidangnya. Bahkan ada aggapan, orang yang mengenyam bangku kuliah justru sangat susah keluar dari zona nyaman. Hal ini karena pola pikir alumni perguruan tinggi masih terbentuk untuk mencari gaji tinggi. Padahal banyak perusahaan ragu atas pengalaman kerja dan kompetensi yang tak sesuai ekspektasi. Inilah pentingnya pendidikan di Indonesia perlu kurikulum internasional.
Kurikulum Internasional Sampoerna University
Berkaca dari masalah tersebut, sistem pendidikan di Indonesia perlu kurikulum internasional. Kurikulum internasional ini memungkinkan peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat. Serta menggunakan bahasa Inggris dalam pengantarnya.
Salah satu alasan penerapan kurikulum internasional yakni harapan orang tua yang menginginkan anaknya melanjutkan pendidikan di luar negeri. Atau sekolah dengan standar internasional di dalam negeri.
Kurikulum internasional juga memiliki keunggulan. Di antaranya peserta didik fasih berbahasa Inggris (mereka akan siap bertarung di kancah global). Selain itu sistem pendidikan modern dan terbaru, memiliki wawasan internasional hingga menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.
Sampoerna University menjadi satu-satunya universitas di Indonesia yang memiliki pengalaman pendidikan tingkat tinggi ala Amerika. Sampoerna University bagian dari sistem Sekolah Sampoerna, puncak dari satu-satunya sistem sekolah di Indonesia yang terintegrasi secara nasional berdasarkan standar kualitas dunia.
Sampoerna University akan membekali peserta didiknya memiliki keterampilan yang berdaya saing global. Kampus bergengsi di Jakarta ini akan berkolaborasi dengan University of Arizona, Amerika Serikat dalam aplikasi kurikulum internasional Sampoerna University.
Tidak hanya itu, Sampoerna University bukan hanya sekadar kampus tapi juga komunitas belajar yang akan mempersiapkan peserta didiknya sukses secara akademik dan profesional.
Berkolaborasi dengan University of Arizona, peserta didik pun akan magang di perusahaan bergengsi. Sehingga akan langsung belajar seperti di industri, mengikuti perkembangan perusahaan serta teknologi terkini.
Kami menyiapkan generasi muda berkualitas dan berdaya saing global. Kurikulum internasional Sampoerna University dimaksudkan agar mahasiswa punya kredensial luar negeri, yang bekerja sama dengan Universitas Arizona di Amerika Serikat.
FARRAH MAHDALY
STUDENT AFFAIRS MANAGER
AT SAMPOERNA UNIVERSITY
Gampangnya, mahasiswa dengan kurikulum internasional Sampoerna University akan memeroleh kredit dari University of Arizona di Sampoerna University Jakarta tanpa harus meninggalkan Indonesia. Imbasnya, biaya pendidikan internasional dapat dihemat hingga 75 persen.
Fasilitas pendidikan hingga laboratoriumnya pun sudah berstandar Amerika Serikat. Sehingga nantinya mahasiswa tidak hanya dituntut bagus secara akademik tapi juga ditantang bertumbuh kembang lebih baik.
Artinya, peserta didik dengan kurikulum internasional Sampoerna University dituntut memiliki kemampuan (skills) di bidangnya, mampu berkomunikasi dengan baik serta bergaul atau beradaptasi dengan orang/lingkungan sekitar. Selain itu, mereka juga harus mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, mau belajar menambah wawasan hingga berperilaku baik.
Harapannya, peserta didik lulusan kurikulum internasional Sampoerna University akan memiliki pengetahuan dan keterampilan berkelas global. Lebih kerennya lagi, 94 persen lulusan kurikulum internasional Sampoerna University memeroleh pekerjaan di perusahaan nasional hingga perusahaan internasional hanya tiga bulan setelah lulus.
Inilah berkat kurikulum internasional Sampoerna University dan soft skills relevan yang diajarkan di Sampoerna University.
Pemerintah pun udah merancang ke sana, sih. Sehingga makin banyak sekolah dan universitas yang sesuai untuk memenuhi standar internasional
betul sih kak, andai aja banyak yaa yang mengikuti jejak SU hehe.. tapi ini udah keren banget SU menjadi pioneer dan satu2nya univ di Indonesia yang memakai kurikulum intern dari arizona univ
Harapan terbesar orang tua memang agar anaknya bisa bersekolah tinggi, bahkan sampai ke luar negeri ya, Mas. Makanya ada pepatah, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.
Dan kalau memang mau lanjut ke luar negeri, harus dasarnya di negeri sendiri diperkuat. jadi bagus sekali ini, diterapkan kurikulum internasional.
Nah bener deh. Ternyata banyak banget sarjana yang menganggur. Ini menunjukkan ijazah saja tidak cukup kalau kita tidak memiliki kompetensi. Untungnya Sampoerna University telah menyiapkan kurikulum internasional yang bisa menyiapkan alumnusnya bersaing di kancah global. Bisa dapat kerja juga 3 bulan setelah lulus.
setuju banget sih kalau kuliah tuh gak hanya mendapat ilmu dan membuka wawasan tapi juga relasi. di Bandung udah gak aneh kalo kampus A itu kuat banget relasi alumnusnya, kampus B gak. ini aja udah jadi pertimbangan memasukan anak ke kampus tertentu. apalagi kalau dipertimbangkan masuk Sampoerna University, udah its a must sih kalo anak mau sukses di kancah internasional
Kudu beneran tepat pilihan orang tua untuk anak memilik sekolah dengan kurikulum internasional. Ini beneran jadi solusi untuk mempersiapkan anak menuju persaingan dunia kerja dan ngebuat orang tua jadi lebih terbantu dengan masalah pendidikan untuk persaingan global
Setelah mengenal apa itu kurikulum internasional menurut saya sih iyes karena emang tuntutan zaman juga ya, biar siswa2 di Indonesia juga bisa bersaing secara global. Syukur juga ya karena di Indonesia udah ada Kampus bertaraf Internasional seperti SU ini jadi gak perlu kuliah jauh2 lagi di luar negeri, karena pendidikan yang didapatkan di kampus ini sama saja karena menerapkan kurikulum internasional juga apalagi lulusannya bisa dapat double sarjana pula. Keren banget mah ini
Pengalaman magang yang didapat mashasiswa pastinya akan sangat bermanfaat nantinya saat berada di dunia kerja. Senang saat mengetahui di dalam negeri sudah ada Sampoerna University dengan kurikulum internasionalnya.
Betul sekali memilih universitas memang ga boleh asal-asalan. Perhatikan juga kurikulumnya. Agar tak menyesal setelah lulus nanti. Sampoerna University bisa jadi pilihan
Penting banget ya pendidikan dengan kurikulum internasional. Terus di Sampoerna University anak-anak bisa belajar secara internasional tanpa harus pergi ke luar negeri.
Udah gitu, bisa double degree pula, kan menyenangkan.
Dapat 2 gelar sarjana dari Sampoerna University membuat percaya diri para sarjananya untuk siap bersaing. Apalagi kurikulum yang digunakan, kekinian dan internasional juga
Gonta ganti kurikulum padahal yang sebenarnya butuh waktu lama untuk menyesuaikan kembali, kan percuma karna guru dan siswa jadi “kelincinya”, mending coba kolaborasikan kurikulum internasional dengan nasional (saran untuk pemerintah)
keren sekali ya, tentunya jika Indonesia bisa menerapkan kurikulum internasional ini akan berdampak baik di masa depan, semakin banyak peluang kerja internasional bagi anak bangsa untuk bersaing di dunia kerja ya.
mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu berbahasa asing, adalah dua hal skill yang harus dimiliki generasi zaman ini. dan bahkan jika bisa meereka harus menguasai skill skill yang lain agar mudah mereka dalam memulai usaha atau bekerja di perusahaan-perusahaan besar atau berskala internasional
Perubahan kurikulum itu menyita waktu yaa, mungkin sudah saatnya beralih ke kurikulum internasional. Siswa juga bisa berbahasa asing dan tentunya tidak hanya fokus pada hafalan saja. Secara ya kurikulum Indonesia tuh banyak bgt hafalannya.
Kadangkala, karena gak jelasnya kurikulum ini, jadi mengaburkan cita-cita seseorang. Sehingga banyak anak muda yang salah jurusan dan akibatnya sulit dapat kerja di bidang yang ia cintai.
Semoga dengan pemahaman orangtua masa kini yang sudah terbuka, bisa mantap memberikan pilihan terbaik untuk ananda dan Sampoerna University bisa membuka jalan untuk menggapai dunia kerja impian selepas dari bangku kuliah.
Jika lulusan universitas bisa memiliki kompetensi global dengan adanya kurikulum internasional di kampus maka kenapa tidak hal ini dilakukan di semua kampus di Indonesia
Asyik yaa kalau semua universitas bisa seperti Sampoerna University, punya kurikulum internasional berstandar dunia. Dapat 2 gelar dengan biaya kuliah terjangkau
Di Bali sini masih terjadi tuh orang tua fokus pada nilai rapor dan ijazah. Bahkan standar nilai juga tinggi. Entah kapan bisa berhenti menggunakan sistem ini.