Saham Twitter turun hampir 11 persen menjadi US$ 16,45 akibat kerugian yang terus mendera perusahaan meski kerugian telah berkurang dari US$ 136 juta menjadi US$ 107 juta pada kuartal kedua 2016.
Twitter belum pernah membukukan laba sejak debut penawaran saham perdana pada 2013.
Jumlah pengguna naik tiga persen dari 310 juta menjadi 313 juta. Pendapatan naik 20 persen menjdi US$ 602 juta tapi masih jauh dari harapan. “Kami telah membuat banyak kemajuan pada prioritas tahun ini,” kata Kepala Eksekutif Twitter Jack Dorsey.
“Kami yakin dalam peta jalan produk kami. Kita melihat manfaat langsung dari perubahan produk terbaru dengan peningkatan keterlibatan dan penggunaan.”
Namun ia mengharapkan strategi baru untuk menghasilkan manfaat ke depan. “Kami bekerja setiap hari untuk mendorong Twitter lebih cepat, lebih intuitif, dan mudah digunakan.”
“Anda sudah melihat kami mengambil beberapa langkah besar di sini, seperti perubahan lini masa (timeline), perubahan karakter, dan aturan lainnya.”
Pendapatan iklan perusahaan naik 18 persen menjadi US$ 536 juta. Pendapatan dari Amerika Serikat naik 12 persen menjadi US$ 361 juta, dan pendapatan internasional naik 33 persen menjadi US$ 241 juta.
Namun analis masih skeptis terhadap perkembangan Twitter ke depan. “Twitter percaya mendapatkan iklan premium, tapi pelambanan pendapatan iklan sepertinya tidak mendukung itu,” kata analis RBC Capital Markets Mark Mahaney.
Sebuah catatan Morgan Stanley menilai, Twitter telah gagal mendorong pendapatan signifikan. Lalu lintas web dan unduhan aplikasi menunjukkan pertumbuhan keterlibatan terus memburuk. “Kami percaya akan menekan monetisasi,” ujarnya.
Saham Twitter saat IPO mencapai US$ 69 pada akhir 2013 namun terus menurun dan kehilangan lebih dari 70 persen sejak dua setengah tahun terakhir. Saham ditutup US$ 18,45 per saham.
Sumber: AFP