Ide usaha bisa berasal dari mana saja. Salah satunya dialami Puji Gawil di Bogor yang terinjak beling (pecahan kaca) saat memakan keripik singkong. Baginya, menginjak beling bukan menjadi musibah, tapi justru menjadi berkah.
Sesampainya di rumah, ia segera membersihkan luka pecahan beling yang tertancap di telapak kakinya. Beling itu cukup kecil dan tipis sehingga sulit dikeluarkan sendiri. Ia pun meminta bantuan ke dokter sebelah rumahnya.
Selepas berobat ke dokter, Puji merenung sambil terus makan keripik singkongnya. Ia heran beling sekecil itu bisa masuk ke telapak kakinya. Namun sembari makan keripik singkong yang lumayan tebal, ia pun heran mengapa tak berhenti makan makanan tradisional itu.
“Lalu saya terpikir membuat keripik singkong setipis beling biar semua orang bisa makan. Selama ini potongan keripik cukup tebal sehingga susah bagi orang tua untuk mengunyah,” katanya.
Pria asli Sunda ini kemudian patungan dengan kakak untuk mengumpulkan modal. Dalam beberapa bulan, terkumpullah uang Rp 15 juta, hasil tabungan kakaknya. Ia juga mengumpulkan hasil tabungan dari hasil berjualan cireng.
“Sebetulnya saya juga usaha cireng bersama kakak. Dari hasil keuntungan itu kita kumpulkan digabung dengan uang tabungan masing-masing. Setelah terkumpul, kita mau usaha yang lebih serius yaitu keripik,” katanya.
Mulai dari situ, tepat dua tahun lalu, ia dan kakak fokus memproduksi keripik singkong. Agar berbeda, ia menyebut keripik beling sebagai nama merek dagangnya sehingga membuat orang penasaran membeli dan mencoba memakannya.
“Kalau mendengar keripik beling, orang pasti kaget. Masa mau makan beling? Yang benar saja. Tapi kalau sudah ditawari keripik singkong setipis itu, pasti semua orang mau mencobanya,” katanya.
Untuk memberi rasa, Puji menyediakan rasa manis, asin, dan pedas. “Agar kelihatan berbeda, kami memberi rasa lain yaitu keripik rasa jeruk nipis, agak asam-asam begitu deh,” katanya.
Pria semester akhir di salah satu perguruan tinggi Jakarta Selatan ini mengaku omzetnya sudah mencapai sekitar Rp 200 juta per bulan. Sehari ia bisa menjual 50 kardus keripik beling. Harga setiap kardusnya dibanderol Rp 150 ribu.
“Sehari saya bisa dapat penghasilan kotor sampai Rp 7,5 juta. Kalau sebulan kira-kira lebih dari Rp 200 juta. Selisih keuntungannya memang kecil, sekitar dua puluh persen,” tuturnya.
Puji mengaku pelanggannya merupakan pemilik toko-toko grosir di Kota Bogor. Sebagiannya juga sudah dikirim ke wilayah Jabodetabek. Ke depan ia berharap bisa ekspansi pasar sampai luar Pulau Jawa.
“Kami ingin dua atau tiga tahun ke depan sudah menguasai pasar Jawa. Lalu nanti bisa mengembangkan ke luar Pulau Jawa,” ujarnya.
Baginya, berwirausaha menjadi salah satu kunci suksesnya dalam hidup. Selain itu bisa menurunkan angka pengangguran terdidik yang banyak terjadi di Indonesia. “Cita-cita saya ingin masuk majalah Forbes karena sukses berwirausaha,” katanya.
Penyokong Biaya Kuliah
Puji Gawil sudah mampu menghasilkan uang sendiri dengan membangun usaha keripik beling sejak 2012 lalu. Dari usahanya itu ia mampu membiayai uang kuliah dari penghasilannya sendiri. Bahkan masih ada sisa yang dapat digunakan untuk membiayai rencana orang tua pergi haji.
“Saya pilih berusaha karena memang mau meringankan beban orang tua membiayai kuliah. Hasilnya bukan hanya meringankan, tapi sekarang biaya kuliah saya sepenuhnya sudah dari kantong sendiri. Syukur-syukur bisa terkumpul untuk ongkos orang tua pergi haji, sekarang sedang nabung untuk itu,” katanya.
Sebagai pengusaha, Puji memegang prinsip jangan takut gagal. Untuk mencapai kemampuan membuat produk yang disukai masyarakat harus sering melakukan percobaan. Semakin sering mengalami kegagalan, semakin dekat menuju kesuksesan.
“Sering gagal membuat kita menjadi lebih kuat baik secara mental maupun pengetahuan. Dalam berusaha saya punya prinsip, laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang andal. Makanya, pelaut ulung berlayarnya di wilayah yang berbahaya,” tuturnya.
Puji menganggap pengusaha juga tidak boleh malu bertanya untuk mencapai pengetahuan yang lebih baik. “Untuk mengembangkan inovasi, sampai sekarang saya masih suka tanya sama pelanggan apa kekurangan produk kita. Selain itu juga bertanya pada pengusaha lain bagaimana mengembangkan pasar ini,” tuturnya.
Puji mengaku kesuksesan yang dicapai merupakan restu orang tua dan keluarga dekat. “Keluarga saya terutama ibu dan kakak merupakan orang yang paling berjasa dalam membangun usaha ini. Tanpa dukungan dan restu mereka kemungkinan usaha ini tidak jalan. Biar bagaimanapun, segala kesusahan yang saya lalui hanya keluarga yang dapat mengerti,” katanya.
Puji mengaku kenangan terberat yang pernah dilalui saat menjalankan usaha keripik beling ini ketika mau mendirikannya. Apalagi saat itu ketersediaan modal sangat terbatas. Namun, orang tua dan kakaknya hadir memberi semangat. “Padahal kebanyakan orang tua biasanya khawatir kuliah anaknya gagal jika sambil berusaha,” tuturnya.
Puji tidak pernah mengkhawatirkan masalah produknya laku atau tidak. Pasalnya, produk yang ia jual merupakan produk pangan. “Saya yakin ke depan produk ini tetap laku dijual. Usaha makanan tidak akan pernah sepi pembeli. Masyarakat kan selalu makan,” ujarnya.
Profil Usaha:
Alamat usaha: Jl. Cikopo Selatan No 64 RT 001 RW 001, Desa Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Kontak, 081224033208 – 085717806777
Nama: Puji Gawil, TTL: Bogor, 2 November 1989, Hobi: Berdagang, Pendidikan: Mahasiswa IISIP Jakarta jurusan Periklanan
Kakak: Budi Januarsyah, TTL: Bogor, 24 Januari 1986. Cita-cita: masuk Majalah Forbes
Boleh tau pak cara buat keripik beling ini gimana?
Mungkin bisa langsung kontak pemilik usahanya langsung ya bu..Semoga membantu
Mungkin bisa langsung kontak pemilik usahanya langsung ya bu..Semoga membantu