Kenangan setahun di JakartaKenangan setahun di Jakarta. Foto diambil saat Idul Fitri 2020. Foto: Didik Purwanto

Kenangan setahun di Jakarta aku rasakan saat ini. Pas berangkat kerja tadi siang, secara ga sengaja mendengarkan lagu dari Kahitna berjudul “Setahun Kemarin”. Walahhh..hari ini pas setahun gw di Jakarta.

Janji Tidak Datang Lagi ke Ibu Kota

Ah, tak terasa sudah setahun aku menginjakkan kaki di ibukota. Padahal, dahulu memang aku berjanji untuk tidak datang ke Jakarta lagi. Karena apa? ya, kemacetanlah yang membuatku enggan datang ke sini lagi.

Forum Lingkar Pena
Bertemu Helvy Tiana Rossa dan penulis di Forum Lingkar Pena. Foto: Humas FLP

Dulu, pas tahun 2003, tepat saat pra munas Forum Lingkar Pena aku pernah ke Jakarta selama dua hari. Seneng sih, ketemu ama penulis hebat macam Helvy Tiana Rossa, Asma Nadia, dan sederet penulis terkenal dari seantero negeri. Waktu itu kumpul di TIM, aku ingat tempatnya ada di atas studio Wisata 21. Kayaknya di situ tempat mangkal Dewan Kesenian Jakarta. Maklum saja, mbak Helvy kan jadi pengurus di sana. Aku juga masih ingat saat sholat Jumat di Masjid Arif Rahman Hakim, belakang TIM.

TIM Jakarta
Kompleks Taman Ismail Jakarta. Foto: Kompas.com

Tekadku di Kepenulisan

Aku jadi kayak orang bego di tengah penulis terkenal. Sementara aku hanya penulis pemula dari kalangan kampus (yang sebenarnya) malah tidak tahu apa-apa tentang kepenulisan. Tapi tekadku untuk belajar dan menekuni dunia kepenulisan ini sudah bulat. Apalagi aku mengemban tugas dari temen-temen FLP di Bali untuk menimba ilmu di sini. Sesampainya di sana, tugasku untuk menyebarkannya.

Salah satu temen yang harus kubuat repot saat di Jakarta adalah Rusdi. Dia tinggal di Mampang. Dulu pas di Jakarta, aku nginep di sana, dia juga dengan sabar mengantarkanku ke depan studio TRANS TV. Saat itu aku ngefans sekali ama tayangannya. Semoga suatu saat aku bekerja di sana ( I hope), tapi sampai sekarang pun juga tidak kesampaian.

Kenangan setahun di Jakarta
Kenangan setahun di Jakarta. Foto diambil saat Idul Fitri 2020. Foto: Didik Purwanto

Dia juga mengantarku untuk pergi ke Monas. Kalo tempat ini mah wajib bagi pendatang. Kalo belum mengunjungi Monumen Nasional ini serasa belum mengunjungi Jakarta. Aku mampir juga ke Istiqlal, walau hanya berpotret di depan papan namanya doank.

Selepas itu kukubur dalam-dalam pergi di Jakarta. Apalagi dari 2003 itu aku nyaman sekali tinggal di Pulau Dewata. Bahkan sampai kuliahku selesai, aku tetap tinggal di sana. Someday, i’ll build home in Ubud or somewhere in Bali. One of the beautiful and peacefull places in the world. Halahhh..

Tawaran Bekerja di Jakarta

Sampe pada November 2008, aku ditawari untuk bekerja di salah satu koran nasional. Memang masih baru, tapi akan ekspansi ke Bali. Aku sih cuma lihat iklannya di televisi. Kayaknya sih menarik. Apalagi sesuai dengan visiku, Inspirasi Cerdas.

Bekerja di mingguan dan harian, kurasa bener-bener beda. Di sinilah tantangan kurasakan begitu kuat. Beda sekali dengan kerjaanku sebelumnya yang hanya berkutat di dunia pertanian, budaya dan sedikit masalah sosial. Di harian, kehidupanku malah berputar 180 derajat.

Dulu, aku sangat anti untuk pergi dugem apalagi ke luar malam untuk hal-hal yang ngga’ jelas. Di sini aku dituntut lebih. Mulai menyentuh kehidupan malam, tempat hingga orang-orangnya. Untung saja, ngajiku tetap jalan sehingga bisa mengimbangiku untuk pergi ke dunia maksiat (anggapanku kala itu).

Tapi, secara profesional, pekerjaan itu harus kulakukan dengan baik tanpa harus mengikuti arus mereka. Contoh saja, aku harus mengikuti cerita orang gay, waria, tempat transaksi mereka hingga tanda-tanda dan cara mereka berkenalan. Semua kuketahui dari seorang temenku yang katanya gay juga. Tapi entahlah..bagiku kehidupanku..bagimu kehidupanmu..aku bekerja secara profesional aja.

Training Tiga Bulan

Sampe suatu saat ada tawaran untuk pergi selama 3 bulan ke Jakarta. Katanya sih training. Sebenarnya sih yang diperlukan wartawan bagian ekonomi. Tapi tidak ada yang mau untuk berangkat. Dengan bismillah, walau aku dulu pernah berjanji untuk tidak datang ke Jakarta lagi, terpaksa aku melanggar janjiku sendiri. Niatku kala itu, aku hanya ingin belajar. Kapan lagi meninggalkan Bali untuk belajar. Toh, hanya tiga bulan. Habis itu aku akan bertemu kalian lagi.

Penawaran kala itu datang tgl 8 Maret 2008. Hanya ada satu hari untuk memikirkan secara matang-matang. Aku pun mengiyakannya. Setelah OK, aku pun mulai menyiapkan semuanya, mulai dari tiket hingga perbekalan pakaian dan semacamnya.

Bekerja di Harian Seputar Indonesia
Bekerja di Harian Seputar Indonesia.

Aku pergi bareng Sahlan, bagian olahraga kala itu. Sebenarnya bagi dia, sudah tidak asing lagi ke Jakarta karena dia pernah bekerja di Jakarta, koran lokal juga tapi punya cabang di ibu kota. Aku pikir, tenang saja. Toh ada temannya. Apalagi di sana, ada Andika dan Regina, temen dari Bali yang sama-sama nanti akan dibalikin lagi ke Bali.

Akhirnya tanggal 10 Maret 2008, aku lepas landas dari bandara Ngurah Rai ke Soekarno Hatta Cengkareng naik Adam Air. Sempat was-was, apalagi pesawat ini pernah hilang di Sulawesi. Bahkan penumpangnya hingga kini juga tidak diketemukan, apalagi bangkai pesawatnya. Tapi, Bismillah saja.

Ketakutan Naik Pesawat Adam Air

Eh, saat mau lepas landas, ada berita di Medan, bahwa roda pesawat Adam Air pecah. Untung semua penumpangnya selamat. Aku sempat khawatir karena pesawat dari Denpasar sempat ditunda keberangkatannya. Fiuuhhhh..aku hanya bisa menghela nafas. Inilah kedua kali aku naik pesawat. Pertama saat ke Jakarta dulu bareng temen naik Merpati, sekarang naik Adam Air yang pernah menghilangkan penumpangnya…Mau gimana lagi, pesawat satu grup ya cuma itu. Tidak bisa ganti yang lain. Karena kalo ganti pesawat, nanti tiketnya tidak bisa diganti.

Akhirnya sampe juga di Jakarta. Aku menginap di tempat Andika, di kawasan Jaksa, tempat yang hampir mirip ama Kuta. Tapi kalah jauh dengan yang di Bali. Terutama bulenya..

Di sini aku kembali menghubungi teman-temanku terutama teman satu blog. Aku menghubungi Syaamil untuk ketemuan di TIM dan mencarikanku kos. Akhirnya kutemukan dia dan kudapatkan kos yang sampai saat ini kutempati di kawasan Salemba. Kos itu merupakan kos teman kerjanya. Alhamdulillah dapat murah, tapi memang cukup jauh dari kantor. Aku harus mengeluarkan ongkos lebih untuk transportnya. Thanks to Syaamil dan anak-anak blog Bukukita. Cuma selama ini yang sering ketemu adalah Syaamil dan Aal doank.(thanks untuk kalian berdua, aku selalu merepotkan kalian). Semoga Allah membalas budi baik kalian..hiks.

Bertemu blogger Bukukita

Kenangan Setahun di Ibu Kota

Tidak terbayang bisa ngantor di menara lantai 22. Dasar wong ndeso. Tapi biarlah, dari tingkat 22 bisa ngelihat Monas hingga kota dan Pantai Laut Selatan. Lantas Tanah Abang beserta rentetan gedung tinggi kawasan Thamrin Sudirman.

Dua minggu di bagian ekonomi, cukup puyeng juga ngurusi angka yang ga jelas itu. Aku kan ga tahu asal usulnya. Mbulet. Habis itu disuruh mangkal di Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Capek deh.

Jalan-jalan ke Kudus untuk liputan bus canggih, kenalan ama anak Global tapi sekarang sudah lupa namanya. Lalu kenalan ama anak komunitas BusMania.

Disuruh ngelatih anak-anak UNJ tentang media. Padahal aku hanya kenalan di friendster lohh..sampe sekarang hubungan itu tetap terjaga kok.

Ketemu ama mbak Helvy di UNJ (he..he..anak Bali pindah ke Jakarta mbak)..trus Teh Pipiet di pusat Dokumen Sastra HB Jassin TIM.

Wawancara ama Melly, Dimas Seto dan Widi AB Three. Untung orangnya enak semua. Habis itu gw ga mau wawancara lagi dengan artis.

Lantas ngurusi bagian fit, gerakan-gerakan senam di pusat kebugaran. Jadi gw harus muter ke gym dan menemui (kadang) orang lebay..hi..hi..yang paling parah di Celebrity. Pelatihnya malah dibisikin kalo Teuku Zacky (calonnya Peggy Melati Sukma yang pusiiiing itu) adalah gay. Makin senang aja tuh pelatih. But, who cares with them.

Beragam Liputan Ekonomi dan Lifestyle

Liputan sembari menikmati hidangan khas hotel berbintang mulai dari Nikko, JW Marriot, Novotel, Mulia, Melia dan sederet hotel lainnya serta mall-mall yang bikin pusing dengan harganya yang selangit.

Liputan ke UI Depok, naik bus gratisannya, serasa masih mahasiswa lagi yaaa..
10. Liputan ke Pekalongan, jalan-jalan aja bareng Dinas Kelautan dan Perikanan..Sempat ketinggalan, akhirnya naik kereta sendiri. Untung aja ada temen dari Gatra, jadi ada barengan. He..he..

Liputan ke Bandung (2x) bareng Indosat dan Ion. Sambil jalan-jalan ahhh..mampir juga ke biro Bandung. Ketemu Ulum, Nova dan Rahmat di sana.

Naik Kereta Kepresidenan

Naik kereta kepresidenan (Nusantara)..cuma gerbongnya aja kok. Tapi di dalamnya emang lengkap dan nyaman banget. Isinya lengkap mulai dari tempat tidur, sofa, televisi dan sebagainya.

Liputan ke Aceh, CSR Samsung. Mampir ke Masjid Baitur Rahman dan sempat sholat di sana walau tidak khusyuk benar karena harus melanjutkan ke perjalanan selanjutnya. Sempat ketemu juga dengan Kak Mardiana dan temannya, dibawakan pula bakpia khas Sabang. Enaknya..Eh, pertama kali naik Garuda (wong ndeso lagi). Kan masuk terminalnya beda banget.

Dapat doorprize hape LG, ada radio dan kamera VGAnya. Lumayanlah buat hiburan di kos.

Dapat doorprize hadiah dari Toshiba, menang lomba tulisan. Gw dapat DVD player. G bs dipake karena ga ada TV. Kasihan. Bisa beli kamera Samsung dengan duit tabungan plus kupon voucher dari Carrefour. Alhamdulillah

Seneng deh, satu per satu temenku di Bali kumpul lagi. Ada Fahmi, Pasti, Saiful, Novi, Dede, Indah hingga mbak Wuri.

Harus disyukuri bisa kenalan ama vendor ama operator. Siapa tahu nanti bisa usaha sendiri bikin dealer di Kediri atau buka cabang di sana. Amiiin.

Menang Lomba Dapat Ponsel

Menang lomba Best Write Up Samsung, dapat hape Samsung M3510. Satu bulan kemudian, dicopet di busway.

Samsung M3510

Baru kali ini dan semoga terakhir kalinya, opname Demam Berdarah plus Typus selama 5 hari. Istirahat total hingga 2 minggu. Lumayan liburnya..cuma kambuh lagi satu bulan kemudian, dengan batuk dan muntah-muntah..

Hak gw selama 4 bulan dipotong gopek. Gara-gara hal ini gw kesulitan untuk mengatur keuangan gw, akhirnya gw tepar di RS itu

Kangen ama rumah euyyy..dua tahun belum pulkam. Udah di ultimatum ama keluarga kalo ultah bulan depan harus balik. Bisa ga ya??

Kangen juga ama Bali. Kangen ama makanan di Tukad Melangit ama dekat setra (kuburan) Monang-Maning. Ada tahu campur khas Kediri sih. Trus kangen juga ama temen-temen di sana baik di Tawakkal, Albanna hingga Kampus Unud beserta LDK-nya. Kangen juga ama kos lama, Fajar dan keluarga. Semoga semua sehat-sehat saja. Next time semoga masih bisa ketemu ngajak istri…he..he..

Setahun di Jakarta, belum pernah lihat pantai dan bermain di sana, apalagi memegangnya..Fiuhhh..

Alhamdulillah masih bisa kirim untuk adik dan keluarga, walau ga banyak, semoga cukup. Maklum lagi nabung baik untuk beli motor, laptop apalagi nikah.

Aku juga lagi menghadapi usia 26 nih. Udah apa aja yang aku lakukan ya??kok belum nikah-nikah juga???? hiks…

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

One thought on “Kenangan Setahun di Jakarta”
  1. 25. Alhamdulillah masih bisa kirim untuk adik dan keluarga, walau ga banyak, semoga cukup. Maklum lagi nabung baik untuk beli motor, laptop apalagi nikah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *