Mengunjungi pabrik kopi Nescafe di Panjang, Lampung sungguh mengagumkan. Sebagai bagian pabrik Nestle yang telah berinvestasi di Indonesia, pabrik tersebut menerapkan standar internasional.
Yang terpenting lagi, pabrik yang memproduksi segala macam jenis kopi instan Nescafe ini benar-benar menerapkan zero waste alias tanpa limbah yang dibuang percuma, apalagi mengotori daerah sekitarnya.
Bisa dilihat dari belakang pabrik yang langsung bermuara dengan pantai meski pada dasarnya pabrik tersebut dibangun di atas tanah reklamasi pantai. Namun pantainya benar-benar indah, masih berpasir putih, air lautnya biru dari kejauhan dan tak ada asap hitam mengepul. Benar-benar tidak seperti pabrik karena tak ada limbah.
Factory Manager Nestle Lampung Budi Utomo mengatakan, pabrik Nescafe di Panjang, Lampung tersebut pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perindustrian karena menerapkan energi hijau. “Jadi emisi udara benar-benar dikontrol,” katanya.
Proses pembakaran kopi di pabrik tersebut tahun ini sudah menggunakan gas bekerja sama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN). “Memakai natural gas tentunya gas emisi akan lebih bersih,” ujarnya.
Human Resource Nescafe Lampung Lucy Lyl mengatakan, perusahaan berkomitmen tidak mengeluarkan limbah sedikitpun. Ini bisa menjadi referensi bagi perusahaan lain.
“Perusahaan ini punya keinginan agar konsumen membayar harga produk, namun tidak membayar untuk waste yang kita timbulkan,” ujarnya.
Jadi Nescafe berkomitmen membuat produk yang tidak merugikan konsumen. Secara tidak langsung, Nescafe juga mengajak perusahaan lain secara walk the talk untuk bisa berbuat serupa dan bisa menginspirasi lainnya demi kebaikan konsumen.
Production Nescafe Lampung Ekfan Susanto mengatakan, perusahaan hanya mengambil larutan kopi yang sudah diekstrak untuk diolah menjadi proses berikutnya sebelum menjadi minuman kopi instan.
Larutan kopi tersebut selanjutnya dipekatkan melalui evaporator. “Ini total solidnya 43 persen,” ujarnya.
Nescafe menerapkan 100 persen ampas kopi yang tidak dipakai untuk pengapian boiler. Dulu masih memakai batubara namun sekarang ditambah menggunakan cangkang kelapa sawit untuk pengapian tersebut.
Limbah cairnya dikelola dalam proses Wastewater Treatment Plant (WWTP) perusahaan sehingga menjadi bening dan dialirkan ke kebun pertanian yang ada di belakang pabrik. “Jadi limbah kita tidak ada yang dibuang ke laut. Semuanya terpakai,” katanya.
Nescafe memerkirakan setiap kilogram kopi yang diproses, sekitar 60 persennya merupakan limbah. Jadi bila ada 18 ton yang diproses di pabrik, sekitar 11 ton ampas dibakar di boiler setiap hari. Selebihnya merupakan air yang diproses melalui WWTP tersebut.
Benar-benar perusahaan yang bertanggung jawab pada lingkungan kan?
Berikut foto-foto tentang kebun pertanian di belakang pabrik Nescafe di Lampung yang memakai media tanam organik:
Terong
Pare dan Sawi
Makanan organik di kantin karyawan
Berikut keseruan peserta Nescafe Blogging Competition berkunjung ke kebun organik: