Kemarin, penyanyi yang ngetop via akun media sosial Justin Bieber datang ke Jakarta untuk memuaskan penggemarnya di Indonesia.
Pelantun “Baby”, “One Time”, “Pray” hingga “Never Say Never” ini bisa membuat para ABG histeris, bahkan di bandara Soekarno Hatta sekalipun, walau konser ada di Sentul Internasional Convention Center (SICC).
Saya tidak akan membahas siapa Justin Bieber dan bagaimana kiprahnya di dunia permusikan dunia. Kalau kalian tidak tahu, ya kebangetan. Tapi kalau pun tidak tahu, ya tidak usah perlu tahu kalau tidak mau tahu. Hehehe..
Akhir-akhir ini banyak bintang baru bermunculan melalui media sosial. Sebut saja, duet Shinta-Jojo yang melakukan lip sing Keong Racun, Udin Sedunia dengan lagu kocaknya atau Briptu Norman dengan goyang Chaiya Chaiya.
Lantas, apa yang dilakukan masyarakat dengan memuja-muja “artis dadakan” itu?? Dalam konser Justin Bieber kemarin, para ABG (yang kebetulan tidak bisa beli tiket konser) sampai rela menunggu dari pagi hanya untuk bisa bertemu (walau dari jauh) idolanya itu. Bahkan dalam pengakuannya, ada yang rela tidak makan agar tidak kelewatan si idola ngacir.
Ternyata benar, petugas keamanan bandara mengecoh artis untuk keluar melalui pintu yang lain. Otomatis, ABG labil ini histeris karena merasa dibohongi. Duh!
Apakah untuk memuja sang artis harus bertindak demikian? Kok saya merasa, ribet banget jadi penggemar (fans) “artis” itu artis-artis lainnya. Kita tidak mendapat apa-apa, malah rela “menyiksa diri” dengan tidak makan, menunggu dari pagi, lari pontang panting atau apa lah itu.
Padahal untuk menjadi penggemar, bukankah kita “seharusnya” meneladani (terutama) hal yang positif dari yang diidolakan itu.
Untuk kalian penggemar siapapun, idola tentunya akan ikut membentuk karakter kita terutama gaya hidup. Idola seharusnya bisa menjadi penuntun ke jalan yang lurus, pengingat dari alpa (kesalahan), penyemangat di saat lesu atau bahkan menjadi motivator yang bisa memacu untuk sukses.
Lantas, apakah idola kalian sudah termasuk kategori tadi? Jangan-jangan, Anda hanya mengidolakan Just in Bibir (hanya di bibir) dan ujung-ujungnya malah Anda harus mengeluarkan kocek besar hanya untuk mengikuti gaya hidupnya.
So, jadilah diri sendiri. Optimalkan kemampuan, bukan hanya menjadi seperti idola, tapi jadikan ia sebagai gambaran, panutan atau teladan untuk bisa maju.