Sebelum Apple Inc menjadi pesaing, saingan utama Samsung Electronics adalah Sony. Perusahaan Jepang itu berada jauh di depan Samsung mengembangkan perangkat inovatif yang konsumen dambakan.
Namun seiring penurunan bisnis Sony, kinerja bisnis Samsung terus menguat. Samsung menjadi merek televisi nomor satu di dunia, menyalip bisnis televisi Sony.
Begitu juga dalam hal ponsel cerdas (smartphone). Samsung mulai merajai pasar smartphone, bahkan sudah mengalahkan Nokia dua tahun lalu. Sony makin terpuruk hanya memiliki pasar 3,5 persen di seluruh dunia.
Hingga Jumat (19/9), saham Sony jatuh 13 persen menjadi 1.873 yen, penurunan intraday terbesar sejak Maret 2011. Penurunan saham Sony dipicu prediksi kerugian bersih sampai akhir tahun mencapai 230 miliar yen (sekitar US$ 2,1 miliar atau Rp 24,9 triliun) akibat penjualan ponsel Xperia melemah.
CEO Sony Kazuo Hirai telah bekerja dengan mengintegrasikan perusahaan hiburan, game komputer, dan perangkat mobile karena permintaan bisnis televisi dan kamera kompak telah menurun. Kini Sony fokus memproduksi film Hollywood, label musik, dan bisnis video game PlayStation.
“Sony harus melakukan lebih awal. Banyak orang memertanyakan mengapa Sony memilih bisnis ponsel sendirian,” kata analis Advanced Research Japan Co Masahiko Ishino.
Sebelumnya, Sony masih bergabung dengan Ericcson memproduksi ponselnya. Namun karena Ericcson ingin fokus bisnis jaringan, Sony menyatakan ingin mengurus bisnis ponselnya setelah resmi bercerai pada 15 Februari 2012.
Pangkas Karyawan
Pernyataan manajemen Sony menyebut perusahaan akan memangkas sekitar 1.000 pekerja dari 7.100 pekerjanya serta akan mengurangi produksi ponsel kelas menengah. Hal ini dipicu persaingan ketat dengan vendor asal China seperti Xiaomi dan Lenovo. “Sehubungan dengan kompetisi dan banyak kekuatan yang bermain, salah satunya pembuat ponsel asal China, mereka kian melesat,” kata Hirai.
Pangsa pasar ponsel Xperia besutan Sony hanya sekitar 3,1 persen. Sony juga memerkirakan penjualan Xperia hanya 43 juta unit dari prediksi sebelumnya 50 juta hingga akhir tahun.
Sony mendapat tantangan ponsel murah dan berkualitas, baik dari Huawei Technologies Co, Lenovo Group Ltd, dan Xiaomi Corp yang menawarkan ponsel murah sekitar US$ 100. Xiaomi bahkan menargetkan penjualan global mencapai 100 juta unit tahun depan.
Sony membukukan kerugian 2,7 miliar yen kuartal I-2014. Perusahaan juga tidak membayar dividen tahun ini, langkah pertamanya sejak listing pada 1958, setelah membayar 25 yen per saham tahun lalu. Namun Hirai menyatakan tanggung jawabnya akan memberi dividen mendatang.
Sony kini menjadi vendor ponsel kesembilan dengan pengiriman 9,4 juta unit ponsel pada kuartal II-2014. “Sony tidak bisa membantu tapi mengakui keterbatasan penjualan dan keuntungan dari ponsel dan tablet,” kata Kepala investasi SBI Asset Management Co Yasuaki Kogure.
Sony berusaha meningkatkan penjualan di luar negeri untuk Xperia. SoftBank Corp dan Sprint Corp menawarkan perangkat pertama kalinya dan penjualan dapat dimulai akhir tahun ini.
Terdongkrak Spider-Man
Hirai mendorong Sony mengintegrasikan layanan elektronik dan bisnis hiburan lainnya demi meningkatkan pendapatan perusahaan. Unit mobile diperkirakan menguntungkan dalam tahun fiskal yang berakhir Maret 2016.
Sony juga baru merilis ponsel Xperia Z3, ponsel yang bisa difungsikan sebagai perangkat untuk bermain game PlayStation. Sony sebenarnya bisa menghasilkan laba 26,8 miliar yen pada kuartal I-2014 akibat penjualan PlayStation 4 serta film the Amazing Spider-Man 2 yang mencapai puncak tangga film di Hollywood. PS4 telah mengalahkan penjualan konsol dari Microsoft Corp Xbox dan Nintendo Co selama delapan bulan berturut-turut. Penjualannya mencapai 10,3 juta unit hingga 6 September, dua kali lipat dibanding penjualan Xbox One atau 7,2 juta unit Nintendo WiiU.
Saat Hirai mengambil alih puncak pimpinan Sony pada 2012, ia mengatakan kebangkitan Sony akan didorong bisnis game, produk foto (imaging product), dan perangkat mobile. Sejak itu, Sony terus memangkas karyawan demi efisiensi dan restrukturisasi serta memisahkan bisnis televisi.
“Ini bagus untuk dapur Sony yang tenggelam seiring kemungkinan akan rebound dramatis dalam keuntungannya tahun depan. Kami melihat penurunan biaya yang belum negatif telah menunjukkan jalannya,” katanya.
Diminta Fokus
Kepala Divisi PlayStation Sony Corp berharap bisa meningkatkan laba tahun ini. Namun ia mengusulkan Sony bisa fokus ke lini bisnis sensor gambar dan konsol PlayStation untuk mendongkrak laba perusahaan.
CEO Sony Computer Entertainment Andrew House berharap bisa menaikkan prediksi laba hingga Maret 2015 mencapai 25 miliar yen (sekitar US$ 230 juta) dari 20 miliar yen. “Kami menaikkan prediksi keuntungan kami dan berharap trennya naik terus,” katanya.
Namun konsistensi bisnis Sony ini dipertanyakan lembaga pemeringkat kredit Standard & Poors yang kemungkinan akan menurunkan peringkat surat utangnya. “Kami percaya tidak akan mudah bagi Sony memertahankan merek mereka dan menghasilkan laba yang stabil di pasar yang kompetitif ini,” demikian pernyataan S&P.
Dengan kondisi tersebut, inikah akhir bisnis Sony?
Sumber: Businessweek, Bloomberg, Reuters