Akhir-akhir ini banyak banget beredar di media sosial. Ajakan pergi ke tempat wisata untuk healing. Namun apakah benar makna healing itu? Apakah berwisata bisa menjadi terapi healing? Atau perlukah healing untuk penyembuhan penyakit? Kalau iya, penyakit seperti apa yang bisa disembuhkan dengan healing? Adakah healing murah tanpa keluar rumah sehingga kita yang perlu mengeluarkan pundi rupiah?
Pengertian Healing
Contents
Sebenarnya, kata healing belum memiliki padanan kata khusus dalam bahasa Indonesia. Kata healing hanya bermakna ‘penyembuhan’ karena berasal dari bahasa Inggris.
Akibat hanya berasal dari bahasa asing, penggunaan kata healing belum bisa merujuk ke penyembuhan penyakit tertentu. Apalagi hanya ditempatkan pada ajakan healing ke sebuah tempat wisata.
Apakah dengan pergi ke suatu tempat dapat mengobati penyakit tertentu? Padahal tidak semua orang mau dan mampu untuk pergi ke suatu tempat demi menyembuhkan sebuah penyakit yang dideritanya.
Kata healing juga meluas ke self healing. Kata tersebut banyak diartikan ke penyembuhan luka batin. Terutama yang bisa mengganggu kondisi emosi seseorang.
Jika dalam kondisi ini, berarti penyakit yang diderita merupakan penyakit psikis atau berkaitan dengan emosi seseorang. Dengan healing, harapannya bisa menyegarkan pikiran untuk bisa melanjutkan kehidupan ke depan.
Pergeseran Makna Healing
Kita jadi ingat lirik lagu ‘Full Senyum Sayang‘ yang dinyanyikan Evan Loss. Penggalan bait pertama lagu tersebut terus terngiang di media sosial, apalagi TikTok.
Mbok yo sing full senyum sayang (Kasih senyum lebar dong sayang)
Ben aku soyo tambah sayang (Biar aku makin tambah sayang)
Rasah pusing-pusing (Tidak usah pusing-pusing)
Gek ndang dandan ayo kita healing (Lekas dandan, ayo kita healing)
Penggalan lirik lagu tersebut makin mengena. Apalagi di media sosial TikTok berseliweran lagu tersebut dengan latar belakang tempat wisata yang indah. Dengan naik kendaraan, perjalanan wisata menuju ke tempat yang menyegarkan mata akan semakin dimanja, apalagi mendengarkan lagu nan syahdu tersebut.
Namun seperti yang sudah aku tulis di atas. Tampaknya healing di sini malah bergeser ke ajakan jalan-jalan. Yang lebih penting lagi, apakah ajakan jalan-jalan ini bisa menyembuhkan luka batin kita atau penyakit kita? Hanya kita yang bisa menjawabnya.
Executive Director Institute of Women Empowerment (IWE) Donna Swita bilang, ajakan healing lebih bermakna ajakan untuk promosi kunjungan tempat wisata. Padahal dalam medis, healing di sini untuk penyembuhan bagi seseorang yang terdampak psikis dan emosinya.
“Akhirnya penggunaan kata healing meluas. Tidak hanya untuk golongan tertentu tapi bisa berlaku bagi siapa saja (yang ingin menyembuhkan luka baik psikis maupun fisik),” kata Donna saat Live Streaming “Chilling-Healing Bagi OYPMK, Perlukah?” di Kantor Berita KBR68H dan NLR Indonesia, Rabu (14/12/2022).
Akhirnya kata ‘healing’ bermakna lebih luas sebagai metode penyembuhan luka, terutama psikis. Bahkan tak terkecuali bagi penyandang disabilitas, tak terkecuali bagi Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK).
Baca: Cara Perawatan dan Penanganan Pasien Kusta
Dimensi Healing
Menurut Donna, masyarakat yang mengalami gangguan psikis sangat memerlukan terapi healing ini. Namun alangkah lebih baik kita juga mengetahui dimensi penyembuhan apa saja yang bisa dilakukan dengan healing ini. Jadi kita bisa memaksimalkan healing murah tanpa keluar rumah ya.
Dimensi Fisik
Kita bisa mengalami gangguan dan memerlukan healing saat tubuh kurang istirahat apalagi kurang tidur. Kondisi ini banyak dialami bagi pekerja kantoran yang sering lembur tanpa uang tambahan. Eh kok curcol. Haha.
Apalagi di era persaingan pekerjaan seperti sekarang. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan, bahkan hanya bertumpu ke satu orang. Perusahaan zaman sekarang membutuhkan karyawan yang multitasking dengan banyak kerjaan, tapi dengan upah minimal. Stres? Inilah yang terdampak ke karyawan. Akhirnya healing lah yang sering digaungkan.
Dimensi Psikis
Tumpukan kerjaan atau aktivitas yang kita lakukan akan berujung ke gangguan kejiwaan. Apalagi jika kita tak mampu mencari solusi dalam setiap permasalahan.
Terlebih saat bos terus memberikan pekerjaan tambahan. Plus masalah di keluarga yang sering dibawa ke perusahaan. Ujung-ujungnya saling menggerutu sesama karyawan, tanpa pernah berani menyampaikan ke atasan.
Dimensi Mental
Saat kondisi gangguan psikis dibiarkan, tentu akan menimbulkan masalah serius. Terutama ke mental seseorang. Jika tak segera diatasi, kita bisa diarahkan ke rumah sakit jiwa.
Itu akan lebih baik daripada narkoba atau bahkan tindakan bunuh diri yang sering dilakukan anak masa kini. Saat ada beban hidup, kita tak bisa menceritakan ke seseorang. Kita cenderung memendam perasaan. Imbasnya, kita bisa nekad melakukan aksi negatif demi menyelesaikan masalah dalam waktu singkat.
Dimensi Relasi
Kondisi gangguan ini terjadi karena kita tak memiliki relasi atau hubungan bagus dengan seseorang. Terutama kita tidak memiliki teman cerita dengan seseorang. Bahkan dengan keluarga dekat sekalipun.
Dimensi ini akan berdampak buruk ke aktivitas kita sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia memang membutuhkan orang lain untuk bisa hidup. Bahkan hanya dengan sekadar tempat curhat sekalipun.
“Maka masih banyak stigma negatif, terutama penyandang disabilitas. Bahkan bagi OYPMK sekalipun,” kata Donna.
Baca: Kenali Gejala Penyakit Kusta
Dimensi Spiritual
Kondisi ini berkaitan hubungan dengan Tuhan atau hal gaib yang kita imani. Ketidakmampuan seseorang berkomunikasi khusus dengan hal yang tak nyata ini juga menimbulkan masalah baru.
Kita sering tidak memiliki pikiran jernih. Sehingga apa yang kita lakukan cenderung berantakan, tak tertata, tanpa mengedepankan akal sehat.
“Dari sini kita bisa melihat, dimensi mana dari hidup kita yang butuh healing. Kebanyakan kita tak mendapatkan informasi yang benar meski informasi dari internet mudah didapat. Tapi masalahnya, kita tidak bisa mencari informasi dengan baik,” kata Donna.
Cerita Penderita OYPMK
Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia sekaligus OYPMK Ardiansyah bilang, sempat merahasiakan penyakit kusta yang dideritanya. Ia bahkan mendapatkan diskriminasi dari keluarga akibat penyakit tersebut.
“Saya keluar dari lingkungan keluarga. Lantas gabung ke NLR Indonesia. Pada 2018, fokus mendalami masalah kusta dan disabilitas dan sempat bekerja sebagai konsultan perencanaan. Di situlah titik balik saya,” kata Andriansyah.
Namun untuk bisa keluar dari masalah itu, Andriansyah mendapatkan beragam masalah. Tak mudah untuk lepas dari stigma negatif, apalagi OYPMK.
Baca: Kasus Kusta di Indonesia
Selepas keluar dari lingkungan keluarga, Andriansyah butuh satu tahun untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Dia fokus untuk mengasah kepercayaan dirinya, apalagi sebagai OYPMK.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri, Ardiansyah fokus belajar hal-hal baru. Terutama bagaimana berinteraksi dengan orang lain hingga memiliki jaringan kuat di bidangnya.
“Walau ada tekanan keluarga, saya tidak akan berhenti, tetap melangkah ke depan. Saya juga memberi nasehat kepada orangtua, terutama jika ingin melihat saya lagi,” katanya.
Ardiansyah juga belajar cara berdamai dengan diri sendiri. Terutama percaya dan menerima apapun sesuai rencana Tuhan. “Kita harus positive thinking, mau berubah atau tidak. Kita tetap harus melanjutkan hidup. Semua (perubahan) harus berasal dari diri sendiri,” ujar Ardiansyah.
Healing Murah Tanpa Keluar Rumah
Executive Director Institute of Women Empowerment (IWE) Donna Swita bilang, penyembuhan sebuah penyakit, baik psikis maupun fisik tentu berbayar. Penyembuhan ini perlu dilakukan oleh ahli yang memiliki kapabilitas tertentu untuk menekan gangguan kejiwaan seseorang.
“Namun sebenarnya healing bisa dilakukan di mana saja dan bahkan tidak harus keluar duit kok, Jadi healing murah tanpa keluar rumah” kata Donna.
Menurut Donna, hal pertama yang harus dilakukan bagi yang bermasalah dengan kejiwaannya tentu saja dengan mengetahui dimensi healing. Jika sudah mengetahui dimensi apa yang sedang sakit, baru lah belajar tentang keikhlasan untuk melepas sesuatu. Mencari dan melepas semua permasalahan hidup yang pernah menjadi gangguan hidupnya.
“Yang paling penting (bagi orang lain) tidak mendiskriminasikan OYPMK atau penyandang disabilitas. Kita tak perlu menghakimi mereka. Saat ada stigma dan diskriminasi, OYPMK akan jadi takut. Di situlah muncul gangguan dimensi tadi,” kata Donna.
Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia Ardiansyah berkata, kebanyakan OYPMK memiliki sumber daya manusia (SDM) rendah. Hal ini akan berpengaruh ke akses informasi untuk mendapatkan penyembuhan komprehensif.
Baca: Penyebab Penyakit Kusta
Di sinilah semua orang yang memiliki akses informasi untuk bisa meyakinkan orang lain bahkan keluarga dengan OYPMK untuk bisa membantu mereka. Terutama menghilangkan stigma dan diskriminatif bagi penyandang disabilitas, tak terkecuali OYMPK.
“Menulis (baik di agenda atau blog) bisa jadi terapi healing murah tanpa keluar rumah. Ceritakan saja perasaan kita. Ungkapkan apa yang kita rasakan. Di situlah beban hidup kita akan hilang,” kata Andriansyah.
Luas ya ternyata pengertiannya, padahal sering disebut-sebut bahkan oleh aku Generasi muda yg ak begitu paham makna healing sebenarnya. thank you
Survivor kusta sering jadi sasaran bullying. Padahal siapa sih yg mau sakit?
Alhamdulillah kalau mereka bisa healing tanpa harus keluar rumah ya. Semoga pasca healing badannya akan lebih sehat lahir batin.
Healing memang sangat penting. Dan ya, setuju banget, healing itu gak harus keluar rumah. Tapi dari mental, fisik, rasa dan lainnya, enggak stress.
Mereka yang penyandang disabilitas juga berhak untuk healing walau hanya dari rumah.
healing di rumah? kenapa tidak? bagi penyandang disabilitas seperti OYPMK healing di rumah bisa saja dilakukan, yang penting ada dukungan orang terdekat dan lingkungan agar mereka selalu optimis menjalani hari2
Wah aku baru tau penggalan lirik lagu tersebut ternyata ada kata healing di lagunya sekarang jadi bergeser makna healing itu ya. Kalau liat di medsos foto yg lagi liburan bilangnya healing dulu. Healing artinya jadi jalan-jalan, hehe.
Proses penyembuhan kembali lagi ke diri masing² yaa karena berasal dari diri untuk belajar ikhlas atau rela melepaskan sesuatu. Bukan hal yg mudah tapi kalau dicari solusinya pasti bisa. Apalagi stigma negatif kusta masih beredar di masyarakat
Saat ini healing memang identik dengan jalan-jalan ya, Mas. nah, pas jalan-jalan itulah menhidup udara segar, menikmati pemandangan alam dan sebagainya, bisa menenangkan pikiran, bikin hati senang, walau mungkin hanya berapa persen bisa menyembuhkan luka.
Dan saya sejujurnya kalau dikaitkan healing, lebih suka ngebolang sendiri. cari inspirasi, bertemu orang yang menginspirasi, refreshing, bahkan bisa menenangkan diri juga. hanya cara setiap orang berbeda-beda.
Banyak yang menyalahartikan healing ya, sedikit-sedikit healing, padahal makna dibalik itu ga sesederhana jalan-jalan yang bisa jadi setelah jalan-jalan pusing juga karena uangnya habis untuk jalan-jalan hehehe
Makna healing juga aku baru tau sebenernya itu memang memperbaiki sisi psikologis seseorang, tapi makin kesini malah identik sama jalan jalan. ya memang termasuk didalamnya sih hehe.
Healing sebagai penyembuhan diri, yang mengarahnya lebih ditekankan pada mental ya kak.
Jadinya kalau mau jiwa yang istilahnya tetep waras, maka bisa disembuhkan lewat healing ini.
So, lakukanlah healing di tempat yang asik, gak perlu sampe menguras tabungan yang penting hati jadi lebih tenteram, bukan malah jadi makin ruwet gegara demi healing eh malah ngutang huhu
healing gak mesti dong ya traveling jauh keluar, atau jalan-jalan ke tempat indah lainnya, menulis, berkreasi dari rumah pun juga bisa dong sebagai healing.
obat yang paling mujarab sebenarnya sih orang terdekat ya, keluarga yang harus support kita agar healing bisa jalan dengan baik.
Iya juga ya, healing seharusnya punya makna mengobati luka batin, bukan malah jalan², haha..
Sy senang nih liat semangatnya Mas Adi, hingga akhirnya join ke NLR Indonesia dan tetap positif thinking walau diabaikan keluarga.
Setuju dengan pernyataan kalau healing itu nggak perlu keluar kota. Apalagi untuk OPMYK ini harus betul2 disupport
Bener banget kak. Menulis bisa jadi healing paling mujarab karena kita bisa mengeluarkan segala uneg uneg tanpa perlu banyak komentar negatif dari orang lain. Gak perlu keluar rumah lagi karena bisa nulis di kamar. Jadi semacam me time kita dengan diri sendirilah. OYMPK kayaknya cocok nih memperbanyak tulisan agar hati jadi lebih tenang.
Ah iya, healing nggak selalu harus pergi ke luar rumah
Di rumah saja tetap bisa healing y
Healing adalah proses yang dibutuhkan semua orang tanpa memandang pekerjaan, usia apalagi bagi sahabat disabilitas. Sehingga hak yang sama kita perlu memberikan ruang untuk siapa saja dalam bebas mengekspresikan diri dan mengembangkan potensi yang dimiliki dengan hal dan karya yang positif.
MasyaAllaah, OYPMK ini sebenernya udah sering buanget diomongin yaah sama KBR, aku sampe tahu bagaimana sulitnya hidup mereka selama ini, dan bener, mereka juga butuh hiburan dan jalan2 kaan yaa
Aku sih setuju banget kalau healing tuh kegiatan penyembuhan yang bisa dilakukan dari mana aja termasuk tanpa ke luar rumah. Wah sedih banget denger cerita bang ardiansyah sebagai oypmk sampe memilih keluar dari lingkungan keluarganya
menulis bisa dijadikan sebagai sarana healing ya.. aku biasa bercerita melalui tulisan dengan keyboard, sudah lama ga nulis cerita panjang dengan pulpen xD sepertinya menulis langsung enak juga untuk mengeluarkan pikiran dan perasaan xD