GoPro merilis produk baru berupa wahana pesawat tanpa awak (drone) dan kamera aksi Hero5. Produk baru untuk mendongkrak kinerja perusahaan yang turun tahun lalu.
Pada kuartal IV-2015, GoPro kehilangan pendapatan sekitar US$ 34,5 juta, turun 31 persen dari periode yang sama 2014 menjadi US$ 436,6 juta.
Laporan laba juga lebih rendah dari prediksi analis sehingga memicu saham perusahaan anjlok, terutama akibat persaingan bisnis dengan perusahaan sejenis dan perusahaan ponsel cerdas (smartphone) yang merilis kamera lebih baik.
GoPro merilis drone Karma bersama kamera aksi Hero5 dan layanan berbasis komputasi awan (cloud) untuk menyimpan, mengedit, dan berbagi video. Analis mengklaim produk dan layanan baru ini akan mendongkrak kinerja perusahaan.
“GoPro Karma memiliki potensi menaikkan pendapatan perusahaan jika harga yang ditawarkan kurang dari US$ 1.000 dan memiliki semua kemampuan drone yang ada di kategori tersebut,” kata pendiri Skylogic Research Colin Snow.
GoPro Karma akan dijual US$ 799 dan mulai tersedia 23 Oktober. “Kami mengubah GoPro menjadi solusi kamera aksi dari hulu hingga hilir,” kata Kepala Perusahaan GoPro Nick Woodman.
GoPro merilis produk baru di tengah serbuan produk serupa, khususnya dari produsen asal China. Perusahaan manufaktur SZ DJI Technology telah mendominasi pasar drone. Perusahaan kecil pun telah memproduksi produk sejenis dengan harga lebih terjangkau.
Akibat persaingan tersebut, GoPro Karma diperkirakan sedikit tertekan meski masih memiliki pangsa pasar tersendiri. “Hampir tidak ada drone yang pernah kami lihat dirilis tanpa sejumlah masalah,” ujar Snow.
Kamera Hero5 Black dan Hero5 Section memiliki fitur kontrol suara multi bahasa dengan kualitas gambar ultra-high-definition dan tersedia mulai 2 Oktober mulai US$ 299.
Drone Karma yang dipaketkan dengan kamera Hero5 dijual US$ 1.099 atau US$ 999, tergantung paketan apakah model Black atau Section.
Sumber: AFP