Situs jejaring sosial sedang mewabah di tanah air. Namun ternyata situs pertemanan ini didominasi sebagai ajang narsisme. Beneran?
Mengutip kajian resmi yang dirilis Checkfacebook.com pada 18 Oktober 2010, facebooker atau pengguna situs jejaring sosial tersebut di Indonesia mencapai 27 juta orang, persisnya 27.953.340 anggota. Jumlah tersebut merupakan tertinggi kedua setelah Amerika Serikat.
Dari 526.324.680 pengguna Facebook di seluruh dunia, rangking pertama masih “dikuasai” Amerika Serikat dengan lebih dari 140 juta pengguna. Posisi ketiga ditempati Inggris dengan 27,8 juta orang, keempat Turki dengan 22,94 juta orang, kelima ditempati Perancis (19,378,200 pengguna), diikuti Italy (17,082,420), Kanada (16,958,800), Filipina (16,800,860), Meksiko (15,965,160) dan India (14,310,680).
Dari segi gender, 56,2% berkelamin perempuan dan sisanya 43,8% berkelamin laki-laki. Wow!
Menariknya, ada hasil penelitian dari Mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya), Yovita Maria yang menyimpulkan separuh lebih pengguna Facebook bersikap narsis. Dia menjelaskan tingkat narsisme pengguna Facebook mencapai 61,7% dan tergolong masih wajar.
Wajar di sini berarti pengguna situs jejaring sosial terutama Facebook hanya berganti foto diri dan memperbaharui status hingga beberapa kali dalam sehari. Hal itu disebabkan karena manusia cenderung membutuhkan ekspresi diri dan juga narsistik seperti itu.
Selain itu, imbuh Yovita, apa yang dilakukan tidak menghilangkan rasa sosial. Sebab, mereka masih mengomentari pendapat rekannya, meski komentar yang bersifat ringan. “Jadi, mereka masih memiliki empati kepada orang lain. Kalau mereka sampai begitu narsis, saya kira hal itu karena di Facebook memang lebih bebas. Kalau di majalah dinding mungkin akan ditertawakan orang lain.
Di sisi lain, Facebook juga dikambinghitamkan karena dianggap “oknum” untuk menculik orang. Walahhh..Di beberapa berita sebelumnya, Facebook disalahkan karena menjadi alat untuk menculik.
Biasanya, ada pasangan yang berkenalan melalui situs pertemanan ini. Lantas mereka bertemu dan kabur entah kemana.Si orang tua yang tidak mengetahui anaknya kabur, justru ikut menyalahkan juga. Padahal Facebook cuma media yang bisa membuat penggunanya bisa hepi atau bahkan sebaliknya, tergantung dari pengguna bisa memanfaatkan alat itu seperti apa.
Atau bisa saja karena media ini sebagai alat untuk narsisme, maka ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum tersebut. Alhasil, terjadilah transaksi dunia maya yang cenderung negatif dan konstruktif.
Jadi ini salah siapa?
Ga usah menyalahkan lah..
namanya juga alay..
masih belum memikirkan dampak positif dari sebuah situs pertemanan
Jadi, orang Indonesia alay gitu??
pikir aja sendiri..