Traveling selalu memunculkan berbagai cerita yang menarik. Setiap manusia pada dasarnya adalah pejalan. We are all travelers.
Itulah sekelumit kalimat dalam blog milik Alexander Thian di Amrazing.com. Awalnya saya tidak kenal dia karena setiap hari saya disibukkan dengan urusan ekonomi, rupiah melemah, impor sembako, harga sembako naik, BBM, hingga kasus korupsi yang menjebak pejabat kita.
Saya muak dengan berita-berita sehari-hari yang tidak mengundang inspirasi. Namun saya sejenak melihat keindahan alam ciptaan Tuhan dan bersyukur kita bisa menikmati keagungan-Nya.
Kembali lagi ke aMrazing. Perkenalan dengan dia berawal dari blog trip ke Lampung pada 2-5 Juni lalu. Saya bersama sembilan blogger dari Kompasiana berkesempatan mengunjungi kebun kopi dan pabrik Nescafe di Lampung.
Saat perjalanan berangkat pun saya tidak kenal dia meski dia berada di sebelah saya. Pas di dalam kapal feri dari Merak menuju Banten, teman-teman pun bertebaran ke sisi kapal mencoba mencari spot terbaik untuk hunting foto atau sekadar bercengkerama dengan penumpang yang lain.
Tiba-tiba saya diajak bicara oleh Dede Ariyanto, blogger asal Yogyakarta yang kini sudah bermukim di Jakarta. Dia bercerita baru saja bertemu dengan orang aneh.
Äku tadi baru ketemu dengan orang aneh. Masa ditanya baik-baik kok malah sewot,”kata Dede.
“Emang siapa yang kamu temuin?”tanyaku.
“Itu tadi yang ikut kita dari awal di gedung Arcadia Nescafe. Masa kamu tidak tahu?”tanyanya. Aku menggeleng tanda tidak tahu.
“Jadi aku tadi tanya. Mas namanya siapa? Dia jawab Thian. Trus aku tanya lagi. Dari komunitas atau apa? Si Tian itu hanya menjawab Amrazing.
Dede pun masih penasaran. “aMrazing itu komunitas apa ya? Kalau saya kan dari Kompasiana!” Dede serius menjelaskan.
Tapi tanpa penjelasan apapun, si aMrazing itu pun berlalu meninggalkan Dede seorang diri. Tanpa penjelasan siapa dia.
Aku pun ingat seseorang di akun Twitter. Nama itu seperti familiar. Aku pun cek melalui ponsel Xiaomi Mi4i yang baru ku beli dari flash sale. Ihhh..ini jangan promosi.
Ahhh..ternyata benar. Si aMrazing itu adalah selebtweet. Namanya Alexander Thian. Beberapa follower-nya memanggil dia dengan koh Thian.
Ternyata si koh Thian diundang khusus ke acara blog trip ini. Saya pun langsung follow akun Twitternya. Secara perlahan, saya pun menemukan timeline dia yang sedikit aneh.
Ternyata koh Thian membicarakan Dede di akun Twitternya. Sontak saya langsung tertawa melihat timeline. Dede pun kebingungan.
Di hari kedua di Lampung, peserta blog trip diajak ke Tanggamus, sebuah perbukitan yang menjadi lokasi edu farm milik Nestle dan beberapa kebun kopi milik petani yang dibina langsung oleh Nestle.
Dalam perjalanan sekitar dua jam tersebut, kita disiapkan lima kendaraan Toyota Avanza. Kebetulan saya ada di mobil terakhir. Saya pun masuk dan duduk di kursi belakang bersama Dede.
Baris tengah diisi pak Mawan Sidarta dari Gresik dan Koh Thian. Baris depan diisi pak Fajar Mochtar dari Bandung dan sopir.
Sepanjang perjalanan, pak Mawan yang cenderung ceriwis karena rasa ingin tahunya paling besar selalu bertanya bak investigator ke koh Thian.
Koh Thian pun dengan pede menjelaskan siapa dia. Alasan diajak ikut ke kebun kopi ini dan menjelaskan kegiatan dia sehari-hari.
“Jadi saya diajak Nestle untuk cerita-cerita aja di timeline Twitter. Kerjaan saya kan tukang cerita,” jawabnya sambil menunjukkan akun Instagram berisi foto-foto perjalanan ciamik ke luar negeri dan di dalam negeri.
Pak Mawan yang paling senior di antara peserta blog trip masih penasaran dengan koh Thian ini. “Mohon maaf nih mas Thian (kebiasaan orang Jawa kalau ketemu siapa pun pasti dipanggil mas). Dari kegiatan jalan-jalan ini, berapa penghasilan mas sehari-hari? tanyanya sambil malu-malu.
Koh Thian tersenyum dan menatap mata pak Mawan. Ia sejenak diam dan mengambil ponsel iPhone 6-nya. Mengutak-atik kamera Fuji X-E2 dan Fuji X-M1.
“Jujur ya. Dari Twitter ini saja, saya bisa membeli mobil,” jawab koh Thian singkat. Seisi mobil pun diam.
“Kok bisa?” tanya pak Mawan lagi.
“Sejak kecil saya sudah biasa jalan-jalan. Dari Kalimantan, saya pernah hijrah ke Malang, naik kapal laut sendirian. Dari situ saya belajar banyak hal tentang kehidupan, tentang orang, masyarakat, budaya hidup dan lainnya. Termasuk menikmati secangkir kopi di mana pun berada,” kata Koh Thian.
“Kebiasaan itu saya tuangkan ke tulisan hingga menemukan situs jejaring sosial Twitter. Di situ saya bisa bebas berekspresi menemukan siapa diri saya dan untuk apa saya hidup.”
“Ketakutan saat memulai berjalan selalu ada, tapi begitu sudah menemukan enaknya traveling, we just can’t stop. Begitu juga dengan traveling sendirian. Traveling alone is somehow scary for few people.”
“But you go to a strange land. A place you have never been before. And you’re all alone. Isn’t it scary?”
“Pikiran-pikiran dan berbagai kekhawatiran ini lah yang membuat banyak orang enggan jalan-jalan sendirian. Padahal, bepergian sendirian itu bisa sangat seru.”
Dari Twitter ini Koh Thian pernah diundang Australia Tourism Board lima kali. Dia diundang bersama blogger dan chef seluruh dunia untuk menjajal wisata di Negeri Kanguru tersebut. Dari Indonesia hanya terpilih tiga orang, termasuk dirinya. Padahal Malaysia mewakilkan 12 orang.
Untuk pertama kali juga dia naik pesawat khusus dan hanya diisi dua orang. Waktu itu mereka dibebaskan memilih destinasi wisata di Australia dan mengeksplorasi keindahannya.
Dia pun menjelaskan keasyikan naik balon udara, makan di atas gunung, melihat aurora, dan segudang keajaiban Tuhan yang dipotret dan diunggah di akun Instagramnya. Seisi mobil masih terdiam.
Koh Thian juga menjelaskan pernah ke Jepang dan memotret maiko, geisha pemula. Cowok 33 tahun ini pun memberi segudang saran trip ke Jepang.
Dari situ, Dede mulai paham sebegitu aMrazing si koh Thian ini. Dan dia mulai tahu apa dan siapa makhluk mungil bermata sipit tersebut.
“Jadi saya memang suka dengan Jason Mraz, penyanyi dan penulis lagu dari Virginia, Amerika Serikat tersebut. Biar terkesan beda dan menghormati nama idola saya, sengaja huruf M saya kapitalkan jadi aMrazing.”
Dari perbincangan itu, kami bersemangat mengejar cita-cita, berusaha menjadi diri sendiri dan meniru apa yang baik dari koh Thian atau makhluk-makhluk sukses di luar sana.
Hanya dari cuitan di dunia maya, semuanya bisa jadi uang. Bukan berarti kita matre karena semuanya memang butuh uang. Namun yang penting adalah kebahagiaan. Kebahagiaan bisa terjadi saat kita bahagia melakukan sesuatu.
Apalagi sesuatu yang kita lakukan dan kita sukai malah mendatangkan rezeki buat kita. Termasuk ada yang membiayai kesenangan kita. aMrazing kan?