China sedang mendongkrak jumlah wirausahawan untuk mengantisipasi lonjakan lulusan perguruan tinggi. Hal ini sekaligus untuk meningkatkan perekonomian China yang selama ini melemah.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan, lulusan perguruan tinggi didorong menjadi wirausahawan. Ia juga mendorong pembangunan Silicon Valley di China untuk menghasilkan tenaga yang mampu mencetak lapangan kerja.
“Kami akan menyalakan api inovasi dengan lebih banyak kayu,” katanya. Pemerintah pun meningkatkan pelatihan, subsidi, ruang kantor gratis hingga dukungan lainnya ke kabupaten dan universitas.
Ia optimis mampu menghasilkan miliuner seperti Jack Ma (CEO Alibaba) atau Mark Zuckerberg (CEO Facebook) dari pelatihan tersebut. Dukungan tersebut untuk memberi pengalaman bagi mahasiswa yang siap menerima kegagalan saat berwirausaha dan lekas bangkit dari kegagalan wirausahanya tersebut.
Pemerintah China mengklaim ingin menggeser perekonomian berbasis pabrik ke layanan berbasis pengetahuan dan mengantisipasi pengangguran di kalangan mahasiswa baru. Apalagi sebagian besar perusahaan swasta jarang memakai lulusan perguruan tinggi, khususnya yang minim pengetahuan.
Sebuah studi di Universitas Peking menemukan gaji lulusan baru perguruan tinggi di Shanghai rata-rata hanya 3.241 yuan (US$ 511 atau Rp 6,9 juta) per bulan. Mereka juga melakukan survei yang menunjukkan, sekitar 20-30 persen dari mahasiswa saat ini bercita-cita berwirausaha meski angka sarja membengkak ke rekor tertinggi tahun lalu. Jumlah pekerja formal kian menyusut.
Parker Liu, saat ini Direktur Operasional sebuah perusahaan rintisan (startup) teknologi mobile di Beijing. Ia meluncurkan perusahaan baru sebelum lulus.
Ia juga telah menerima subsidi kecil dari pemerintah kabupaten dan membantu memerkenalkan startup lain. “Masalahnya dana subsidi tidak dibarengi dengan pelatihan. Apalagi pejabat pemerintah pun tidak mengetahui dunia wirausaha, khususnya yang berkaitan dengan teknologi. Tapi mereka mengetahui tentang politik. Mereka juga menyediakan kuota (dalam menerima subsidi ini),” katanya.
Direktur Komunikasi China Labour Bulletin Geoffrey Crothall mengatakan, pemerintah telah memberi dukungan khususnya pada perdagangan online (e-commerce), mobile games, dan persiapan kuliah bisnis. “Dalam hal membantu pasar kerja, ini semacam manfaat marjinal,” katanya.
Analis buruh di Gavekal Dragonomics Cui Ernan mengatakan, tingkat kegagalan berwirausaha sangat tinggi. “Mereka memiliki kemampuan manajerial yang sangat miskin. Sebagian besar bisnis yang dijalankan mahasiswa, hanya beberapa dari mereka yang berhasil.” katanya.
Sumber: Reuters