Orang kaya di Jepang lebih senang berinvestasi pada saham dibanding investor China yang lebih memburu sektor properti. Perbedaan investasi ini menunjukkan kekuatan perekonomian masing-masing negara.
Survei online National Australia Bank (NAB) menyebut, orang kaya di China bahkan rela memburu investasi properti hingga ke luar negeri, terbesar di London, Inggris. Survei ini melibatkan 500 orang kaya di Jepang dan China.
Daya tarik ekuitas Jepang sebenarnya tidak mengejutkan. Berkat Abenomics, pembayaran dividen korporasi Jepang naik tertinggi sepanjang masa. Dividen global naik 11,7 persen ke US$ 426,8 miliar pada kuartal II-2014. Pertumbuhan didorong perusahaan-perusahaan di negara maju seperti Jepang dan Eropa.
Henderson Global Investors menyatakan, pertumbuhan dividen di Jepang naik 18,5 persen mencapai US$ 25,5 miliar dalam tiga bulan hingga Juni 2014. Di AS, pertumbuhan dividen hanya 13,8 persen. Eropa naik 18,2 persen.
Selain saham, aset paling diburu masyarakat Jepang adalah deposito mata uang asing. Empat dari 10 investor memiliki deposito mata uang asing dalam portofolio keuangan mereka.
Sedangkan properti hanya menempati peringkat keempat dalam prioritas investasi mereka. Namun ada satu dari 10 orang kaya di Jepang yang ingin memiliki aset investasi berupa properti di luar negerinya. Survei ini juga menunjukkan portofolio global masih memberikan keuntungan positif pada instrumen investasinya dibanding hanya berinvestasi di sektor domestik.
“Tidak mengherankan orang kaya di Jepang cukup bahagia dengan investasi globalnya. Namun cukup mengejutkan ternyata ternyata masyarakat Jepang tidak banyak berinvestasi properti di luar negeri,” kata manajer umum bank di Tokyo, Kohei Tsushima.
Ia menilai, kondisi ini berbeda dengan masyarakat China yang lebih aktif berinvestasi di sektor properti, terutama di pasar utama dunia.
Orang China berinvestasi properti di luar negeri karena pasar domestik melambat. Sektor properti domestik terbebani masalah pembiayaan ketat dan persediaan kecil. Pengembang Jones Lang LaSelle (JLL) menunjukkan investasi properti di China hingga semester I-2014 naik 17 persen menjadi US$ 5,4 miliar, dibanding periode sama tahun lalu.
China merupakan pembeli aktif properti di luar negeri dengan nilai mencapai US$ 4 miliar. Pertumbuhan didominasi dari sektor perumahan dengan kenaikan 84 persen dibanding tahun lalu mencapai US$ 1,5 miliar. London tercatat sebagai lokasi tujuan properti masyarakat China dengan nilai US$ 2,3 miliar. San Fransisco dan Chicago menyusul masing-masing sebesar US$ 548 juta dan US$ 365 juta.
“Investasi properti masyarakat China ke depan akan terus meningkat. Diperkirakan hingga akhir tahun mencapai US$ 11 miliar,” kata Director Global Capital Market Researcher JLL David Green Morgan.
Sumber: Forbes
tentu China akan lebih agresif dibandingkan dengan Indonesia yang umumnya masih awam dalam bidang investasi.
Soal investasi, belajarlah dari orang China. Mereka memang jagonya.