Cara menghemat uang dengan teknik latte factor

Pernahkah kalian merasa kok duit selalu abis sebelum gajian tiba? Kenapa kita sulit sekali menabung padahal gaji atau pendapatan udah segunung? Mungkin kalian belum mengenal teknik latte factor. Cara menghemat uang dengan teknik Latte Factor bisa kalian terapkan biar kalian punya simpanan untuk masa depan.

Apakah Teknik Latte Factor Itu?

Latte Factor adalah istilah yang diperkenalkan oleh penulis keuangan pribadi David Bach dalam bukunya “The Automatic Millionaire” serta “Start Late, Finish Rich”. 

Istilah ini merujuk pada pengeluaran kecil sehari-hari yang tampaknya sepele. Namun jika dikumpulkan bisa menjadi jumlah yang signifikan. Sehingga akan berefek pada pemborosan dan mengganggu keuangan.

Contoh umum dari Latte Factor adalah pembelian kopi latte setiap hari, camilan, pakaian untuk koleksi, makan siang di luar, atau biaya langganan yang tidak terlalu diperlukan.

Cara menghemat uang memakai teknik latte factor

Cermat dengan Teknik Latte Factor

Emang sih kita nggak akan berasa banget ngeluarin duit untuk segelas kopi di gerai kopi ternama. Asal gaji atau pendapatan yang kita terima juga sesuai.

Plus dengan membeli kopi tersebut, kita memperoleh inspirasi, ide, atau kenalan baru yang memunculkan pendapatan baru. Ya siapa tahu, dari kenalan ini bisa menjadi relasi. Atau malah ketemu jodoh yang tak kunjung tiba.

Atau bisa saja membeli pakaian yang sebenarnya malah memunculkan ide untuk merombaknya. Dari situ muncul kreativitas untuk memunculkan hal baru demi pendapatan baru. Lumayan kan bisa mendapatkan sumber penghasilan baru dari kreativitas yang kita miliki.

Jadi cara menghemat uang dengan teknik load factor ini akan memunculkan dua sisi yang berbeda. Di satu sisi akan merasa pemborosan. Namun di satu sisi yang lain memunculkan kenyamanan atau bahkan kreativitas yang bisa berujung ke sumber pendapatan baru.

Contoh Perhitungan Teknik Latte Factor

Misalnya nih, kita sebagai karyawan ibu kota tentu pernah diajak teman untuk nongkrong sambil minum di gerai kopi ternama. Atau kalau di daerah, kalian tentu pernah membeli kopi dari gerai kekinian yang penting masih murah.

Jika kalian membeli kopi seharga Rp 50.000 setiap hari kerja (20 hari dalam sebulan), maka:

  • Per bulan: 50.000 x 20 = Rp 1.000.000
  • Per tahun: 1.000.000 x 12 = Rp 12.000.000

Ternyata jumlah ini lumayan gede ya. Kita kayak nggak ngerasa ngeluarin duit sedikit (karena gaji kita emang gede). Jadi kayak nggak terasa gitu ngeluarin duit gocap. 

Atau seorang pekerja kantor yang selalu membeli kopi seharga Rp 10.000 per hari akan menghabiskan Rp 3.650.000 per tahun. Atau saat kita µembeli camilan seharga Rp 5.000 per hari akan menghabiskan Rp 1.825.000 per tahun.

Atau bahkan membeli pakaian sebagai koleksi. Seorang penggemar fashion yang membeli pakaian seharga Rp 200.000 per bulan akan menghabiskan Rp 2.400.000 per tahun.

Padahal kalau mengenal cara menghemat uang dengan teknik latte factor, uang itu bisa digunakan untuk investasi atau tabungan. Tentunya yang dapat memberikan manfaat finansial jangka panjang.

Konsep Teknik Latte Factor

Pengeluaran Kecil yang Terakumulasi

Pengeluaran kecil, seperti membeli kopi, camilan, atau minuman setiap hari, bisa tampak tidak berarti. Tetapi jika dihitung dalam jangka panjang, bisa menjadi jumlah yang besar.

Kesadaran Finansial

Dengan menyadari dan mengurangi Latte Factor, seseorang bisa menghemat uang yang kemudian bisa dialokasikan untuk tabungan atau investasi.

Perubahan Kebiasaan

Kita harus mengidentifikasi dan mengurangi pengeluaran kecil ini. Sehingga membantu cara menghemat uang dengan membentuk kebiasaan finansial yang lebih sehat. Jangan sampe terjadi kayak fenomena makan tabungan ya.

Cara Mengurangi Latte Factor

Tentukan Tujuan

Pahami tujuan pengeluaran untuk memastikan bahwa setiap pengeluaran memiliki nilai tambah. Misal kalian membeli ponsel/laptop seken/baru. Pastikan gawai yang kita beli dapat mendukung kinerja kita lebih bagus lagi.

Yang akhirnya akan memunculkan sumber pendapatan baru sehingga dapat membiayai gaya hidup yang kita anut.

Identifikasi Pengeluaran Kecil

Catat semua pengeluaran harian untuk melihat di mana uang yang kalian gunakan. Kalian bisa menggunakan dompet digital sebagai pembayaran atau perbankan digital yang memiliki fitur mencatat history untuk pendapatan dan pengeluaran.

Evaluasi Kebutuhan vs Keinginan

Tentukan mana yang benar-benar diperlukan dan mana yang bisa dikurangi atau dihilangkan. Untuk menentukan ini, kita harus membuat daftar kebutuhan dan keinginan. Lantas berikan skala prioritas untuk membeli kebutuhan dan keinginan tersebut.

Kebutuhan berarti sesuatu yang perlu saat itu juga. Jika kita tidak memenuhinya, kita bisa mati. Misal, makan dan minum. Namun di sini kita bisa membedahnya lagi karena ada makanan sederhana tapi bergizi, daripada membeli makan mewah tapi biasa saja dari segi gizi dan rasanya.

Keinginan berarti sesuatu yang tidak harus dipenuhi saat itu juga karena kita masih memiliki benda/barang lain untuk menggantikannya. Misal ponsel, gawai, skincare mahal, mobil, traveling, dan lainnya. 

Namun keinginan ini bisa menjadi kebutuhan di saat kita perlu saat itu juga. Asal sesuai dengan perencanaan keuangan yang sudah kita tata ya.

Pesan Bob Sadino terkait uang

Buat Penggantian

Gantilah kebiasaan yang mahal dengan alternatif yang lebih murah atau gratis. Seperti membuat kopi sendiri di rumah, memberi camilan dari kios tetangga, atau mempermak pakaian lama dengan variasi yang memunculkan kreativitas baru. Sehingga kita lebih kreatif dalam cara menghemat uang.

Anggarkan dengan Bijak

Sisihkan sejumlah uang untuk pengeluaran kecil tetapi tetap dalam batas yang wajar. Cara ini agar kita tetap merasa nyaman, baik dari diri sendiri maupun bersama teman.

Kadang kita irit juga serba salah karena akan dianggap pelit oleh teman kantor. Tinggal kita sih yang bisa pilih teman atau cara berkomunikasi dengan teman agar tidak terganggu saat kita memilih cara menghemat uang dengan teknik latte factor ini.

Minta Bantuan Orang Terdekat

Jika perlu, minta bantuan dari orang terdekat untuk mengawasi pengeluaran. Di sinilah perlunya kita memiliki teman yang sefrekuensi agar bisa melakukan cara menghemat uang secara efektif. Sehingga tidak men-judge kita dengan bilang ‘pelit’ karena enggan diajak nongkrong elit.

Cara menghemat uang dengan teknik latte factor

Kesimpulan

Uang yang dihemat dari pengurangan Latte Factor bisa diinvestasikan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.

Melalui memahami dan mengelola cara menghemat uang dengan teknik Latte Factor ini, kalian bisa meningkatkan kesehatan finansial, menghemat pengeluaran, mencapai tujuan keuangan dengan lebih efektif serta meningkatkan keseimbangan keuangan.

Pada postingan selanjutnya, kita akan bahas cara menabung yang efektif untuk generasi milenial, gen Z, dan termasuk gen Alpha yang saat ini memiliki orangtua dari generasi milenial dan Gen Z.

Share yuk opini kalian, sering ngeluarin duit untuk hal kecil apa aja nih? Dan berapa pengeluaran untuk hal-hal kecil yang ternyata kalo dijumlahin malah besar? Serta bagaimana cara kalian mengatasi Latte Factor ini?

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

11 thoughts on “Cara Menghemat Uang dengan Teknik Latte Factor”
  1. Latte factor gak melulu kopi yaa tapi juga pengeluaran lain yg sebenernya bisa dihilangkan karena bukan kebutuhan primer. Kalo aku dulu tiap hari beli nasi kuning atau pecel buat sarapan dan sekarang direm. Masak sendiri aja. Beli sarapan seminggu 1 X aja biar hemat.

  2. Ga bisa dianggap remeh nih Latte Factor, karena meskipun kecil ketika dikumpulkan menjadi besar. Tentu ini pengaruh ke jumlah pengeluaran jika benar-benar diperhitungkan.

  3. Iya sih memang kadang menganggap pengeluaran dengan nominal kecil ya kec gitu kayak receh. Padahal kalo dihitung per tahun ternyata besar juga jadinya.
    Pengeluaran seperti ini memang harus diantisipasi agar tidak makin membengkak, dan malah bikin bengong ternyata gak megang duit sama sekali

  4. Baru denger tentang cara menghemat uang dengan menggunakan latte factor ini. Kaya hal receh, tapi kalau dikalkulasikan lumayan signifikan juga, ya, ternyata. Kaya dari perhitungan kebiasaan minum kopi kalau dikurangi dalam waktu setahun saja lumayan dapat menghemat anggaran keuangan kita. Layak dicoba sih ini

  5. Saya baru sadar betapa banyak uang yang terbuang sia-sia untuk hal-hal kecil sehari-hari. Setelah membaca ini, saya langsung mulai membawa bekal dan mengurangi kebiasaan membeli kopi di kafe. Ternyata, penghematannya cukup signifikan!

  6. Benar juga ya. Kadang kita tuh nongkrong atau ngopi aja gitu. Pas beli nggak berasa aja udah mengeluarkan uang. Eh, kalau diakumulasi kok ya jumlahnya lumayan juga ya. Bisa diinvestasikan nggak tuh duit ngopinya.

  7. Namanya bagus, Latte Factor. Hehe ….
    Aku suka ke coffee shop lokal di kotaku. Sekitar 20rb/gelas deh. Tapi, itu hanya ketika ada pekerjaan yang butuh segera diselesaikan, butuh konsentrasi, dan sudah kuhitung dapat duitnya lebih banyak daripada biaya ngopiku.

  8. Cara menghemat uang dengan teknik latte factor sebenernya gak sulit, cuma butuh konsisten aja, trus sama modal nekat gak sih, misalnya berani nolak kalo diajak ngopi sering², xixixi..

  9. Wah ternyata dari beli kopi aja bisa jadi umpak yang besar ya. Ini lebih ke gaya hidup nggak sih? Padahal kan masih bisa kok beli kopi yang murah. Kalau mau yang mahal mungkin dibatasi aja. Bener banget kalau kita harus mengeluarkan uang lebih untuk kopi, setidaknya ada pendapatan juga yang sesuai. Jadi biaya yang dikeluarkan untuk kopi masih masuk akal, hehe.

  10. Kalau dipikir-pikir iya sih, saya nih misalnya, suka beli es teh dan pentol buat jajan, kalau dihitung-hitung sehari bisa habis 15 ribu. Coba uang itu saya simpan saja, lama-lama kan bisa besar juga. Apalagi saya juga perlu mulai hidup sehar dari sekarang. Hmmm, coba ah mau nerapin teknik latte factor ini untuk menghemar pengeluaran.

  11. Setiap hari memang suka adaaa aja perang batinnya. Antara mau pesen makanan online apa, atau belanja. Hihihi.. suka galau sama hal-hal kecil soalnya penduduk di rumah juga cuma ber-3 dan pada pulang sore.
    Tapi memang kerasa banget kalau bisa mengurangi Latte Factor.
    Dan aku bisa bangga banget kalo sehari itu aku gak jajan. Yeeaay~
    Pasti bisa. Apalagi pake niat, “inget.. mau debut di esem..” ((yang ini boong diink))

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *