Cara cegah penularan COVID-19 dengan mudah bisa dilakukan siapa saja. Ini harus dilakukan untuk menekan korban virus mematikan tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga 2 Oktober 2020 pukul 08.00 WIB, jumlah kasus konfirmasi COVID-19 global mencapai 33,84 juta orang dan 1,01 juta meninggal dunia. Angka kematiannya 3,0 persen. Virus ini sudah menjangkiti 215 negara.
Di Indonesia, COVID-19 sudah menyerang 291.182 orang. Sekitar 218.487 orang sembuh dan 10.856 orang meninggal. Sekitar 497 kabupaten/kota terdampak.
Distribusi Kasus COVID-19 di Indonesia
Mayoritas, virus mematikan ini menyerang laki-laki. Namun bukan berarti perempuan tidak berisiko. Data hingga periode yang sama, 51 persen laki-laki positif, 50,5 persen dirawat/isolasi, 51,1 persen sembuh, dan 58,6 persen laki-laki meninggal.
Berdasarkan kelompok umur, pasien positif terbanyak di rentang usia 31-45 tahun (31 persen), 19-30 tahun (24,3 persen), dan 46-59 tahun (24,1 persen).
Yang sembuh juga banyak di usia 31-45 tahun (31,8 persen), diikuti 19-30 tahun (24,2 persen), dan 46-59 tahun (23,4 persen).
Namun yang paling banyak meninggal justru di usia di atas 60 tahun (41,3 persen), 46-59 tahun (39,4 persen), dan 31-45 tahun (13,6 persen).
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI dr Riskiyana S Putra M Kes bilang, semua orang dapat mencegah penularan COVID-19 dengan mudah. “Syaratnya, patuhi protokol kesehatan dari pemerintah,” ujar Riskiyana saat Seminar Online Bareng Blogger, Rabu (30/9).
Penyebab Penularan COVID-19
COVID-19 atau Coronavirus Disease-2019 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2).
Gejala paling mudah diketahui dari demam yang melebihi 37,3 derajat celsius, batuk pilek, gangguan (sesak) pernafasan, sakit tenggorokan, hingga letih dan lesu. “Namun batuk dan sesak tidak selalu menyebabkan COVID-19 ya,” kata Riskiyana.
Menurut dia, metode penularan COVID-19 dari droplet (tetasan cairan dari batuk atau bersin) dan kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan.
Selain itu, menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya. Kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan.
Faktor pemicu COVID-19 menular dengan cepat, kata Riskiyana, karena praktek cuci tangan masyarakat Indonesia masih rendah. Data hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kemenkes RI pada 2018, sekitar 50,2 persen masyarakat malas cuci tangan.
Ditambah lagi, jumlah inspeksi saluran pernafasan akut (ISPA) beras di 6 RS Sentinel tahun 2013-2020 mencapai 5.418 orang atau 1 persen dari 530.095 kasus.
“Diperparah lagi, masyarakat masih tidak percaya COVID-19,” ujarnya.
Kepatuhan Perempuan Antisipasi COVID-19
Hasil survei sosial demografi dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 87 persen masyarakat telah mengetahui kebijakan jaga jarak untuk mencegah penularan COVID-19. Selain itu 72 persen masyarakat telah melakukan kebijakan itu dalam sepekan terakhir.
“Uniknya, sekitar 88 persen perempuan lebih mengetahui dan 85 persen perempuan menerapkan jaga jarak dibandingkan laki-laki,” kata Riskiyana.
Perempuan juga lebih patuh dalam mencuci tangan dengan persentase 84,61 persen.
Begitu juga dalam penggunaan masker. Sekitar 88,5 persen perempuan sering atau selalu menggunakan masker. Dan sekitar 73,77 persen selalu khawatir/sangat khawatir ketika di luar rumah.
Cara Cegah Penularan COVID-19
Riskiyana mengatakan, pemerintah terus menggaungkan protokol kesehatan bagi masyarakat demi mencengah perluasan COVID-19. Caranya sangat mudah, cukup dengan 3M.
“Yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik,” ujar Riskiyana.
Ditambah lagi, masyarakat bisa konsumsi gizi seimbang dan menjaga daya tahan tubuh. Seperti istirahat cukup, olahraga, mengelola stres, serta menjaga penyakit penyerta (comorbid).
Di sisi lain, masyarakat harus selalu memperhatikan kelompok renta. Selalu jaga kedua orangtua kita atau kakek nenek yang memiliki penyakit tertentu. “Jaga dengan perilaku hidup bersih dan sehat,” katanya.
Kebiasaan 3M ini harus selalu digaungkan demi cara cegah penularan COVID-19, baik di dalam maupun luar rumah. Tak terkecuali di tempat kerja hingga tempat publik.
“Sehat bisa dimulai dari pribadi hingga orang terdekat dulu. Baru ke tetangga sekitar,” katanya.
Adaptasi Baru Cegah COVID-19
Psikolog dari Essa Consulting Group Rose Mini Agus Salim bilang aturan 3M perlu pembiasaan. Ini seperti orang gosok gigi yang awalnya enggan akan menjadi terbiasa.
“Kalau saya tidak gosok gigi, rasanya akan tidak enak. Begitu juga 3M. Kalau saya tidak menerapkan 3M itu, hidup kok kurang sreg begitu,” kata Rose yang akrab disapa Bunda Romi.
Untuk mengubah perilaku menjadi sebuah kebiasaan, perlu dilakukan dari diri sendiri terlebih dulu. Orang lain di sekitar kita akan mengikuti kalau terasa manfaatnya.
“Biasanya orangtua yang buat aturan di rumah. Ini akan terpola hingga ke lingkungan sekitar seperti rukun tetangga (RT), rukun warga (RW) dan lingkup lebih luas,” ujarnya.
Founder dan Mentor BloggerCrony Community Wawa Raji bilang, akan terus menumbuhkan empati dan pemberdayaan blogger dalam mendukung program pemerintah dan korban COVID-19.
Terbukti, Bloggercrony Community juga berinisiatif membuat kampanye #PedagangPakaiMasker hingga donasi masker ke masyarakat sekitar. “BloggerCrony sebagai salah satu komunitas pun menjadi fasilitator blogger anggota komunitas untuk menyebarkan pesan positif pro-kesehatan gerakan nasional #SelaluPakaiMasker di media sosial.”