BlackBerry Ltd kembali meluncurkan ponsel cerdas terbarunya di ajang Mobile World Congress Barcelona, Spanyol (25/2). Langkah tersebut dinilai ingin mengembalikan kejayaan BlackBerry serta membendung kerugian yang selama ini terjadi.
CEO BlackBerry John Chen berusaha membuat strategi agar kejayaan BlackBerry kembali terulang. Di ajang itu, produsen asal Kanada ini merilis ponsel cerdas Z3 dan diberi nama kode Jakarta. Ponsel ini akan dijual di bawah harga US$ 200 atau sekitar Rp 2,4 juta.
Rencana ini sempat melambungkan harga saham BlackBerry lebih dari 9 persen ke level US$ 10,78 per lembar saham. Apalagi BlackBerry juga akan menjalin kemitraan dengan FIH Mobile di Hongkong, unit usaha Foxconn Technology Co Ltd dari Taiwan.
Foxconn selama ini mengerjakan ponsel iPhone pesanan Apple. Tiap tahun, Foxconn memproduksi jutaan ponsel dari Apple, tentunya juga dari pesanan vendor asal China.
Foxconn juga berencana akan berinvestasi di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sudah menyiapkan lahan seluas 200 hektare, yang terletak di area industri dan Kawasan Berikat Nusantara Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Jokowi juga berencana membuat lahan reklamasi di wilayah pesisir tersebut, yang sebagian kemungkinan digunakan untuk pabrik Foxconn.
“Ini adalah ponsel 3G. Kami memiliki rencana untuk memperluas pasar ponsel cerdas di bagian Asia Tenggara, setelah Indonesia,” kata Chen seperti dikutip Reuters.
Chen juga berencana membuat ponsel BlackBerry lebih cepat dengan membenamkan kecepatan Long Term Evolution (LTE) atau internet generasi keempat (4G) di masa mendatang. Strategi bos baru BlackBerry ini diperkirakan akan membawa angin segar di tengah serbuan ponsel cerdas dari Apple, Samsung atau Nokia yang kini sudah diakuisisi Microsoft.
Kembali ke Masa Depan
Bos baru BlackBerry John Chen saat di Mobile World Congress tampil bersama CEO Foxconn Terry Gou. Hal itu menambah hubungan antara BlackBerry dan Foxconn semakin harmonis serta diharapkan bisa membuat kepercayaan diri pemegang saham.
BlackBerry memilih membuat strategi kembali ke masa lalu namun untuk mewujudkan kejayaan BlackBerry di masa mendatang. Salah satu caranya yaitu mengembalikan ponsel dengan papan ketik QWERTY dan tombol menu, kembali (back), kirim (send) dan akhiri (end) serta trackpad.
Langkah itu tidak dilakukan pada bos BlackBerry sebelum kepemimpinan John Chen dan lebih fokus membesut sistem operasi BBX atau BlackBerry 10. Dari segi perangkat, BlackBerry lebih sering membuat ponsel dengan layar sentuh. Padahal di negara berkembang, ponsel dengan papan ketik QWERTY lebih disukai. Ini juga yang menjadi sebab produk BlackBerry Q10 (ponsel berlayar sentuh dengan OS BlackBerry 10) kurang diminati pasar.
Fokus Korporasi
Chen juga akan lebih fokus mengejar pasar korporasi, dibanding dulu yang lebih mengejar konsumer (konsumen perorangan). Langkah itu dianggap menguntungkan karena korporasi juga menjadi pelanggan BlackBerry dengan keuntungan lumayan.
Strateginya, memberikan harga lebih rendah dari pesaing sehingga korporasi akan lebih hemat dalam biaya operasional telekomunikasi di perusahaan besar.
“Kami akan fokus layanan BlackBerry korporasi dengan mengutamakan kekuatan sistem operasi yang lebih aman, baik digunakan di industri perbankan, telekomunikasi dan pemerintahan. Kami akan fokus pada 30 persen dari pasar perusahaan,” kata Chen.
Ia optimistis pangsa pasarnya tidak akan hilang, meski saat ini sudah 1 persen dibanding sistem operasi lainnya (Android, iOS, Windows Phone dan lainnya).
“Kami tidak akan kehilangan seluruh pasar. Untuk 18 bulan ke depan, saya pikir Anda akan melihat kami sangat berniat untuk kembali dan memenangkan industri ini,” katanya.
Keinginan bos baru BlackBerry ditanggapi pesimis oleh analis. BlackBerry tidak semudah itu membalikkan kejayaan bisnisnya.
“Dalam pandangan kami, BlackBerry belum membuktikan hal itu bisa menstabilkan struktur basis pelanggan dan bisa mengurangi biaya perusahaan, sebelum BlackBerry bisa memberikan keuntungan awal dan sedikit pertumbuhan bisnis,” kata analis GMP Securities Deepak Kaushal.
Hindari Ponsel Murah
BlackBerry ke depan juga akan lebih fokus mengembangkan produk ponsel dengan harga menengah ke atas. Hal ini akan menjadi diferensiasi perusahaan di tengah vendor yang terus menggempur dengan strategi ponsel murah.
“Kita akan membangun ponsel yang kuat, namun dengan harga lebih miring dan cenderung ke arah menengah atas (high end). Kami tidak akan memproduksi ponsel dengan harga di bawah US$ 75 (di bawah Rp 1 juta). Itu bukan tempat kami,” katanya.
BlackBerry Ltd menandatangani kontrak kerja sama dengan Foxconn selama lima tahun ke depan. Ia pun tidak perlu membayar di muka untuk suku cadang yang akan digunakan dalam perangkat BlackBerry.
Sebaliknya, Foxconn akan mengambil keuntungan pada setiap perangkat BlackBerry, setelah dikurangi keuntungan bagi BlackBerry sendiri. Foxconn nanti juga tidak hanya memproduksi ponsel saja, tapi juga mengembangkan dan mendesain ponsel BlackBerry. Akankah langkah ini bisa membuat BlackBerry sukses atau malah terpuruk? Kita tunggu saja.