Kemampuan coding atau menciptakan program komputer kini menjadi kemampuan (skill) yang paling dicari perusahaan. Apalagi tawaran pekerjaan itu diganjar dengan gaji yang menggiurkan. Salah satunya dari hasil belajar di Coding Bee Academy.
Presiden Joko Widodo pun pernah mengancam akan mengganti aparat sipil negara (PNS) dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) di masa mendatang. Ini juga terkait perkembangan teknologi di masa kini dan masa mendatang.
Apalagi saat ini banyak perusahaan rintisan (startup) baru yang membutuhkan keahlian tersebut. Indonesia yang sudah memiliki decacorn (startup dengan kapitalisasi di atas US$ 10 miliar), tentu membutuhkan tenaga ahli yang bisa coding.
Jika tak bekerja di perusahaan, keahlian tersebut juga bisa digunakan untuk mengembangkan perusahaan teknologi sendiri, misalnya membuat startup digital. Otomatis bisa mempekerjakan banyak orang dan membantu perekonomian.
Coding is Fun
Co-founder Coding Bee Academy Eko Haripin bilang, belajar coding itu menyenangkan. Apalagi saat mengajari anak, mereka bisa tidak berhenti karena keasyikan.
“Bagaimana coding yang dianggap sulit bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Ini tujuannya,” ujar Eko saat perkenalan di ITC Permata Hijau, Jakarta, Rabu (26/2).
Menurut Eko, anak-anak biasanya tertarik dengan permainan (game). Dari situlah, mereka akan belajar coding sambil bermain. Di China, coding juga sudah mulai diajarkan sejak anak-anak. Begitu pula negara lain.
Hingga kini, game menjadi aplikasi atau perangkat lunak (software) yang paling banyak dibuat. Mungkin karena saking banyak pemakainya, seiring lonjakan penjualan ponsel pintar (smartphone) di dunia.
“Dari coding game, nanti akan diajarkan pelan-pelan untuk bikin software atau aplikasi lain. Bisa soal kalkulator, money changer atau lainnya yang lebih rumit sesuai umur anak,” kata Eko.
Belajar di Coding Bee Academy
Coding memang bisa dipelajari, bisa otodidak atau melalui sekolah khusus. Di Coding Bee Academy, peserta didik dibatasi mulai usia 5-17 tahun.
Mereka bebas untuk memilih jadwal belajarnya yang disesuaikan dengan jadwal pengajar. Ada yang paketan bulanan atau melalui berapa kali pertemuan.
“Saat anak tidak bisa hadir pertemuan, mungkin karena sakit atau alasan tertentu, mereka bisa mengubah jadwal dengan memberi tahu pengajarnya. Intinya fleksibel banget untuk jadwal belajarnya,” kata Eko.
Membimbing anak-anak, kata Eko, tentunya penuh tantangan. Mereka biasanya malah senang bermain dan malah lupa dengan belajar codingnya.
“Interest level mereka harus terus dijaga. Belajar coding harus fun dan menarik,” ujar Eko.
Dari sini, diperlukan pengajar yang punya keahlian khusus, tidak hanya computer science, tapi juga pengalaman mengajar.
“Seorang guru harus punya jiwa mengajar. Kadang ada yang jago programming, tapi mereka belum tentu bisa mengajar. Begitu pun sebaliknya,” kata Eko.
Di Coding Bee, pengajarnya dipastikan memiliki pengalaman mengajar dan memiliki keahlian programming.
Kurikulumnya pun telah distandarisasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Duni, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan.
Coding Bee Academy
Sekolah ini merupakan partner resmi Code.org, organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk memperkenalkan kurikulum computer science kepada anak-anak usia dini.
Kurikulumnya berbasis K12 CS Frameworks yang menjadi kurikulum computer science di Amerika Serikat. Hal ini dirancang untuk memperkenalkan computer science kepada anak-anak.
Co-founder Coding Bee Academy Catherine F bilang, melalui permainan tertentu dan dengan kurikulum yang diadaptasi langsung dari Amerika Serikat, belajar coding tidak lagi sulit dan membosankan.
“Tingkatannya mulai dari basic, intermediate, hingga advance yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak,” ujar Catherine.
Hingga kini sekolah coding tersebut telah digunakan di lebih dari 80 sekolah di Indonesia untuk menerapkan coding sebagai materi pembelajaran dalam bentuk ekstrakurikuler, mata pelajaran hingga workshop.
Beberapa sekolah yang telah menerapkan coding dari kurikulum Coding Bee antara lain Al-Azhar, BPK Penabur Jakarta, IPEKA, National Hing Jakarta School, Raffles Christian School, Singapore Intercultural School, dan lainnya.
Tahun ini, lebih dari 2.000 siswa belajar coding di tempat kursus itu. Dari siswa itu, lebih dari 20 ribu aplikasi maupun software sudah dihasilkan.
K12 Computer Science Education Fair 2020
Co-founder Coding Bee Academy Eko Haripin mengatakan, coding sudah masuk kurikulum pendidikan 4.0. Kurikulum baru ini untuk menghadapi perkembangan industri saat ini.
“Belajar coding ini memang soal kurikulum dan kualitas gurunya. Kalau dagingnya biasa saja, tapi chefnya andal, ya tetap hasilnya akan enak,” ujar Eko.
Untuk memperluas akses pembelajaran coding di Indonesia, K12 Computer Science Education Fair 2020 akan digelar di lantai dasar Main Atrium Emporium Pluit Mall, Jakarta Utara, pada 14-17 Mei 2020.
Menurut Eko, acara ini untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya belajar coding bagi anak-anak. Programmer muda akan diajak menampilkan kemampuan untuk membuat aplikasi dan software bertema “Computer Science for Social Good”.
“Ini sebagai bentuk kepedulian anak bangsa terhadap kemajuan ekosistem digital Indonesia,” ujarnya.
Pentingnya Belajar Coding
Di acara tersebut juga akan digelar talkshow dengan tema “Coding for Future Kids” pada 6 Maret 2020 di Skenoo Hall, Emporium Pluit Mall, lantai 9.
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Harris Iskandar akan hadir sebagai pembicara. Beliau akan menjelaskan pentingnya pembelajaran coding pada usia dini.
Turut hadir juga dua perwakilan Code.org, Leonardo Ortiz Villacorta dan Jake Bell, yang akan memaparkan pendidikan coding di dunia.
Selain itu, Ketua BPK Penabur Jakarta Antono Yumono dan Deputi Direktur Pelaksana BPK Penabur Jakarta Elika Dwi Murwani turut memberikan pendapatnya sebagai praktisi pendidikan yang menaungi 80 sekolah di Jabodetabek terhadap penerapan pembelajaran coding di sekolah.
Hadir pula Jevier Justin, presenter ternama di Indonesia dan juga seorang ayah yang peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Dia akan memberikan tanggapan ekspektasi orangtua masa kini terkait pembelajaran coding yang mengedepankan computational thinking.
Tertarik belajar coding?