Orang yang mengalami obesitas semakin meningkat setiap tahun di Indonesia. Bagaimana kita sekaligus pemerintah mencari cara mencegah risiko obesitas?
Sebentar lagi kita memperingati Hari Obesitas Sedunia yang jatuh 4 Maret. Peringatan itu menjadi refleksi kondisi obesitas yang semakin parah di Indonesia.
Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan, obesitas sentral pada umur di atas 15 tahun pada 2017-2018 terus meningkat. Pada 2007 (18,8 persen), 2013 (26,6 persen), dan 2018 (31,0 persen).
Proyeksi Kementerian Kesehatan, angka obesitas pada 2040 mencapai 40 persen dari seluruh masyarakat Indonesia. Ngerrriiiiii!
Permasalahan Gizi Anak Indonesia
Contents
Nutrition International Eriana Asri bilang, masyarakat Indonesia mengalami permasalahan gizi yang cukup pelik dalam dunia global. Indonesia memiliki tiga beban ganda yakni kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan permasalahan zat gizi mikro.
Berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik dan Riset Kementerian Kesehatan pada 2020-2021, sekitar 1 dari 4 remaja putri usia 15-49 tahun (yang tidak hamil) mengalami anemia.
Sekitar 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia serta 24,4 persen balita stunting, 7,1 persen balita wasting, dan 3,8 persen balita obesitas.
Sejak 2016, Nutrition International telah menyelaraskan tujuan prioritas program gizi dengan pemerintah Indonesia Terutama untuk pencegahan dan penurunan prevalensi kekurangan gizi (stunting) pada anak balita.
Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh 17 Februari, penanggulangan stunting juga diperoleh melalui:
- Perbaikan gizi ibu hamil dan memastikan kehamilan yang sehat
- Suplementasi vitamin A balita usia 6-59 bulan
- Pemberian oralit dan zink untuk mencegah diare
- Penanggulangan anemia gizi besi remaja putri dengan pemberian Tablet Tambah Darah
- Peningkatan konsumsi garam beriodioum untuk semua untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI/gondok)
- Fortifikasi (proses penambahan mikronutrien pada makanan) wajib pada tepung terigu
- Memberikan bantuan teknis kepada pemerintah untuk program gizi sebagai bagian Gerakan Scaling Up Nutrition (SUN).
Buat cegah risiko obesitas, Nutrition International juga memberikan kursus gizi remaja dan solusi masalah anemia. Masyarakat dapat mengakses kursus tersebut secara daring. Uniknya, kita bebas mengakses kursus tersebut kapan saja dan di mana saja selagi kita bisa.
Jangan lupa untuk registrasi saat kursus gizi remaja dan anemia ini. Cukup mengisi username, e-mail, dan password. Materi kursus terdiri atas 15 modul, baik berupa video hingga grafik. Harapannya akan memperjelas penanganan masalah gizi remaja sekaligus anemia ini.
Asyiknya lagi, kita bisa mendapatkan sertifikat atas kursus tersebut. Namun syarat mendapatkan sertifikat ini harus menyelesaikan 15 modul video dan penilaian pembelajaran tersebut.
Jumlah Penderita Obesitas Dunia
Perwakilan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Nazhif Gifari bilang, lebih dari 1,9 miliar remaja di atas usia 18 tahun mengalami obesitas pada 2016. Data tersebut berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari jumlah itu, lebih dari 650 juta masyarakat dewasa juga obesitas.
Pada tahun yang sama, 39 persen anak berusia di atas 18 tahun juga obesitas. Sekitar 39 persen pria dan 40 persen perempuan.
Pada tahun yang sama pula, sekitar 13 persen dari total populasi dunia mengalami obesitas. Sekitar 11 persen pria dan 15 persen perempuan.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018, proporsi berat badan lebih dan obesitas pada usia di atas 18 tahun pada 2007-2018 cenderung meningkat.
“Ini bukan layak diapresiasi tapi ini menjadi masalah bersama untuk ditangani,” kata Gifari saat Webinar Kolaborasi Asyik Cegah Risiko Obesitas dari Jakarta, Selasa (17 Februari 2022).
Dosen gizi olahraga di Universitas Esa Unggul ini juga bilang obesitas sentral pada umur 15 tahun ke atas pada 2007-2018 juga melonjak. Harapannya pada pandemi sejak 2019 hingga kini semoga tidak ada lonjakan kasus obesitas. Mungkin disebabkan karena banyak makan dan tidak banyak aktivitas kebugaran di luar ruang karena pandemi.
Di Indonesia, Gifari juga pernah survei penderita obesitas, khususnya di DKI Jakarta. Survei dilakukan pada 2.500 orang, khususnya anak remaja di DKI Jakarta. Hasilnya, rata-rata 25 persen remaja di DKI Jakarta mengalami obesitas pada 2019.
Penyebab Masalah Obesitas Remaja
Dari riset yang dilakukannya, penyebab masalah obesitas pada remaja karena rendahnya aktivitas fisik. Kebanyakan siswa-siswa sekarang cenderung menggunakan ponsel di atas 5 jam, terutama karena sekolah daring selama pandemi.
Namun sebelum pandemi pun, anak-anak remaja juga cenderung kurang beraktivitas fisik.
Selain masalah kurang aktivitas fisik, anak-anak remaja cenderung gemar mengonsumsi gula, natrium, dan lemak. Apalagi konsumsi tersebut melebihi aturan Permenkes No 30 Tahun 2013.
Kelebihan konsumsi bahan tersebut terjadi pada hampir seluruh lapisan usia. Tak peduli masih balita bahkan hingga manula. Inilah celakanya.
Padahal dengan obesitas tersebut serta mengonsumsi bahan-bahan tersebut yang melebihi batas akan menurunkan imun, kualitas hidup, sekaligus harapan hidup masyarakat. Oleh karena itu, perlu dukungan banyak pihak untuk menyelesaikan masalah obesitas ini.
Cara Mencegah Obesitas Remaja
Cara mencegah risiko obesitas dengan pola makan teratur dan gizi seimbang. Gifari bilang, konsumsi aneka ragam makanan terdiri atas makanan pokok (karbohidrat). lauk pauk (protein hewani dan nabati), vitamin dari sayuran dan buah-buahan, serta air putih.
Biasakan selalu sarapan untuk menjaga asupan jelang beraktivitas, Kadang banyak yang menyepelekan hal ini karena alasan tidak sempat, terburu-buru kerja, mengejar alat transportasi dan sebagainya. Namun dalam kondisi apapun, usahakan sarapan meski hanya dengan snack sehat dan susu, atau air putih sekalipun.
Terkait air putih, biasakan minimal minum 8 gelas sehari atau sambil membawa tumbler saat beraktivitas. Bagi yang beraktivitas di kantor, usahakan juga menyediakan tumbler berisi air putih untuk mencegah dehidrasi.
Yang lebih penting lagi, selalu membaca label pangan di setiap kemasan. Ada komponen-kompen pangan yang harus diperhatikan. Terutama yang gemar membeli paket makanan kemasan di pusat perbelanjaan.
Jangan lupa saling menyemangati diri atau berbagi dengan teman untuk memotivasi agar terus semangat menjalankan pola hidup sehat. Kadang banyak yang semangat di awal tapi kendor di akhir.
Cara cegah risiko obesitas selain olahraga dan menjaga pola makan juga dengan mengatur waktu istirahat dan mengelola stres. Untuk istirahat usahakan sekitar 6-8 jam sehari. Untuk stres, hindari konflik-konflik dengan rekan kerja atau bahkan dengan tetangga sekitar rumah.
Biasanya dengan level stres tinggi akan memacu sulit tidur. Imbasnya kita akan banyak makan hehingga memicu obesitas.
Berikut cara menurunkan berat badan dan mencegah risiko diabetes:
- Cukupi kebutuhan nutrisi dengan diet rendah lemak. Makan-makanan berprotein tinggi, rendah gula, serta hindari alkohol dan obat terlarang
- Lakukan olahraga. Bila tidak memungkinkan fitness di pusat kebugaran, bisa jalan kaki atau lari di sekitar perumahan. Atau paling mudah dengan membersihkan rumah dan halaman rutin tiap pagi. Keringat juga bakal ngucur kok.
- Terapkan pola hidup sehat dengan istirahat 6-8 jam serta hindari stres, baik di lingkungan kerja, rumah, bahkan di media sosial. Kan suka kesel lihat status temen atau seleb atau baca berita yang bikin insecure diri
- Jangan ikut tren diet. Diet sebenarnya hanya menjaga pola makan. Namun masyarakat salah kaprah dengan menerapkan pola diet yang sembarangan. Intinya, pola makan ini akan tergantung ama selera dan gaya hidup seseorang. Selama tidak membahayakan bagi tubuhnya, ya tidak masalah. Namun ya jangan sampai kita udah kurus, tapi malah pingin kurus lagi. Itu lah pentingnya mengetahui indeks masa tubuh sehingga bisa mengetahui kondisi tubuh ideal kita
Ini salah satu cara cegah risiko obesitas versi kita. Bagaimana pendapat kalian? Apakah punya pendapat berbeda? Silakan komen ya.
aku sekarang juga terapin pola makan sehat, pake real foods (bukan makanan olahan), kurangin gula, dan minum susu yg rendah lemak
Info yg lengkap kak,
Lebih baik mencegah daripada menyembuhkan,
Karna proses menyembuhkan yang obesitas lama banget, pernah teman yg cerita buat dietin lama dan makan teratur.
Aku termasuk yang picky banget masalah makan dan susah naikin berat badan hehe. Sampe sekarang aku belum tau sih pola gimana yg sehat versi aku, karena semakin pilih2 makanan yang sehat ga sehat semakin bb aku susah naik wakakaka
aku juga sekarang lagi berjuang melawan obesitas, mas. selama pandemi berat badanku naik 10 kilo. huhu. sekarang akhirnya membatasi makan yang berpotensi bikin timbangan naik
dulu dari kecil sampai kuliah aku ceking banget, meski makan banyak tapi badan tetep kurus. sampai punya keinginan gendut. dan setelah kerja semua berubah, badanku menggendut dan malah susah turun. kadang suka takut obesitas walau berat badan cuma 56. tapi kayak ngerasa engap aja gitu :(