Atur ulang cara bisnis di era normal baru sekarang menjadi sangat penting. Pandemi virus corona baru (COVID-19) memaksa seluruh masyarakat dunia beradaptasi agar tetap bertahan di kondisi genting.
Aku baru saja mengikuti webinar “Model Bisnis yang Relevan di Era New Normal” bersama Tuhu Nugraha. Webinar ini diselenggarakan oleh BloggerCrony Community (BCC), Rabu 29 Juli 2020.
Menurut Tuhu, pandemi COVID-19 akan mengubah lansekap bisnis di dunia, tak terkecuali di Tanah Air. Bisa jadi, bisnis masih sama, tapi perlakuannya akan berbeda, baik pengemasan hingga distribusinya.
Misalnya, bisnis makanan. Dulu kita biasa nongkrong di kafe atau restoran hanya sekadar ingin ngobrol, sekaligus makan enak. Di masa pandemi ini, nongkrong masih dibatasi. Meski beberapa kafe atau restoran sudah mulai buka sesuai aturan protokol kesehatan dari pemerintah.
Alhasil, pengiriman makanan via daring melonjak. Masyarakat sekarang pun juga sangat peduli tentang sanitasi. Pihak restoran hingga jasa pengiriman makanan pun harus membekali karyawannya hingga pengemasan makanan dengan standar ganda.
Bahkan sekolah pun kini digelar daring. Masih menjadi perdebatan kapan sekolah offline bisa digelar lagi. Begitu juga traveling virtual yang makin marak hingga resepsi pernikahan yang digelar online via Zoom atau layanan streaming lain.
Perubahan Perilaku Masyarakat
Sebelum atur ulang cara bisnis di era normal baru, lebih baik kita mengetahui perubahan perilaku masyarakat. Cara ini penting sebelum kita perlu atau tidak mengubah bisnis yang kita jalankan.
Berdasarkan penelitian ahli, pandemi COVID-19 diperkirakan bertahan hingga pertengahan tahun depan. Itu pun jika vaksin berhasil diuji coba dan harganya bisa terjangkau seluruh masyarakat. Jika tidak, pandemi COVID-19 akan terus berlangsung, entah sampai kapan.
Dengan ketiadaan kepastian kapan COVID-19 selesai, kehidupan masyarakat pun akan berubah sesuai kondisi. Misalnya masyarakat sekarang harus bekerja atau beraktivitas di rumah untuk menghindari penyebaran COVID-19.
Cara kita mendapatkan pendapatan pun kemungkinan berubah. Misal kita membuka kafe atau restoran atau jasa apapun yang mendatangkan konsumen. Akibat pemerintah belum mengizinkan pembukaan usaha, usaha kita pun terpaksa harus tutup.
Namun agar tetap menghasilkan cuan, bisnis/jasa kita yang harus berubah. Entah produknya atau cara pengemasan hingga distribusinya.
Peluang Usaha Baru
Tuhu juga menjelaskan perubahan di era normal baru ini akan memunculkan banyak peluang usaha. Bagi kalian yang menjadi pengusaha, segera atur ulang cara bisnis di era normal baru agar sesuai dengan zaman kekinian.
Hal-hal yang bisa menjadi acuan dalam memilih peluang usaha baru yaitu masyarakat sekarang diharuskan bekerja dari rumah. Pengusaha atau calon pengusaha bisa mencari jenis usaha baru yang relevan dengan itu.
Misalnya, bisnis sprei (bedcover), daster, tanaman hias, webcam, lampu hias, makanan setengah matang/matang, hingga paket internet untuk streaming.
“Pandemi ini banyak memicu masyarakat stres massal baru. Makanya ada yang belanja online, streaming, beli tanaman, hewan peliharaan hingga butuh hiburan meski di rumah aja,” kata Tuhu.
Kondisi itu yang harus jeli dilihat oleh mata pengusaha. Cek juga kebiasaan masyarakat di era normal baru ini di di sekitar kita. Misalnya masyarakat gemar memakai masker, hand sanitizer, makanan sehat, suka streaming musik/film, hingga ponsel murah yang bisa internetan.
Atau orang sekarang malas membaca buku karena lagi cemas dan tidak ingin menyantap sesuatu yang berat. Streaming dan ikut webinar kesehatan atau bisnis bisa menjadi hiburan. Makanya, cari tahu kebutuhan mereka dan sediakan produk/jasanya segera.
Jeli Dengan Kebutuhan Sekitar
Kita juga harus jeli kebutuhan tetangga sekitar. Karena kita harus berhemat, tinggal di rumah tidak bisa kemana-mana, tapi kita pasti akan membeli sesuatu.
Entah bahan makanan yang akan diolah, makanan jadi, makanan sehat, vitamin atau butuh staycation dengan protokol kesehatan khusus. Urban farming juga bisa jadi pilihan. Namun kita harus mengecek lingkungan sekitar, apakah produknya cocok untuk mereka.
Biasanya, sayuran atau produk hortikultura itu hanya cocok untuk kalangan menengah atas. Jika kita mampu menyediakannya, tentu akan sangat bermanfaat dan menghasilkan keuntungan. Jika tidak, terpaksa hanya untuk dikonsumsi sendiri.
Begitu juga soal transportasi ke suatu tempat jika mendesak. Masyarakat sekarang masih belum berani untuk naik ojek daring. Atau naik transportasi umum karena khawatir terkena COVID-19.
Bagi yang sering webinar atau rapat dari rumah, kita bisa jeli untuk menyediakan paketan streaming, webcam, lampu hias, ponsel murah atau laptop murah. Bisa juga jasa/produk greenscreen biar latar belakang di layar bisa diatur sesuai keinginan.
“Jangan sampai pas rapat ternyata ada istri kita sedang lewat di belakang dengan hanya memakai handuk saja,” kata Tuhu.
Bahkan, kita bisa menyediakan seperti warnet khusus yang bisa digunakan untuk rapat. Karena tidak semua orang memiliki ruang yang nyaman untuk kerjaan atau sekadar untuk rapat dengan pimpinan di rumah.
Strategi Marketing Bisnis Di Era Normal Baru
Setelah mengetahui produk atau jasa kita apakah masih sesuai kebutuhan saat ini, kita baru melirik strategi pemasarannya.
Namun, kata Tuhu, tidak semua produk atau jasa perlu srategi pemasaran baru. Perlu kita cek produknya, apakah masyarakat perlu diedukasi dulu atau tidak. Bahkan kita harus menghitung seberapa kuat modal yang dimiliki.
Tuhu menyarankan untuk mempromosikan usaha kita ke media sosial, tak terkecuali jejaring pesan instan, terutama untuk menyasar teman-teman dekat dulu. Jika sukses, baru merambah ke e-commerce.
Kalau mau atur ulang cara bisnis dan usaha baru, Tuhu bilang usahakan jangan sampai mengeluarkan banyak modal di awal. Siapkan usaha yang bisa dilakukan dengan sumber daya yang ada di rumah. Jika sudah besar, baru memikirkan sumber daya yang besar.
Justru pengusaha saat saat ini harus memperbesar riset untuk mencari ide-ide atau peluang bisnis baru. Biasanya UMKM kita kurang riset dalam memulai usaha. Imbasnya, bisnisnya stagnan.
Riset ini bisa berupa produk/jasa yang akan ditawarkan, harga yang cocok sesuai target pasar yang akan dibidik, kebutuhan konsumen, hingga bisa menyelesaikan masalah konsumen atau tidak.
“Misal kita mau bisnis baju pesta atau sepatu baru. Ini malah ngga relevan karena traveling kan masih dibatasi atau pesta-pesta besar juga dilarang,” kata Tuhu.
Mulai Usaha Dari Nol
Pandemi COVID-19 mengajarkan kita kesabaran dan kejelian dalam bertahan. Banyak usaha besar yang mulai bangkrut akibat pandemi ini. Sehingga kita berpeluang mulai dari awal yang sama. “Istilah Pertamina, mulai dari nol ya,” ujar Tuhu.
Mulai dari nol ini maksudnya pengusaha memulai bisnis dari awal yang sama. Entah mengubah produk/jasanya, atau hanya mengubah pengemasan hingga jalur distribusinya.
Manajemen stok juga diperlukan karena kita tidak bisa stok dalam jumlah banyak. Contohnya dulu kita bisa stok masker dan hand sanitizer hingga bisa dijual ratusan ribu rupiah. Dengan kondisi saat ini yang semakin murah, produk itu pun tak perlu stok banyak.
Pandemi ini juga mengajarkan seberapa cepat kita beradaptasi dan berubah sesuai keadaan. Berharap kondisi bisnis seperti zaman dulu, sepertinya akan susah. Lihat saja peralihan minyak tanah ke elpiji (LPG). Walau sempat ditolak sebagian masyarakat, elpiji kini makin diminati. Masyarakat malah ogah memakai minyak tanah.
Semua kini pun memiliki kesempatan yang sama karena kita tidak ada lagi batasan jarak. Dulu bisnis hanya berkutat di Pulau Jawa. Kini semua punya kesempatan sama untuk berbisnis lintas wilayah. Layanan pengiriman logistik pun akan semakin murah.
“Tinggal kejelian, riset kebutuhan pasar, dan pasarkan produk atau jasa kita ke pasar yang cepat. Kita tidak bisa lagi menunggu dan berharap dunia kembali normal seperti dulu. Kita harus terima kenyataan ini. Harus cepat adaptasi agar tetap menghasilkan cuan,” kata Tuhu.