Bos Zilingo Ankiti Bose menjadi salah satu pejuang perempuan di bisnis perdagangan daring. Perusahaannya, Zilingo hampir menjadi unicorn, perusahaan rintisan (start-up) dengan valuasi di atas US$ 1 miliar (sekitar Rp 14 triliun).
Awal Mula Zilingo
Ia sejak kecil memang suka bergaul. Bahkan dia bermimpi menjadi seorang wirausahawan sukses di usianya yang muda.
Bose pernah bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company pada 2015. Dia juga seorang analis investasi di Sequoia.
Bose kali pertama mendapat ide memulai platform perdagangan daring (online) saat berbelanja di Pasar Chatuchak di Bangkok, Thailand. Dia merasa kasihan karena pedagang sepi pembeli karena perdagangan daring (e-commerce) makin marak.
Dari situ, ia berkeinginan membantu pengusaha tersebut untuk lebih menjangkau pembeli lebih luas. Di situlah awal mula Zilingo didirikan.
Pada 2016, setahun setelah meluncurkan Zilingo untuk pebisnis kecil, ia sadar platform tersebut dapat membantu pengusaha agar lebih luas memasarkan produknya, khususnya dari lini industri mode.
“Aku menyadari bisnis kecil memiliki lebih banyak masalah. Misalnya, ketika mencari barang dari pabrik, ada agen yang menghancurkan margin mereka. Atau mereka tidak memiliki riwayat kredit untuk pinjaman. Ini sangat tidak adil karena semuanya merugikan mereka,” ujar Bose seperti dikutip dari Asia Tatler.
Model Bisnis Bos Zilingo
Ankiti Bose membuat Zilingo lebih sederhana. Dia ingin memangkas perantara dari produsen ke pedagang hingga pembeli. Setiap platformnya dibayar dengan adil dan bertanggung jawab.
Untuk menciptakan industri mode lebih adil, lebih transparan, dan lebih berkelanjutan, dia memutuskan memperluas layanan Zilingo ke sektor antarbisnis (B2B).
Misalnya, pabrik dapat mengambil kancing hingga pita langsung dari pemasok. Pedagang juga dapat membeli produk dari pabrik melalui situs tersebut.
“Dengan menghubungkan rantai pasokan, transaksi terjadi dengan platform jelas. Para perantara akan pergi dan semua orang bertanggung jawab atas akhir dari tawar-menawar mereka.”
Dia melihat langkah ini menumbuhkan Zilingo menjadi raksasa seperti saat ini. Portal e-commerce tetap dipertahankan. Sebagian besar bisnis Zilingo dari layanan B2B, yang menghubungkan lebih dari 75 ribu usaha kecil dan menengah ke lebih dari 4.000 pabrik. Sebagian besar bisnis ini berlokasi di Asia Tenggara, serta China dan India.
Selain itu, perusahaan juga menyediakan perangkat lunak dan layanan keuangan kepada pedagangnya di seluruh rantai pasok untuk membantu mereka transisi ke platform digital.
Ketahanan Asia
Bose juga percaya Asia akan menjadi bagian pertama di dunia yang pulih dari krisis. Oleh karena itu, masuk akal untuk memfokuskan upaya di wilayah ini.
Dia menarik keyakinannya pada respons tegas pemerintah di Asia, termasuk China, India, dan Singapura.
“Aku pikir, Asia akan bangkit kembali dengan cepat. Kami akan beradaptasi dengan sangat cepat terhadap perubahan yang perlu terjadi dan akan muncul lebih kuat dari krisis ini,” ujar bos Zilingo Ankiti Bose.
Dia juga membantu pemasok mitra perusahaan memutar bisnis mereka. Untuk mengimbangi penurunan dalam produksi fesyen, Zilingo bekerja sama dengan pabrik-pabrik yang mengubah lini produksi mereka menjadi peralatan pelindung diri, yang saat ini kekurangan pasokan secara global.
Pejuang Perempuan
Ke depan, ia akan terus memberdayakan perempuan dalam industri mode, sebuah alasan yang dekat dengan hatinya. Selain fakta bahwa pekerja di bidang fesyen cenderung perempuan.
Menurut Bose, sekitar 60 persen pedagang yang bekerja dengan Zilingo memiliki setidaknya satu pendiri atau mitra yang perempuan.
Rahasianya, ia tidak takut dikira hanya sebagai bawahan seorang bos karena dinilai masih sangat muda. Oleh sebab itu, dia fokus pada tujuannya memberdayakan yang tertindas melalui pekerjaannya.
“Ketidaksetaraan gender masalah sistemik. Jadi saya pikir lebih penting kita fokus membuat banyak perempuan sukses. Ketika lebih banyak orang melihat perempuan memimpin, pandangan ini tidak akan lagi diabadikan secara umum,” kata Bose.
“Kami memiliki lingkaran perempuan. Tantangan yang dihadapi perempuan berbeda dengan laki-laki. Sebagian mereka berjuang dengan harapan mengelola rumah dan anak-anak mereka dibandingkan apa yang mereka lakukan di tempat kerja. Ini sangat penting ada empati untuk harapan yang harus dipenuhi perempuan.”
“Bisnis kami secara umum memberdayakan perempuan. Jadi kami berusaha melakukan yang lebih baik setiap hari. Saya pikir kami akan terus membantu lebih banyak perempuan. Itu tujuan pribadi yang penting,” katanya.