Australia sepanjang tahun ini akan memperkenalkan kampanye #AussieBanget. Apa itu?
Indonesia menjadi fokus perayaan gaya hidup Australia tahun ini dengan puluhan kegiatan yang telah direncanakan di seluruh nusantara.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengatakan, sudah lebih dari 10 tahun terakhir komunikasi antara dua negara sangat intensif. Australia juga menjadi tujuan utama para mahasiswa Indonesia untuk menuntut ilmu. Sebaliknya, lebih dari 3.000 siswa Australia belajar ke Indonesia.
“Tahun lalu, kunjungan wisatawan Indonesia ke Australia juga meningkat signifikan. Begitu juga sebaliknya. Ini berita bagus. Edukasi dan pariwisata akan terus berlanjut antara dua negara,”katanya di Jakarta, Selasa (31/1).
Australia telah menjadi negara industri, baik film, fesyen, hingga pariwisata. Di dunia film, sudah beragam film dirilis. Tak terkecuali yang menjadi fenomena di perfilman dunia yakni Mad Max dan Fury Road.
Peluang-peluang industri yang ada harus mampu dimanfaatkan dua negara. Misalnya di dunia fesyen, kedua negara bisa saling belajar di tengah keunikan masing-masing desainer. “Ini bisa menjadi pendorong peluang inovasi, kreativitas, dan menciptakan lapangan kerja.”
Menurut Grigson, sekitar 75-80 persen ekonomi Australia dikontribusikan dari sektor jasa. Sektor ini diharapkan bisa menjadi peluang dan kreativitas bagi dua negara untuk mendorong perekonomian.
#AussieBanget dimulai sejak Januari 2017 dengan Festival Sinema Australia-Indonesia yang diadakan di Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Beragam pameran, konser, pemutaran film, pertunjukan, serta peragaan busana akan ditampilkan.
“Selama ini Australia hanya dikenal dengan BBQ, pantai, dan kanguru. Padahal Australia lebih dari itu,”ujarnya.
Australia akan lebih menawarkan makanan segar, budaya kopi, pendidikan kelas dunia, hingga tempat wisata. Informasi #AussieBanget bisa dicari di Twitter.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, hubungan kerja sama Indonesia dan Australia akan terus berlanjut. Salah satu kerja sama untuk lebih memperkenalkan Australia di Indonesia yakni melalui aplikasi permainan Next Door Land yang telah diunduh lebih dari 30 ribu kali.
“Permainan ini akan mendorong masyarakat mengetahui budaya Indonesia dan Australia,”ujar Triawan.
Menurut Triawan, budaya dan industri kreatif terbuka bagi semua orang, baik di segala lini usia dan latar belakang untuk menekan pengangguran. “Saya ingin hubungan kerja sama antara kedua negara, khususnya di bidang industri kreatif akan terus berlanjut dan semakin menguat, terutama dari program #AussieBanget ini,”katanya.
Dalam perkenalan #AussieBanget, Kedutaan Besar Australia membawa perancang busana Jaimie Sortino. Perancang busana asli Australia ini menjadi pemenang Penghargaan Perancang Pendatang Baru di Adelaide Fashion Festival 2010. Jaimie akan berpartisipasi dalam pembukaan Indonesia Fashion Week 2017.
Dari busana yang dirancangnya, ia tertarik mengeksplorasi tema dongeng romantis. Koleksi terbaru Jaimie Sortino bertajuk Hymn to the Flora menjadi sebuah penghargaan untuk flora dan keindahan bunga hydrangea. Nuansa biru dan ungu menjadi khas Jaimie yang diambil dari warna bunga hydrangea asli.
Perancang busana lainnya yakni Sally Koeswanto. Ia perancang busana asli Surabaya. Namun Sally menyelesaikan studinya di Whitehouse School of Desaign Australia pada 1994.
Saat studi di sana, ia mewakili Australia dalam Smirnoff Fashion Awards. Ia juga finalis penghargaan Cotton Foundation.
Sekembalinya ke Indonesia pada 1995, Sally memulai usaha fesyen dan pernah dinobatkan sebagai finalis dalam Lomba Perancang Mode yang diselenggarakan Femina dan Majalah Gadis pada 1995.
Sally memiliki sebuah butik di Mal Taman Anggrek dan sebuah studio di Dharmawangsa Square. Ia pernah berpartisipasi dalam berbagai acara peragaan busana dan telah menciptakan beragam koleksi fesyen mulai dari pakaian, tas, dan aksesori.
Di bidang kuliner, Kedubes Australia di Indonesia juga memperkenalkan Yulius Novin. Ia menyelesaikan studi di Le Cordon Bleu Sydney dengan gelar Advanced Diploma jurusan Hospitality Management.
Saat ini ia sedang memulai usaha restoran yang menghidangkan makanan dari kebun ke meja makan. Ia juga pernah bekerja dua tahun sebagai Executive Sous Chef di Publik Markette, yang merupakan bagian dari Ismaya Group bersama Chef Aldo Volpi dan Chef Philip Mimbimi.
Saya juga sempat mencicipi canape buatan Chef Yulius Novin. Dari tujuh menu, saya mencicipi empat menu dan semua rasanya enak meski saya tidak tahu nama menunya. Sulit dilafalkan. Haha..Semoga Chef Yulius segera membuka restorannya di Jakarta dan kita dapat mencicipi kreasinya.
Ternyata industri kreatif mampu memunculkan ide-ide segar dan menciptakan lapangan kerja sehingga mendongkrak perekonomian negara.
Semoga dengan program #AussieBanget akan semakin menambah informasi dan pengetahuan tentang Australia dan kita bisa belajar dari mereka.