Penguatan nilai tukar yen memicu penurunan penjualan, pendapatan, hingga laba bersih produsen automotif asal Jepang, Honda. Beruntung pemangkasan biaya bisa menyelamatkan penurunan laba perusahaan.
“Penjualan sejak Januari hingga September tertekan akibat penguatan yen,” kata pernyataan perusahaan.
Honda kini mengharapkan laba bersih untuk setahun penuh hingga Maret 2017 sebesar 415 miliar yen (US$ 3,96 miliar), naik dari perkiraan sebelumnya 390 miliar yen.
Perkiraan tersebut menandai lompatan 20,5 persen dari laba bersih perusahaan pada tahun fiskal Maret 2016. Namun 20 analis yang dikumpulkan Bloomberg News menyatakan, pencapaian tersebut lebih rendah dari proyeksi laba semula sebesar 491,8 miliar yen.
“Penguatan yen tetap menjadi faktor utama menekan laba di sektor automotif Jepang,” kata analis di SMBC Friend Research Center Shigeru Matsumura.
Yen yang lebih tinggi akan menekan eksportir karena harga barang akan lebih mahal di luar negeri sekaligus mengurangi nilai pendapatan luar negeri saat dibawa ke dalam negeri.
Skandal kantong udara (airbag) yang diproduksi Takata dan menewaskan setidaknya 16 orang juga menekan pendapatan perusahaan tetapi masih belum bisa dikalkulasi penuh. Honda pelanggan airbag terbesar dari Takata.
Laba bersih Honda selama enam bulan pertama naik 12,1 persen menjadi 351,8 miliar yen. Laba operasi naik 22,5 persen.
Pendapatan turun 8,1 persen menjadi 6,7 triliun yen dan proyeksi terbarunya hanya 13,40 triliun yen tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 13,75 triliun yen.
Volume penjualan untuk kendaraan di pasar Amerika Utara, Eropa, dan Asia semua naik. Namun penjualan di Jepang terus menurun.
Kenaikan laba dan proyeksi yang lebih tinggi muncul akibat pabrik Honda di Kyushu, selatan Jepang mulai pulih akibat dua kali gempa yang terjadi April dan sempat menewaskan sekitar 50 orang.
Sumber: AFP