Bisnis clothing anak muda makin digemari. Pepatah bilang tekuni minatmu agar kamu sukses.
Awal Mula Bisnis Clothing Anak Muda
Contents
Pepatah itulah yang ditekuni Indra Chaerul Yaqin menjalani usaha clothing. Awalnya, bisnis ini hanya sekadar iseng karena meminati pakaian distro. Keisengan tersebut justru membuahkan hasil. Ia bisa wirausaha sendiri.
Ketertarikan pakaian distro dilakukannya sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Namun ia tidak memiliki keahlian desain pakaian sehingga ia memilih belajar dari orang lain.
Kebetulan sang kakak memiliki usaha percetakan. Ia mulai belajar mendesain pakaian dari usaha tersebut. “Untuk pengalaman lain seperti kursus, saya tidak pernah,” ujarnya.
Ia pun mencoba peruntungan membuat desain kemeja atau kaus dan dijual dengan metode pemesanan (by order). Pembeli bisa memberi uang muka terlebih dahulu. Setelah produk jadi, pembeli bisa melunasi sisanya.
“Cara ini lebih efektif untuk pebisnis pemula. Jadi kita tidak rugi karena pembeli sudah pasti membeli barang yang dipesan,” katanya.
Ternyata keisengan membuat desain pakaian justru mendapat keuntungan baginya. Sembari sekolah, ia terus melanjutkan ketertarikannya membuat desain pakaian dan memproduksinya sendiri ditemani sang kakak.
Mengelola Keuangan Distro Pakaian
Ia pun mulai belajar mengelola keuangan, terutama dari setiap keuntungan yang diterima. Ia mulai belajar memutar keuangan dan dibelikan bahan baku lagi. “Keuntungan dari bisnis itu saya tabung dan diputar lagi. Kakak banyak mengajari saya,” kata bungsu dari lima bersaudara ini.
Dari keuntungan yang terkumpul, Indra mulai mengembangkan lagi usahanya dengan membuka mini store di depan rumah. Tidak hanya itu, ia juga mencari usaha sampingan dengan membuka jasa label kulit leather patch.
Pada 2013 jerih payahnya mulai terasa. Indra berhasil membuka mini store yang pertama dan atas kepemilikan sendiri. “Tetapi masih belum terlalu ramai,” kata pria berkaca mata ini.
Setelah memiliki mini store, pria kelahiran Tangerang ini mulai memberanikan diri mencoba membuat barang yang ready. Jumlahnya masih tidak terlalu banyak. “Ternyata lumayan ramai peminatnya,” ujarnya.
Ia lantas menamakan mini store-nya dengan Frudyduddy. Ia berharap label produk yang diciptakannya bisa semakin memberi keuntungan dan usahanya semakin tumbuh berkembang.
Ragam Bisnis Clothing Anak Muda
Dalam usahanya bidang clothing, produk yang ia jual antara lain kaus, kemeja, sweater, topi, sampai pernak-pernik seperti gelang. Semuanya didesain sendiri olehnya. Namun tidak menutup kemungkinan ia dibantu teman dan jasa desain bila permintaan tinggi.
Keunggulan dari barang-barang ciptaannya lebih berkonsep klasik. Dalam pemilihan bahan, ia menggunakan bahan yang nyaman namun dengan harga yang tidak mahal. Harga untuk kaus atau topi dipatok Rp 100-125 ribu, kemeja Rp 185-225 ribu, sweater Rp 225 ribu, jenis gelang-gelangan Rp 25-Rp 50 ribu. “Sweater paling diminati pembeli,” ujarnya.
Lelaki yang baru menginjak 25 tahun ini mampu meraup omzet Rp 20-25 juta per bulan hanya dari mini store di depan rumahnya. Saat pindah ke Karawaci, omzetnya bisa meningkat menjadi Rp 65-80 juta per bulan. “Di bulan Ramadhan omzet naik lagi hingga Rp 200-250 juta,” katanya.
Bantu Perekonomian Keluarga
Menjadi anak terakhir bukan berarti senang dimanja. Indra selalu diminta tidak terlalu bergantung dengan orang lain agar kelak saat sendiri bisa mandiri.
Saat menjalankan usaha, ia juga kerap mengalami masa sulit. Cobaan pada usahanya sering datang. “Keluarga saya dapat musibah terus-menerus. Otomatis keuntungan yang saya sisihkan harus saya bagi lagi ke keluarga,” katanya.
Namun Indra memaknai berbeda dari musibah yang datang. Musibah tak harus mematahkan asa demi menggapai yang dicita-citakan. Ia justru menjadikan musibah yang melanda sebagai motivasi untuk terus memerbesar usaha. “Saya harus dapat membantu perekonomian keluarga,” katanya.
Ia pun terus belajar memasarkan produknya. Saat masuk kuliah jurusan komunikasi, ia pun bisa belajar banyak mengembangkan pemasaran produknya, terutama cara mengomunikasikan produk ke orang lain.
Ia mulai membangun bisnis dengan cara pemasaran sederhana yaitu dari mulut ke mulut. “Namanya merintis bisnis dari nol, jadi pemasarannya hanya mulut ke mulut,” ujarnya.
Merek Fruddyduddy
Berkat kegigihannya serta kecakapannya membangun relasi, produk Fruddyduddy banyak dikenal orang. Untuk produksi, Indra mengeluarkan produk barunya sebulan sekali. Sudah tentu sesuai produk yang diminati pembeli. Kecuali ada permintaan khusus dari pelanggan.
Sekali produksi untuk kaus dan sweater masing-masing 1.000 unit. Untuk kemeja 500 unit, dan topi 250 unit. “Jadi setiap bulan selalu ada produk baru dari kaus, kemeja, topi dan lainnya,” katanya.
Seiring perkembangan teknologi, ia pun membangun jaringan memanfaatkan berbagai situs jejaring sosial. “saya bikin grup Facebook, Twitter, dan Instagram,” katanya.
Untuk semakin memantapkan usaha memerluas jaringan, kini Indra sedang mengembangkan website sendiri. “Dengan begitu, pembeli tidak perlu repot-repot harus datang ke distro,” ujarnya.
Pemilik : Indra Chaerul Yaqin
Lahir : Tangerang, 13 Desember 1990
Kontak : 08888499698/081298911544
Hobi : Desain dan musik
Pendidikan : S1 Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Nama distro : Fruddyduddy
Lokasi : Jalan Beringin Raya No 144c Karawaci, Tangerang