fenomena makan tabungan

Ada yang ngerasa nggak sih sekarang tuh ekonomi lagi sulit banget. Cari kerjaan susah, eh udah dapat kerjaan malah kena PHK (pemutusan hubungan kerja). Fenomena makan tabungan udah kayak gejala biasa. Ya mau bagaimana, kita harus tetap hidup dan makan sembari mencari kerja (lagi).

Apakah itu Fenomena Makan Tabungan?

Fenomena makan tabungan tuh terjadi ketika seseorang menggunakan tabungannya untuk menutupi kebutuhan atau pengeluaran sehari-hari. Ini biasanya terjadi karena penghasilan bulanan tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan atau ada pengeluaran mendadak yang besar. 

Fenomena makan tabungan ini tuh sebenarnya bisa berbahaya. Karena dapat mengurangi jumlah tabungan yang seharusnya digunakan untuk keperluan masa depan atau keadaan darurat.

Bahaya Makan Tabungan

Ada bahaya tentang fenomena makan tabungan. Kalau kita nggak mempersiapkan dari sekarang, bisa jadi uang kita bakalan abis sebelum mendapatkan kerjaan baru. 

fenomena makan tabungan

Apalagi bagi kalian yang lagi mencari kerja di tengah gelombang PHK. Ditambah lagi bagi kalian yang sudah berkeluarga. Tentu berat menghidupi diri sendiri dan orang tercinta.

Berikut gambaran tentang bahaya tentang fenomena makan tabungan:

  1. Ketidakstabilan Keuangan: Menghabiskan tabungan bisa membuat seseorang rentan terhadap situasi darurat finansial. Apalagi pemasukan menipis, tapi pengeluaran malah meningkat drastis. Ya tabungan lah yang harus dikuras abis.
  2. Tidak Ada Dana Darurat: Tanpa tabungan, menghadapi keadaan darurat seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis yang mendadak akan sangat sulit. Padahal menurut perencana keuangan, persiapan dana darurat ini begitu penting. Kita harus menyiapkan minimal 6 kali gaji bulanan sebagai dana darurat untuk yang masih tinggal sendiri. Untuk yang sudah berkeluarga, minimal harus 12 kali gaji. Nggak ada dana darurat? Ya balik kuras tabungan lagi.
  3. Menghambat Tujuan Finansial: Tabungan untuk tujuan jangka panjang seperti membeli rumah, pendidikan anak, atau pensiun akan terancam. Tentu kita punya impian jangka panjang. Entah membeli rumah, kendaraan, sekolah lagi, pergi ibadah ke Mekkah, atau traveling. Tanpa tabungan yang aman, hidup kita bakal kesusahan yang berimbas menghambat tujuan finansial.

Solusi Agar Tidak Makan Tabungan

Lantas bagaimana cara kita agar tidak terkena jebakan fenomena makan tabungan? Berikut cara-cara yang bisa kalian simak:

  1. Membuat Anggaran: Buatlah anggaran bulanan yang rinci untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan dasar dan kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Ingatlah, hiduplah sesuai isi dompetmu.
  2. Menambah Sumber Penghasilan: Cari cara untuk menambah pendapatan, seperti pekerjaan sampingan atau investasi. Coba tanya teman/relasi terkait pekerjaan sampingan itu. Siapa tahu bisa membantu.
  3. Dana Darurat: Sisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat sehingga tabungan utama tidak terpakai untuk hal-hal yang mendadak. Ingat kuncinya, 6x gaji untuk single dan 12x gaji untuk yang sudah berkeluarga.
  4. Menyusun Prioritas Keuangan: Tentukan prioritas keuangan, seperti pembayaran utang dan menabung sebelum membelanjakan uang untuk hal-hal lain. Bagaimana pun utang harus segera ditekan. Jika tidak, beban bunga utang bakal meningkat dan kita bakal lebih kesusahan membayarnya.
  5. Penghematan dan Pengendalian Diri: Latih pengendalian diri dalam berbelanja. Selalu berpikir dua kali sebelum melakukan pembelian yang tidak diperlukan. Jangan sering-sering masukin barang ke keranjang kuning. Apalagi checkout! Hehe.
Cara mengatasi fenomena makan tabungan

Cara Mengatur Keuangan Agar Tidak Makan Tabungan

Ternyata masih ada cara untuk menghindari jebakan fenomena makan tabungan. Langkah seperti apakah itu?

  1. Catat Semua Pengeluaran: Dengan mencatat semua pengeluaran, kalian bisa melihat ke mana uang pergi dan mengidentifikasi area di mana kita bisa menghemat.
  2. Pakai Sistem Amplop: Meski terkesan jadul, cara ini bisa lebih ampuh dan mudah. Alokasikan uang ke dalam amplop untuk berbagai kategori pengeluaran (makanan, transportasi, hiburan, dll.) dan berpegang pada jumlah yang telah ditentukan. Kalo nggak mau, sekarang banyak aplikasi bank digital yang memiliki fitur split tabungan/investasi.
  3. Otomatisasi Tabungan: Atur agar sebagian dari pendapatan kita secara otomatis masuk ke rekening tabungan setiap bulan. Jadi usahakan sisihkan untuk tabungan, bukan sisakan. Banyak dari kita yang lebih baik hura-hura dulu, nabungnya ya sisa kemudian. Jangan ya dek ya. Hehe.
  4. Kurangi Utang: Bayar utang-utang dengan bunga tinggi terlebih dahulu untuk mengurangi beban finansial di masa depan. Bagaimana pun utang ini akan membebani hidup kita. Terlebih utang dengan beban biaya bunga tinggi.
  5. Investasi: Pertimbangkan untuk menginvestasikan sebagian tabungan untuk mendapatkan penghasilan pasif. Entah melalui deposito, giro, emas, saham, reksadana atau bahkan mata uang kripto hingga prospek NFT tahun 2024.
solusi fenomena makan tabungan

Kesimpulan

Di tengah ekonomi yang sedang sulit, kita harus berhemat untuk bisa tetap bertahan hidup yang pahit. Kita tak perlu menyalahkan siapa-siapa karena kita yang mengalaminya.

Bagaimana pun kita harus mempersiapkan risiko yang terberat sekalipun. Agar saat kondisi itu terjadi, kita tak terkena fenomena makan tabungan lagi.

Berbahagialah kalian yang sudah mapan dalam hal finansial. Dana darurat hingga produk investasi sudah aman. Bahkan sudah menyiapkan dana pensiun untuk masa depan.

Emang begitu lah kita mempersiapkan rencana finansial. Demi hidup yang lebih aman, nyaman, dan menghindari sial.

Share yuk, apakah kalian pernah mengalami fenomena makan tabungan ini. Di saat kondisi seperti apa kalian mengalami gejala fenomena makan tabungan ini? Lantas bagaimana kalian menyiasatinya.

Pada postingan selanjutnya, kita akan bahas tentang fenomena Latte Factor. Sebuah kebiasaan yang merujuk pengeluaran kecil sehari-hari, tapi akan menjadi besar saat dikumpulkan dalam sebulan. Kalian pernah mengalaminya? Simak bahasannya nanti ya. Salam cuan!

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *