Teknologi sudah berkembang begitu pesat. Namun jangan sampai kita masih kolot dalam mendidik anak. Cara mendidik anak di era digital, terutama di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) perlu diketahui. Jangan sampai anak salah jurusan kuliah, hingga salah memilih jenis pekerjaan idamannya. Hidup bakal sia-sia hanya karena kita kurang menyiapkan pendidikan secara sempurna.
Cara mendidik anak di era digital akan sangat berbeda dengan kita dulu yang masih konvensional. Orangtua harus sadar potensi anak. Lantas harus mengetahui manakah kecerdasan anak yang paling berkembang pesat/mencolok. Barulah kita memberikan stimulus/dorongan ke kecerdasan tersebut untuk mengembangkan potensinya.
Apa itu AI?
Contents
Artificial Intelligence (AI) adalah bidang komputer yang menekankan pada pembuatan sistem yang dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia.
Sistem tersebut mencakup pembelajaran Mesin (Machine Learning) yang merupakan sistem belajar dari data dan meningkatkan kinerjanya dari pengalaman.
Selain itu, pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing) yang melibatkan proses memahami dan memproses bahasa manusia.
Bahkan ada juga visi komputer (Computer Vision) yang menginterpretasikan dan memahami gambar atau video. Serta robotika yang mengembangkan robot cerdas dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
AI digunakan dalam berbagai aplikasi seperti asisten virtual, kendaraan otonom, analisis data, dan banyak lagi.
Career coach & Life Mentor Albert Egmont bilang, dulu kita hanya mengenal teknologi, terutama perpaduan dengan AI pada smartphone. Kini dunia AI sudah masuk dalam berbagai macam lini kehidupan dan barang seperti lampu, mobil, bahkan pintu sekalipun.
Nilai IQ teknologi AI sudah masuk 155. Sudah di atas rata-rata manusia, bahkan nilai IQ orang Indonesia rata-rata hanya 80-90.
Menurut Albert, AI adalah sebuah kecerdasan yang dibuat dan diciptakan untuk bisa berpikir layaknya manusia. Teknologi AI dapat berpikir mandiri, memberikan informasi, bahkan bisa memberikan perintah.
Jenis Pekerjaan Yang Terdampak AI
Sebenarnya, banyak sekali jenis pekerjaan yang terdampak perkembangan teknologi AI. Kalau bicara industri, kata Albert, semua industri sebenarnya sudah terdampak perkembangan AI. Namun yang pasti, jenis pekerjaan yang mudah terdampak AI adalah pekerjaan yang rutin, punya ketepatan, dan yang berulang (repetisi).
Misalnya, bidang otomatisasi manufaktur. Banyak pekerjaan di pabrik yang sekarang ini telah diambil alih robot dan mesin otomatis.
Begitu juga dengan layanan pelanggan. Chatbot dan AI customer service menggantikan banyak posisi layanan pelanggan. Contoh di Jepang, sekitar 90 persen pekerjaan manufaktur telah menggunakan robot dan metarobot. Sales sekarang pun sudah memakai chatbot.
Namun, kata Albert, jenis pekerjaan yang paling terdampak perkembangan AI adalah pekerjaan rutin dan administratif. AI dan perangkat lunak (software) otomatisasi mengurangi kebutuhan untuk posisi administrasi seperti data entry dan book keeping.
Industri kreatif juga sudah terdampak. Bagaimana teknologi AI menghapus pekerjaan video editor, desain grafis, hingga copywriting. Lantas gimana ya dengan blogging? Hehe.
Masalahnya, rata-rata usia kerja saat ini berasal dari generasi Z (Gen Z). Generasi tersebut dibilang susah mendapatkan kerja karena nggak cocok dengan jurusan kuliah hingga nggak sesuai dengan besaran bayaran/upah. Pemberi kerja pun kesulitan mencari pekerja mumpuni. Karena anak Gen Z memiliki cara kerja dan cara berpikir berbeda.
Manusia kalau bekerja kan ada moodnya hingga kalau nggak sesuai malah demo. AI tida ada sama sekali dengan masalah tersebut. Jadi yang punya usaha akan mempekerjakan AI daripada manusia yang gampang mengeluh.
Pekerjaan Baru yang Muncul Akibat AI
Bak mata uang, teknologi akan selalu mendapatkan tantangan dan peluang. Dengan teknologi AI, justru muncul banyak pekerjaan baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Dengan teknologi baru harus ada keahlian baru. Salah satunya, UI UX designer. Siapa menyangka pekerjaan ini akan menjanjikan upah besar karena memberikan tampilan digital dan experience yang berbeda dalam komunikasi visual, terutama dalam layanan aplikasi dan website untuk mendukung promosi perusahaan.
Begitu juga dengan profesi digital marketer, data analyst, cyber psychologis, cyber security, data scientist, drone operator, financial engineer, dan banyak lagi.
Menurut Albert, dulu pekerjaan tersebut terasa asing. Kita hanya terlintas pekerjaan dengan bayaran tinggi seperti dokter, pilot, atau polisi.
Pekerjaan yang Aman Akibat AI
Menurut Albert, ada empat hal yang akan dapat tumbuh berdampingan dengan perkembangan AI. Empat hal tersebut yakni science, technology, engineering, and mathematics (STEM).
Empat hal ini merupakan bidang yang sangat berpengaruh terhadap penciptaan AI. Pekerjaan yang berhubungan dengan STEM akan bertahan atau aman dari perkembangan AI.
Namun kalau gitu, berarti hanya anak IPA saja dong yang dapat bertahan di tengah gempuran AI? Ya nggak juga sih. Anak IPS pun akan sanggup bertahan, tergantung kemampuan (skill) yang dimiliki.
Baca juga:
Matematika Jadi Momok Pelajaran Siswa
Albert bilang, STEM akan berkembang luar biasa krn banyak orang yang akan mencari. Dalam survey, 93 persen orang yang bekerja di bidang STEM punya gaji rata-rata lebih tinggi. Bahkan saat baru lulus dan bekerja di bidang IT akan mendapatkan gaji 7jt. Perusahaan multi nasional bahkan bisa lebih dr Rp 10jt. Bayangkan dengan standar gaji UMR yang Rp 4-5 jt. Beda drastis.
Ramalan Albert lagi, sekitar 13% pekerjaan yang berhubungan dengan STEM akan tercipta sejak 2017-2027. Semakin pekerjaan punya pengaruh dan kebutuhan dengan STEM, akan semakin tinggi/dicari perusahaan.
Cara Mendidik Anak di Era Digital
Orangtua pasti khawatir kalau sang anak belum atau tidak memiliki potensi yang tepat setelah sekolah atau kuliah. Bahkan orangtua pasti mencarikan kerjaan ke koneksi terdekatnya. Tapi kalau nggak ada koneksi orang dalam, ya udah lah ya. Usahakan cari kerjaan dari ketrampilan/potensi yang benar-benar kita miliki.
Nah, kata Albert, biar anak tidak salah jurusan ketika sekolah (IPA, IPS/Bahasa), orangtua harus mengetahui cara mendidik anak di era digital dengan menyadari kelebihan dan kekurangan anak yang dapat dilihat dari 4P ini.
Potensi
Setiap anak pasti memiliki potensi masing-masing. Jika mampu mengembangkan, sang anak pasti lancar dalam usahanya atau setiap aktivitas yang dijalani. Artinya, sang anak sudah mendapatkan jalur yang tepat di setiap kehidupannya.
Personality
Setiap anak juga pasti memiliki kepribadian (personality) yang unik. Kepribadian ini bisa langsung terlihat dari seringnya orangtua berkomunikasi dengan anak. Atau pun saat berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dengan mengetahui kepribadian diri, kita akan semakin mudah melangkah dan berhubungan dengan orang lain. Bisa padukan dengan mengetahui 8 tipe kecerdasan anak di bawah ya.
Passion
Orangtua pun wajib memperkenalkan passion ke anak. Passion di sini bukan hanya apa saja yang disukai anak. Tapi apa yang akan anak korbankan untuk mencapai kesukaan/keinginan tersebut. Untuk mencapai passion ini, perlu penderitaan untuk mengerjakannya.
Misal kalian passion menjadi dokter. Perlu belajar keras untuk mencapai nilai yang bagus. Ini berarti ada waktu yang dikorbankan untuk terus belajar. Sehingga harus mengurangi waktu bermain dan sebagainya.
Purpose to Value
Yakni nilai apa yang akan dicapai dalam pekerjaan/aktivitas yang akan dijalani dalam masa depan. Ada yang ingin profit, pengabdian, pelayanan atau lainnya. Masing-masing orang tentu punya tujuan berbeda dalam hidup. Dan itulah pentingnya kita mengetahui tujuan hidup. Biar nggak sekadar bermain aja menghabiskan waktu.
Menurut Albert, saat mengetahui 4P dalam hidupnya, sang anak akan menciptakan pola dan rutinitas dalam hidupnya demi mencapai tujuan hidup. Bahkan sang anak akan mencoba menggali setiap masalah yang ada. Dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Terakhir, ada 1P lagi yang akan menentukan karier/perjalanan hidup seseorang. Itu pun setelah menemukan 4P dalam diri kalian masing-masing.
Profit
Bagaimana sang anak bisa menciptakan keuntungan dari pekerjaan/aktivitas yang digeluti. Bagaimana sang anak bisa menghasilkan uang dari pola sebelumnya. Untuk saat sekarang pun, cara menghasilkan uang sebenarnya lebih efektif. Karena banyak pekerjaan tercipta dari dunia digital.
Misalnya, sang anak sekarang cenderung suka bermain game. Sadar akan potensi bermain game, ia rela belajar teknik bermain game dan bagaimana cara mengalahkan lawan secara mudah. Ia juga tahu tujuan hidupnya ingin menjadi gamers. Lantas ia pun punya ide untuk berjualan skin, diamond atau bahkan pulsa/paket data internet.
Ia bisa mendapatkan cuan dari bisnis yang digelutinya. Bahkan kalau jago, ia bisa ikut kompetisi main game. Hadiahnya juga bisa ngalahin pekerja formal loh.
Kapan Harus Mengenali Potensi Anak?
Sebagai orangtua, kita wajib mengenali potensi anak dengan cara mendidik anak di era digital. Namun sejak kapan kita harus mengenali potensi anak? Career coach & Life Mentor Albert Egmont bilang, orangtua harus mengenali potensi anak sejak dini.
Caranya, orangtua harus mencari tahu cara mendidik anak di era digital melalui metode 4P di atas. Lantas memadukannya dengan mengetahui tipe kecerdasan anak. Orangtua harus memperkenalkan kecerdasan tersebut satu per satu. Lantas dapat melihat kecerdasan mana yang paling menonjol.
Misalkan sang anak lebih suka mengenal angka, selalu bicara runut serta suka melihat sebab akibat. Sang anak pun mampu berpikir kritis dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang orangtua sulit menjawabnya. Maka sang anak dapat diarahkan ke pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan hal logis.
Di situlah orangtua wajib mengenalkan dan lebih mempertajam hal-hal berbau logis. Karena sang anak menyukai hal-hal lagis. Sambil terus mengajarkan tipe kecerdasan lain untuk mengasahnya.
Bisa jadi sang anak memiliki tipe kecerdasan lain sehingga memiliki kelebihan lain yang patut dibanggakannya. Nanti saat dewasa, kita sebagai orangtua akan mempersilakan kepada anak untuk memilih bidang apa yang paling disukainya.
Perlunya Lembaga Belajar Untuk Mengembangkan Kecerdasan Anak
Lembaga belajar memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan kecerdasan anak. Lembaga belajar akan membantu melalui berbagai cara.
Salah satunya dengan kurikulum terstruktur yang menyediakan kurikulum terencana dan sistematis. Kurikulum tersebut mencakup berbagai bidang pengetahuan dan keterampilan.
Selain itu, lingkungan belajar yang mendukung. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, anak-anak merasa aman dan termotivasi.
Apalagi dengan akses ke sumber daya dan teknologi. Lembaga belajar akan menyediakan akses ke buku, alat pembelajaran, dan teknologi terbaru yang mendukung proses belajar.
Di samping itu, lembaga belajar pasti memiliki guru berkualitas. Guru yang terlatih dan berpengalaman dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan anak untuk berkembang.
Dengan pembelajaran kolaboratif di lembaga belajar akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kerja sama anak.
Sinotif Membantu Meningkatkan Kecerdasan Anak
Tempat bimbingan belajar spesialis eksaktaSinotifakan membantu anak untuk meningkatkan kecerdasan STEM (science, technology, engineering, and mathematics). Kecerdasan tersebut akan membantu anak dalam menghadapi kecerdasan buatan yang sedang marak.
Lembaga belajar yang resmi berdiri sejak 25 Maret 2000 ini akan membantu cara mendidik anak di era digital melalui metode belajar online. Sinotif mengembangkan konsep bimbel live interaktif secara daring (online).
Sang anak akan bertatap muka dengan pembimbingnya secara langsung melalui Zoom. Tersedia pula papan tulis digital sehingga memudahkan anak belajar secara visual.
Tersedia beragam program di lembaga bimbingan belajar interaktif Sinotif untuk meningkatkan kecerdasan anak. Program tersebut antara lain: Premier Gold (layanan belajar privat, eksklusif dan bergaransi uang kembali). Lantas Premier Platinum (belajar sesuai kebutuhan siswa dengan penanganan personal).
Selain itu, Premier Gold (belajar bersama guru spesialis dengan modul lengkap dan sistematis. Anak dapat belajar berdasarkan jenjang kelasnya). Serta Premier Silver (belajar mandiri dengan bimbingan guru, website, dan bebas tanya PR kapan pun).
Pengajar di Sinotif
Lembaga belajar online interaktif Sinotif memiliki guru berkualitas yang terlatih dan berpengalaman. Mereka dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan anak untuk berkembang.
Pengajar di Sinotif ini memiliki empat pilar yang menjanjikan dan terbukti meningkatkan nilai belajar anak dalam 20 tahun terakhir.
Guru/pengajar di Sinotif memiliki specialized. Yakni ahli di bidang matematika, fisika, dan kimia. Serta systemized yakni sistem pembelajaran lebih mudah dan efektif karena bertahap sesuai kemampuan anak.
Selain itu, personalized. Anak dapat belajar dengan guru sesuai kebutuhan dan karakter belajar siswa. Ada anak yang senang belajar auditori. Ada pula yang senang visual. Guru akan menyesuaikan gaya belajar anak).
Tak kalah penting, guru/pengajar di Sinotif memiliki karakter limitless. Tersedia layanan belajar tambahan 24 jam nonstop, ada website dan aplikasi latihan soal untuk mendukung perkembangan belajar anak.
Gratis Tes Kemampuan Dasar Eksakta
Seiring perkembangan zaman dan teknologi AI, perlu bimbingan belajar yang sesuai dengan karakter anak. Sinotif dengan spesialis bimbingan belajar STEM akan membantu meningkatkan kecerdasan anak sesuai perkembangan teknologi.
Asyiknya, Sinotif akan memberikan special tools yakni tes kemampuan dasar eksakta secara gratis. Tes ini akan melihat sejauh mana sang anak mampu menguasai mata pelajaran, terutama eksakta.
Misal saat anak berada di kelas 7. Sinotif akan memberikan tes kemampuan dasar eksakta di kelas 7. Nanti akan terlihat berapa persentase sang anak dalam menyerap pelajaran eksakta di kelas tersebut. Dan sejauh mana akan siap menerima pelajaran di kelas 8.
Kesimpulan
Bagaimana pun, kita tidak bisa menghindari perkembangan teknologi, terutama AI yang bergerak begitu cepat. Penting sekali bagi orangtua agar segera memberikan pendampingan yang sesuai untuk anak.
Pastikan anak mengenali 5 hal karakter diri. Sehingga sebagai orang ortu bisa sedini mungkin menemukan pola kecerdasan sekaligus pola asuh anak di masa depan.
Jangan sampai nanti ada kasus anak salah jurusan sekolah dan kuliah hingga menjalani pekerjaan yang salah. Ada anak yang sudah berusia 20-30an tapi kerjaannya masih belum jelas.
Selain itu, kita juga harus mendukung tumbuh kembang anak agar mampu menyelesaikan masalah kesehatan mental agar mampu bersaing dengan orang lain. Apalagi tantangan menghadapi pekerjaan yang serba robot.
Wah ternyata Sinotif udah cukup lama ya sehingga bisa dipercaya dan membantu anak mendapatkan nilai yg lebih bagus. Jadi pengen daftarkan anakku ke sana. Apalagi dia udh naik kelas 6.
Iya ya, perkembangan AI bener2 luar biasa ya Bang. Mau gak mau, beragam. Aktivitas mulai menggunakan AI untuk mempermudah. Namun, apapun itu semua bisa diakali jika kitanya punya cara, termasuk untuk pola asuh anak.
Betul juga ya pekerjaan sekarang beda sama cita-cita jaman dulu. Kalo dulu anak ditanya pengen jadi apa? Pasti jawabnya jadi dokter, polisi, dan semacamnya. Tapi sekarang banyak jenis pekerjaan yang muncul lebih berkaitan dengan teknologi.
Ngomongin AI ini serba salah. Kemarin saya denger statement “Bukan orang ngatur robot, robot ngatur orang” kebayang juga di masa depan manusia diperintah robot. Sekarang aja AI di medsos yang bikin banned kan.
Mendidik anak di era perkembangan AI yang semakin pesat memang menjadi sebuah tantangan bagi para orang tua.
Paling tidak kita memang harus memahami apa saja potensi anak yang bisa kita dorong. Dengan begitu, mereka juga termotivasi untuk mengembangkannya.
Perkembangan teknologi memang tidak bisa kita hentikan dan hindari ya, Mas. Tapi kita harus mencari solusinya, bahkan memanfaatkan teknologi itu, untuk menciptakan pekerjaan-pekerjaan atau peluang-peluang baru. Termasuk AI ini. Jadi perlu mempersiapkan bekal anak dalam menghadapi AI ini di masa mendatang.
Era digital membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal pendidikan anak. Di satu sisi, teknologi digital menawarkan banyak peluang untuk belajar dan bereksplorasi bagi anak-anak. Di sisi lain, ada juga risiko yang perlu diwaspadai, seperti paparan konten yang tidak pantas, cyberbullying, dan kecanduan gadget.
Dengan mengajak anak belajar dan bermain bersama, ini dapat menggali potensi anak. Dalam bermain dengan gadgetnya kita juga bisa menggali potensi ya. Tapi memang perlu pengawasan, dari kita sebagai orang tua.
Lembaga Sinotif ini ternyata sudah lama ya dan tim Sinotif terus berinovasi hingga seperti sekarang, era digital mau tidak mau berdampak pada banyak hal termasuk bimmbingan belajar seperti Sinotif ini ya.
Wah keren nih ada tempat bimbingan belajar spesialis eksakta. Si kakak anak gen Z memang tidak suka eksakta, dia sudah menemukan dunianya sendiri (dunia kreatif). Si adik anak Gen Alpha belum kelihatan bakalan cenderung ke bidang mana, tapi di usianya sekarang sudah bisa dikenalkan dengan dunia eksakta. Siapa tahu ke depannya dia menyukainya.
Cara mendidik anak di era digital berbeda dengan mendidik anak pada zaman dahulu. Kalau sekaang tantangannya ada pada teknologi AI. Sehingga bukan hanya kecerdasan saja, tetapi harus punya skill juga. Sinotif siap bimbing kecerdasan anak ya, keren banget.
Bagai dua sisi mata uang, teknologi itu bisa memudahkan, bisa juga punya banyak tantangan yang harus dihadapi. Nah, dalam menghadapi teknologi ini harus jeli dan teliti. Apalagi untuk urusan mengenali potensi anak dan mengenalkannya dengan teknologi. Sekarang aja udah ketat persaingannya apalagi di masa depan. :)
Setuju sekali, kita sebagai orangtua memang wajib mengenali potensi anak. Dengan mengenali potensi anak, orang tua bisa tahu bidang apa yang sesuai dengan anak dan mengasah keahliannya sedini mungkin.
Menurut daku, walaupun ada teknologi AI urusan membuat artikel tetep gak tergantikan, karena unsur humanisnya ini yang jadi nilai tak tergantikan. Namun untuk yang data entry dan administratif ini nih yang memang bikin deg²an karena memungkinkan dilibas ya
Iya setuju kak bagaimana pun juga orang tua harus bisa mengamati bagaimana minat, bakat, dan kemmapuan anak. Kalau bingung bisa tes lewat Sinotif biar lebih yakin.
Sekarang perkembangan AI semakin masif, perlu adanya bimbingan orang tua dan belajar di Sinotif agar anak memiliki skill dan mampu bersaing di dunia kerja nantinya
wah iya nih, tapi potensi anak sedini mungkin ternyata menguntungkan ya. jadi bisa lebih awal mempersiapkan dan mengembangkan potensi anak nantinya
gen z dan alpha memang lahir di dunia dengan teknologi internet dan AI yang sudah maju juga berkembang. kalo generasi saya mungkin lahir dari masa teknologi setengah jalan dan mulai dari titik nol untuk beberapa teknologi, jadi generasi saya hidup beriringan. sementara generasi anak saya yaitu alpha, justru hidup dengan teknologi. Jadi, tentu saja cara mendidik mereka pastinya jauh berbeda. jadi tantangan tersendiri sih dan mungkin butuh effort lebih. makanya butuh support system lain dalam membersamai anak belajar selain sekolah tentunya, seperti sinotif ini.
pas banget keponakan mau cari tempat kursus beberapa mata pelajaran, nemu ini bisa jadi rekomendasi buat dia belajar apalagi belajarnya bisa secara online ya bisa dari mana saja dan kapan saja
Mendidik anak sekarang ini tidak lagi bisa hanya berdasarkan kemauan orang tuanya saya. Sekarang mendidik anak sudah sangat personalised dari kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Tantangan terbesar di era digital yaa..
Tapi aku yakin sih, ada tantangan, pasti ada solusi dan memang pembelajaran anak genzi dan gen alpha ini uda jauh berbeda dengan zamanku. Pastinya selain memperkuat kecerdasan STEM melalui belajar bareng di Sinotif, membebaskan sang anak memilih apa yang disukai tanpa berkomentar atau judging juga termasuk salah satu bentuk apresiasi dan dukungan penting orangtua terhadap bakat dan minat anak.
Mau nggak mau ya kita juga harus ngenalin AI sama anak. Karena, kalo dimanfaatin dengan baik, dampaknya juga pasti baik. Setidaknya, biar mengikuti perkembangan jaman sih intinya.
Bener banget kak, apalagi mereka lahir udah ada banyak kemudahan dari handphone jadi nggabisa sih kalo dihindari sama sekali, tapi yaa diarahkan dan syukur2 kalo bisa belajar dari situ
Kalau dibayangin memang ngeri ya. Manisia bersaing dengan AI. Supaya bertahan, anak memang harus punya keterampilan unggulan. Harus terus digali potensinya supaya tidak salah arah
aku pernah dengar soal didiklah anak kita sesuai dengan jamannya. Oleh karena itu, orang tua juga nggak boleh abai soal perkembangan digital. Agar paham bagaimana baiknya mendidik anak agar sesuai dengan jamannya.
Mendidik anak di era digital membutuhkan usaha dan kesabaran. Orang tua perlu terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar dapat membimbing anak mereka dengan baik. Dengan komunikasi yang terbuka, menjadi role model yang baik, menetapkan aturan yang jelas, dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, orang tua dapat membantu anak mereka menjadi pengguna teknologi yang cerdas dan bertanggung jawab.
anakku lahir dan tumbuh di masa sekarang ini, dan jauh berbeda dari masa ibu bapaknya. peer orang tua sepertiku buat belajar lagi, biar enggak ketinggalan dalam mendidik anak
Untuk mengenali potensi anak ini sebenarnya cukup mudah ya, sebagai orang tua kita harus secara rutin, mendampingi anak dalam proses belajar maupun proses bermain. Dari situ kita akan tahu minat anak bahkan cita-citanya kelak.
Makin ke sini makin besar tantangan yany harus dihadapi orang tua. Apalagi perkembangan teknologi yang makin pesat. Anak harus dikenali potensinya jangan cuma diarahkan seenak hati orang tuanya aja.
Sinotif bisa jadi ‘angin segar’ nih ditengah-tengah tantangan dalam menghadapi teknologi yang semakin berkembang. Apalagi ada tes eksakta gratis nya, orang tua bisa tau sampai dimana kemampuan anak.
Aku termasuk ortu yang cemas, Mas. Tapi setiap zaman memang punya tantangannya sendiri ya. Semoga anak-anak mampu menjawab tantangan dan “gempuran AI” di masa mereka.
Persiapan sebagai bekal si anak memang perlu antisipasi, agar teknologi AI ini dimanfaatkan dengan baik maka hasilnya pun baik. Sehingga orangtua perlu paham juga ya dengan teknologi ini
Setuju sih kak, salah satu fungsi bergabung sama lembaga belajar itu emang untuk tahu bagaimana kecerdasan anak kita berkembang dan dimana kesukaan dia gitu si memang, aku baru tau sinotif ini, thankyou kak infonyaa
Di zaman yang udah canggih gini, tantangan orang tua kian banyak dalam mendidik anak-anak. Kita mesti membekali juga pada anak tentang pemahaman apa itu AI dan bagaimana kerjanya. Biar anak juga nantinya siap menghadapi persaingannya.
Selain itu, di zaman sekarang ini, menggali potensi anak itu penting biar ketahuan sejak dini mereka sukanya di bidang apa.
Bila design grafis atau book keeping dan sejenisnya bisa tergeser oleh kecanggihan AI, bisa jadi blogging juga bakalan tergusur.
Tapi saya salut sama sebuah komunitas blogger, yang memberikan job ngeblog, tapi langsung mem-blacklist yang menggunakan AI dan sejenisnya.
Jadi kesempatan buat kita yg masih ngeblog secara manual, masih ada kesempatan dong
Kecanggihan AI memang harusnya dimanfaatin buat banyak belajar nambah pengetahuan yah. Etapi, ini Sinotif juga keren loh, bisa bantu meningkatkan kecerdasan STEM anak. Jadi, bisa hadapi AI lebih santuy, hehe..
Perkembangan teknologi tuh memang nggak bisa dibendung. Mau nggak mau ya akhirnya kitanya pun butuh untuk beradaptasi. Semisal penggunaan AI yang makin hari makin marak begini. Bagaiimanapun juga, jadi adaptif malah merupakan sebuah keharusan sih. Ini nih yang butuh didekatkan sama anak-anak demi mempersiapkan si anak di masa depannya kelak.
Maraknya pemanfaatan AI memang tak terbendung lagi. Mau ga mau kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi tersebut. Anak2 harus dibekali kemampuan untuk menguasai teknologi terkini juga agar nantinya bisa lebih mudah menjalankan pekerjaan sesuai passionnya.
kecerdasan STEM ini lagi gencar-gencarnya yaa..nah kalau ada sinotif ini orangtua gak perlu khawatir lagi bagaimana treat anak agar potensinya keluar dan keliatan
Arus perkembanan teknologi memang semasif itu ya, seperti perkembangan AI akhir-akhir ini. Diprediksi jangka panjang akan menggeser beberapa jenis pekerjaan. Jadi orang tua memang harus mendampingi anak-anak menyiapkan masa depannya ya. Tapi buat kita yang gak memiliki kemampuan di bidang tertentu seperti stem, bisa banget dibantu lembaga belajars kayak sinotif gitu ya..
Salut sama Sinotif yang memberikan kemudahan akses bagi orangtua dan sekaligus pemahaman untuk orangtua dalam mendidik anak zaman sekarang yang apa-apa serba instan. Semoga dengan memahami bakat, minat dan kecerdasan alami yang dimiliki masing-masing anak, orangtua bisa semakin baik mengarahkannya untuk mewujudkan impian dan tujuan mereka. Kaya dream job gitu yaa..