Pentingkah investasi dan asuransi? Bisakah pilih satu atau keduanya? Atau investasi dulu, baru asuransi?
Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Mungkin bisa saja gampang menjawabnya tapi susah sekali buat disiplin membayarnya.
Analogi Investasi dan Asuransi
Contents
Biar gampang menjawabnya, aku ada cerita nih. Suatu hari ada seorang pangeran yang ingin menikahi putri. Namun, sang ayah mewajibkan pangeran ini untuk menangkap seekor banteng dengan cukup memegang ekornya sebagai syarat untuk mempersunting putri tersebut.
Sang pangeran menyanggupi permintaan ayah sang tuan putri. Pangeran ini memiliki tiga kali kesempatan untuk menangkap banteng tadi.
Banteng pertama dilepaskan. Tubuh hewan yang biasa digunakan untuk membajak sawah dan kadang adu dengan manusia tersebut begitu gempal, tanduk besar, dan sepertinya susah untuk ditaklukkan.
Sang pangeran tiba-tiba menyerah untuk menangkap banteng tersebut. Ia mengaku kesulitan menangkap karena tubuh si banteng begitu besar. Pangeran yang bertubuh kecil tak mau luka akibat berlari-larian mengejar si banteng. Lagi pula, masih ada peluang kedua.
Ayah si tuan putri mempersilakan sang pangeran mengambil kesempatan kedua di hari berikutnya. Ternyata banteng berubah menjadi lebih kecil.
Kesempatan Tak Datang Dua Kali
Masalahnya, banteng mungil ini justru lebih gesit dan pangeran kesulitan mengejarnya. Setelah dicoba berulang-ulang, pangeran tetap gagal menangkapnya. Akhirnya, sang pangeran kembali menyerah.
Namun, pangeran masih memiliki harapan di kesempatan ketiga. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan terakhir ini.
Di hari ketiga dan kesempatan ketiga. Pangeran begitu bersemangat untuk memenuhi syarat demi menikahi sang putri.
Tapi, alangkah terkejutnya sang pangeran. Hewan yang keluar bukan banteng gempal atau pun kurus, tapi hanya seekor keledai yang tidak memiliki ekor.
Pangeran pun kebingungan padahal syaratnya hanya cukup memegang ekor sang hewan. Jika tanpa ekor, berarti sang pangeran bakal kesulitan menangkapnya.
Sang ayah tuan putri pun berujar. “Aku sudah memberikanmu kesempatan kedua kali, tapi kamu masih mencari kesempatan ketiga. Saat kesempatan ketiga hilang, baru kamu kebingungan.”
“Padahal aku hanya menyuruhmu untuk menangkap ekornya, bukan tubuhnya. Sekarang, ekor pun tak dapat, tubuhnya apalagi. Putriku juga tak bakal dapat kau persunting.”
Pesan moral
AVP Head of Investment Prudential Indonesia Irvan Ferdiawan mengatakan, masyarakat Indonesia tidak memiliki banyak pengetahuan tentang pentingkah investasi-asuransi. Bahkan di sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi, tidak diajarkan sama sekali tentang pengetahuan ini.
Hal ini yang menyebabkan masyarakat Indonesia tertinggal dengan negara lain, terutama dalam urusan kekayaan, begitu juga terkait mempersiapkan masa depan.
Saat usia sudah mulai senja, semua menjadi kelabakan. Menyesal tentu datang belakangan.
Biar tidak menyesal belakangan, lebih baik belajar investasi-asuransi mulai sekarang.
“Tidak ada investasi yang bagus dan jelek. Semua investasi, apalagi asuransi akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing,” ujar Irvan saat ditemui di kantor Prudential Indonesia di Jakarta, Jumat (14/9).
Hidup Itu Pilihan
Irvan bilang, hidup ini pilihan, termasuk bagaimana kita mempersiapkan masa depan. Untuk menjaga sesuatu yang buruk di masa mendatang, investasi dan proteksi berupa asuransi harus menjadi pegangan.
Buat mempermudah untuk menjawab pertanyaan di atas, kita akan analogikan kapal sebagai asuransi dan layar sebagai produk investasi.
Sudah pernah lihat film Titanic, kan? Kapal pesiar mewah ini tenggelam akibat menabrak karang besar.
Padahal kapal Titanic digadang-gadang sebagai kapal mewah yang tak bakal tenggelam oleh apapun.
Biar selamat, seharusnya kapal tersebut memiliki perlindungan kuat, mulai dari ukuran hingga fasilitas di dalamnya.
Untuk bisa cepat dan tepat waktu tiba di tujuan, kapal juga harus memiliki layar atau baling-baling besar.
Pentingkah investasi dan asuransi ini mirip seperti kapal dan baling-baling atau layar tadi. Keduanya sama-sama dibutuhkan agar bisa berjalan.
Tapi, kapal tentu harus dimiliki terlebih dahulu, sebelum membentangkan layar atau menyalakan baling-baling untuk menjalankan kapal.
Cara menentukan produk asuransi yang baik
AVP Head of Product Development Prudential Indonesia Himawan Purnama bilang, prinsip asuransi mirip seperti arisan. Kita harus rutin membayarnya meski tidak setiap bulan menerima manfaatnya.
Konsep dasar asuransi seperti perusahaan yang bertindak sebagai pengelola atau penanggung. Nasabah membayar premi kepada perusahaan.
“Bila nasabah mengalami kondisi sesuai dengan perjanjian, perusahaan akan memberikan sejumlah manfaat kepada nasabah,” ujar Himawan.
Jenis kapal bermacam-macam. Begitu juga asuransi yang dikelompokkan menjadi asuransi umum dan asuransi jiwa.
Asuransi umum untuk proteksi bagi properti, kendaraan, perjalanan, rangka kapal, kargo, kecelakaan, kemalingan, kebanjiran, hingga lainnya. Khusus asuransi jiwa lebih ke proteksi diri terhadap penyakit pribadi.
Keuntungan Disesuaikan Dengan Profil Nasabah
Di sisi lain, asuransi juga dikelompokkan secara konvensional dan syariah. Masing-masing memiliki keuntungan sendiri yang bisa disesuaikan dengan profil nasabah.
Begitu juga bentuk layar atau baling-baling yang memiliki jenis beragam. Produk investasi yang dianalogikan sebagai layar atau baling-baling ini memiliki ragam seperti reksadana pasar uang, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana saham.
Ragam produk investasi reksadana ini memiliki imbal hasil berbeda. Misal reksadana pasar uang dengan imbal hasil sekitar 5 persen per tahun. Reksadana pendapatan tetap atau campuran sekitar 6-8 persen per tahun dan reksadana saham sekitar 10-15 persen per tahun.
Namun imbal hasil itu juga bisa menurun dengan angka sebaliknya yang tergantung kondisi pasar.
Pentingkah Investasi dan Asuransi?
Tentu bisa dong. Asuransi kini juga memiliki asuransi jiwa unit link. Produk ini memberikan manfaat proteksi dan investasi secara sekaligus.
Konsep dasar asuransi jiwa unit link ini misalnya perusahaan bertindak sebagai pengelola atau penanggung, nasabah membayar premi kepada perusahaan, premi yang dibayarkan akan dikonversi menjadi unit serta harga dari unit yang terbentuk tersebut akan mengikuti kinerja dari investasi yang dipilih.
Selain itu, unit digunakan sebagai pembayaran biaya asuransi dan akumulasi nilai tunai. Bila nasabah mengalami kondisi sesuai dengan perjanjian, perusahaan akan memberikan sejumlah manfaat kepada nasabah.
Kembali ke cerita kapal dan layar tersebut. Kapal untuk bisa bertahan dari gempuran ombak dan ancaman karang harus dibuat sedemikian rupa. Begitu juga layar atau baling-balingnya.
Jika ingin kapal berjalan cepat, tentu harus memiliki layar atau baling-baling besar. Hal ini disesuaikan dengan jenis produk investasi di atas.
Jika kapal atau asuransi hanya ingin berjalan lambat, bisa memiliki layar atau produk investasi berbasis reksadana pasar uang. Jika ingin cepat, bisa memakai produk investasi reksadana berbasis saham.
Nah, kalau sudah begini, sudah gampang kan menjawab pertanyaan di atas?
#PastiDikasihLebih
asuransi unitlink ya.
jika saya dapat memberi pendapat alangkah lebih baik membeli asuransi murni saja daripada unitlink.
fungsi asuransi itu perlindungan, bukan investasi. jika ingin investasi dapat dilakukan sendiri di banyak pilihan seperti saham, reksadana, emas, dll.
Mantap bosku buat sarannya. Thanks banget ya..