Lampung, Rumah Kopi Nescafe #DiBalikSecangkirKopi

IMG_0263

Kopi Lampung cukup pantas dikategorikan sebagai salah satu kopi terbaik Indonesia karena keistimewaan aroma dan rasanya yang khas.

Jenis kopi yang dibudidayakan oleh kebanyakan petani kopi di daerah Lampung adalah jenis Kopi Robusta. Sebagian besar perkebunan kopi Lampung di dataran tinggi Lampung merupakan perkebunan rakyat yang terpusat di daerah Lampung Tengah, Lampung Barat, dan daerah Tanggamus.

Sebagai salah satu finalis Nescafe Blogging Competition yang berkesempatan mengunjungi kebun kopi milik Nescafe dan petani lokal di Lampung, saya merasa bahagia bisa melihat secara langsung proses di balik secangkir kopi yang ternyata sangat panjang dan melibatkan banyak pihak.

“Kita ingin memberi pengalaman tentang kopi Indonesia. Semoga nantinya para blogger bisa menceritakan dengan baik karena Lampung menjadi rumah kopi bagi Nescafe,”kata Rizki, Manajer Area Nestle Jakarta.

Para blogger mendapat kesempatan tentang apa saja yang dilakukan Nescafe di Lampung, termasuk kegiatan Creating Share Value kepada petani dan semua pihak yang terlibat proses kopi hingga sampai ke pabrik dan ke tangan konsumen. “Ini sekaligus menjadi kampanye Nestle global tentang mata rantai kopi mulai dari bibit hingga menjadi secangkir kopi yang nikmat Anda nikmati,” ujarnya.

Saat itu, blogger sengaja diajak ke Lampung dengan memakai angkutan darat dari Jakarta. Hal ini agar peserta blogging competition bisa merasakan suasana pemandangan mulai dari Jakarta, Pelabuhan Merak, Pelabuhan Bakauheni, kebun kopi, hingga pabrik Nescafe di Lampung. “Ini akan menjadi perjalanan yang excited. Maka nikmatilah,”kata Rizki.

Sebagai salah satu produsen minuman kopi, Nescafe milik Nestle telah membangun pusat edukasi dan pengembangan kopi di Tanggamus, Lampung. Proyek seluas empat hektare tersebut memiliki 1.100 tanaman kopi dengan lima jenis (BP 42, SA 237, BP 409, BP 936, dan BP 939) yang kesemuanya Robusta.

IMG_0280

Keunikannya, di setiap baris tanaman ditanami jenis yang berbeda. Masing-masing jenis kopi tersebut memiliki keunggulan berbeda. Kegiatan lainnya terdiri atas pemangkasan, dan lain-lain. “Kebun ini milik Nestle dan Nestle yang mengelola,”kata Yudi, salah satu agronomis Nestle di Nescafe Plan Lampung.

IMG_0277

Ada juga petani lokal yang dilibatkan untuk membantu penanaman, pemangkasan tanaman dan benalu, pemupukan, pengoretan, hingga pengelolaan kebun milik Nescafe Plan tersebut. “Tapi Edu Farm ini dibuat untuk membina petani binaan kita untuk belajar di sini. Bagaimana penanaman, pembibitan, jarak tanam dan semua diajarkan di sini,”katanya.

Nescafe Plan memiliki 15 ribu petani binaan dan mereka rutin belajar di Edu Farm tersebut. Sedangkan pengujian biji dan bibit kopi didatangkan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (ICCRI) Jember, Jawa Timur.

Pengelolaan Edu Farm terdiri atas beberapa pemegang kebijakan seperti Pemerintah Kabupaten Tanggamus, Syngenta (untuk penanggulangan hama dan penyakit) dan ICCRI (bibit kopi).

Terkait penanaman kopi, Nescafe Plan memiliki pengelolaan berbeda terhadap kopinya. Biasanya kopi dibiarkan tumbuh tinggi. Namun di sini dibatasi ketinggiannya. Cara ini disebut etape. Cabang kopi akan dibiarkan tumbuh ke samping agar pemilik kebun kopi tidak kesulitan merawat ataupun saat memanen.

Saat sudah berbuah, nantinya akan dibentuk kembali etape kedua dengan cara menumbuhkan tunas baru dan dibiarkan tumbuh kembali hingga 40 cm. “Jadi ini biar gampang perawatan dan pemanenannya,”kata Yudi.

Uniknya, tanaman kopi di hasil binaan Nescafe Plan bisa berbuah dalam 1,5 tahun dan sudah bisa dipanen dengan hasil maksimal. Namun dengan pengelolaan tradisional, biji kopi baru bisa dipanen sekitar tiga tahun. Itu pun hasilnya tak maksimal.

Pasca Panen

Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Robusta Prima Konstianto mengatakan, kopi yang diperoleh dari petani langsung dijemur. Tujuannya mengurangi kadar air dari 20 persen menjadi 12 persen.

Ia bisa menangani 400 kuintal per bulan dari 2.100 petani (81 kelompok tani) di empat kecamatan. “Nantinya biji kopi ini ditampi untuk memilih biji yang bagus dan jelek,”katanya. Tingkat kecacatannya juga diperhitungkan.

IMG_0288

Biji kopi tersebut juga mendapat sertifikasi SNI dari Nestle dan internasional sehingga mendapat jaminan mutu saat produk akan diserahkan ke Nescafe atau distributor lain. Petani memiliki kebebasan akan menyerahkan ke Nescafe atau distributor lain.

“Kami per hari bisa memproses 100 kg. Di sini banyak ibu-ibu yang kami kerjakan untuk memilih biji kopi tersebut. Mereka dibayar borongan sekitar Rp 40-60 ribu per hari,”katanya.

Pemilahan Modern

Beda dengan sebelumnya yang dipilah dengan cara tradisional, biji kopi juga dipilah secara modern. Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bintang Jaya Hartono sengaja membeli alat pemilahan kopi seharga Rp 1,3 miliar. “Kebetulan ada bantuan kredit investasi dari bank. Jadi kami memanfaatkan itu untuk membeli alat ini,”katanya.

Dengan alat yang namanya silo tersebut, memilah biji kopi yang rusak dan bagus semakin mudah. Alat tersebut mampu memilah berdasarkan gravitasi. Semakin berat biji kopi akan berada di atas dan yang paling ringan ada di bawah.

IMG_0315

“Biji yang paling berat juga tidak bagus. Yang paling ringan juga tidak bagus karena itu biasanya hanya kulit kopi. Kita ambil yang berada di urutan kedua. Jadi prosesnya benar-benar selektif. Alat ini sudah teruji,” katanya.

Nantinya biji kopi yang bagus akan dimasukkan dalam karung sekitar 60 kg per karung dan bisa dikirim ke Nescafe atau distributor lain.

Sebelum dikirim, biasanya Nescafe juga meminta barang contoh apakah produk kopi tersebut sesuai dengan kualitas yang Nescafe inginkan. Nescafe benar-benar ketat memilih biji kopi demi secangkir kopi yang nikmat.

IMG_0328

Tinggalkan komentar