Cara mengatur keuangan pribadi di era pandemi virus corona baru (COVID-19) begitu penting. Butuh kejelian mengatur pos pemasukan dan pengeluaran agar tidak tekor di tengah bulan.
Yang tak perlu kita lakukan, utang demi memenuhi kebutuhan. Meski keinginan menghinggapi seluruh kehidupan.
Pelonggaran PSBB Demi Perekonomian
Saat ini, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai dilonggarkan pada beberapa daerah di Indonesia. Meskipun kurva belum terlihat melandai dan masih menunjukkan penambahan kasus baru.
Pendekatan aktivitas sehari-hari dengan metode ‘new normal’ tidak terelakkan lagi. Ini untuk segera menghidupkan denyut perekonomian yang sempat terganggu.
Kebijakan PSBB telah dijalankan beberapa bulan terakhir sejak pandemi COVID-19 merebak awal Maret 2020 di Indonesia. Namun kebijakan tersebut dinilai belum menekan pertumbuhan korban COVID-19 setiap harinya. Bahkan kurva korban COVID-19 masih melonjak, menembus angka 1.000 kasus kematian.
Kini pemerintah mulai membuka berbagai aktivitas ekonomi, sosial, dan kegiatan publik secara perlahan dan terbatas. Kondisi ‘new normal’ dianggap sebagai suatu solusi dengan menerapkan protokol kesehatan. Agar masyarakat tetap bisa produktif dan terhindar dari COVID-19.
Cara Mengatur Keuangan Pribadi
Masyarakat diimbau untuk melakukan adaptasi perubahan perilaku saat pelonggaran PSBB dan bersiap untuk beraktivitas secara ‘new normal’.
Adaptasi tersebut juga berlaku dalam hal manajemen keuangan pribadi. Setelah tiga bulan terakhir, produktivitas masyarakat terganggu. Tentunya juga berpengaruh pada daya beli sebagian besar masyarakat serta kondisi keuangan pribadi mereka.
Melihat banyaknya masyarakat yang terdampak dengan pandemi ini, penyesuaian anggaran atau cara mengatur keuangan pribadi menjadi lebih penting dari sebelumnya. Grant Thornton Indonesia merangkum 5 langkah yang perlu dilakukan setiap individu untuk mengatur keuangan pribadi dalam menghadapi ‘new normal’:
Review Kondisi Keuangan Pribadi
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat dengan cermat kondisi keuangan saat ini. Tentunya dilihat dari sisi pemasukan vs pengeluaran. Identifikasi semua pengeluaran mulai dari laporan kartu kredit hingga berbagai tagihan rutin seperti listrik dan air.
Coba untuk lakukan review dari tiga bulan lalu dan awasi pengeluaran tahunan yang akan segera jatuh tempo. Seperti pajak rumah, pajak kendaraan bermotor hingga uang sekolah anak yang dibayarkan beberapa bulan di muka. Bandingkan dengan pemasukan tetap yang diterima tiap bulan untuk mendapat jawaban apakah kondisi keuangan pribadi berisiko atau tidak.
Idenfikasi Kebutuhan vs Keinginan
Seringkali kita masih terjebak antara keinginan dan menempatkan hal tersebut sebagai kebutuhan. Langkah signifikan berikutnya adalah mulai mengidentifikasi kebutuhan reguler. Serta menuliskan apa saja keinginan yang menyedot penghasilan maupun tabungan. Tak lupa mengendalikan hasrat berbelanja atas keinginan tersebut.
Untuk lebih mudahnya, kebutuhan adalah sesuatu yang akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup. Semua yang tidak termasuk dalam kategori tersebut dapat dianggap sebagai keinginan.
Jangan Berutang!
Hindari gaya hidup konsumtif dan terutama hindari membeli barang secara kredit. Memasuki fase new normal, kita akan memasuki fase kehidupan yang benar-benar baru dan perlu adaptasi tinggi. Sehingga kestabilan keuangan pribadi menjadi sangat penting.
Hindari menambah beban keuangan dalam waktu dekat dengan berutang maupun mengambil cicilan. Terutama untuk barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Miliki dana darurat atau emergency fund
Mengamankan persediaan dana dan mengambil langkah yang tepat perlu disusun ulang untuk memastikan pendapatan dikelola dengan sangat baik. Fokus pada tujuan untuk menambah dana darurat atau emergency fund bisa jadi salah satu strategi.
Hal ini dapat dimulai dengan memisahkan pemasukan ke dalam rekening yang terpisah. Sehingga kebutuhan harian dan kebutuhan mendesak tidak tercampur.
Beberapa pakar perencana keuangan terkemuka bilang, dana darurat perlu disiapkan terlebih dahulu. Biasanya mereka menyarankan untuk mempersiapkan minimal enam bulan dari ongkos hidup bulanan. Misalnya biaya bulanan kita Rp 5 juta, jadi kita harus menyiapkan dana darurat minimal Rp 30 juta.
Akan lebih bagus lagi jika kita menyiapkan dana darurat minimal dalam setahun ke depan. Mengapa harus menyiapkan dana darurat terlebih dulu? Ya namanya juga hidup. Kita tidak tahu ada bahaya apa di depan mata kita. Kita tidak tahu pandemi ini akan berlangsung berapa lama.
Hingga kini, mungkin masih banyak pekerja yang dirumahkan. Atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan. Dengan kondisi tersebut, dana darurat perlu diprioritaskan, sebelum memutuskan untuk investasi.
Bijak berinvestasi
Jika memiliki dana mengendap, investasilah pada instrumen yang tergolong mudah dicairkan. Seperti deposito, emas, reksadana, dan mata uang asing bisa dijadikan pilihan untuk memaksimalkan pemasukan.
Yang lebih menarik lagi, bisa investasi Obligasi Negara Ritel atau ORI. ORI merupakan salah satu instrumen
Surat Berharga Negara (SBN) yang ditawarkan kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui
Mitra Distribusi di Pasar Perdana.
Pemerintah kembali menawarkan ORI kepada masyarakat Indonesia dengan seri ORI017 sebagai alternatif investasi
yang aman, mudah, terjangkau dan menguntungkan. ORI017 merupakan seri ORI ke-17 yang diterbitkan oleh Pemerintah dan penjualannya dilakukan secara online melalui e-SBN.
Imbal hasil ORI017 sekitar 6,4 persen per tahun dan pajak sekitar 15 persen. Pajak ini lebih rendah dari deposito sekitar 20 persen. Investasi ORI017 ini mulai Rp 1 juta hingga Rp 3 miliar.
Namun, selalu lakukan diversikasi dan jangan berinvestasi di satu tempat saat ini. Jangan mudah tergoda dan lakukan perencanaan investasi dengan tepat. Ingat, kita tidak tahu persis berapa lama kondisi ‘new normal’ ini akan bertahan.
Lebih Tenang Hadapi Pandemi
Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengutarakan, kondisi prihatin yang berdampak bagi sebagian besar industri saat ini mendorong kita untuk lebih tenang dan bijak dalam menghadapinya. Tentu kondisi finansial yang dimiliki setiap keluarga memiliki kondisi berbeda-beda hingga akhir pandemi nanti.
Untuk itu, kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan perlu tetap dibangun. Tetap produktif sebisa mungkin. Dan cerdas menangani keuangan pribadi adalah usaha terbaik yang dapat dilakukan saat ini.
Grant Thornton adalah salah satu organisasi global terkemuka yang menyediakan jasa audit, tax, dan advisory. Grant Thornton membantu berbagai organisasi yang dinamis membuka potensi mereka untuk berkembang dengan menyediakan konsultasi yang membantu untuk memajukan perusahaan-perusahaan.
Tim proaktif yang dipimpin oleh member firm di setiap negara menggunakan pengetahuan, wawasan, pengalaman dan insting untuk memahami isu-isu kompleks serta membantu menemukan solusi untuk perusahaan nasional dan multinasional, perusahaan terbuka, serta BUMD dan BUMN.
Lebih dari 50.000 tim Grant Thornton di lebih dari 135 negara, fokus untuk berkontribusi bagi klien, kolega dan masyarakat tempat kita berada. KAP Gani Sigiro & Handayani adalah member firm Grant Thornton di Indonesia.