Air kini menjadi komoditas yang sangat berharga dan dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup di dunia. Bahkan air telah menjadi komoditas yang lebih berharga dibanding emas.
Selama 10 tahun terakhir, indeks saham S&P 500 Global Water telah mengungguli saham-saham perusahaan emas dan berbasis energi.
Seperti dikutip dari CNN, hingga saat ini sepanjang planet bumi masih tertutup air. Namun hanya 2,5 persen yang masih segar, serta hanya sebagian saja yang bisa diminum langsung. Banyak lembaga global melaporkan umat manusia di dunia ini berada dalam krisis air.
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) menyebut air menjadi salah satu dari tiga faktor risiko global pada tahun ini. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengatakan, lebih dari 780 juta orang saat ini tidak memiliki akses terhadap sumber air minum, terutama di Afrika.
Kondisi itu juga dikeluhkan oleh perusahaan-perusahaan dengan komoditas utama air. Nestle, sebagai salah satu pemain itu mengatakan, air adalah bagian dari hak azasi manusia. Namun tentu saja, Nestle juga menjual 63 merek air di dunia ini.
Wall Street menyatakan banyak perusahaan yang kini mencatatkan saham di bursa AS dan memiliki bisnis utama berupa air. Kebanyakan perusahaan itu menjadi perusahaan yang layak menjadi investasi di masa mendatang.
Berdasarkan penelitian Bank of Amerika Merrill Lynch, air adalah bisnis yang mencapai US$ 600 miliar. Namun air juga diprediksi menjadi bisnis yang bernilai US$ 1 triliun dalam enam tahun mendatang.
Banyak perusahaan di masa mendatang akan mendapat keuntungan dari bisnis air dan segala sesuatu yang berkaitan dengan bisnis air. Merrill Lynch menyebut bisnis air secara global dibagi dalam empat kategori, yaitu bisnis pengolahan air, pengelolaan air, infrastruktur air, dan perusahaan energi yang ramah lingkungan, seperti menggunakan energi berupa air, tenaga surya dan panas bumi. Perusahaan-perusahaan seperti ini yang berpeluang meraih keuntungan besar di masa mendatang.
Potensi Konflik
Air di masa mendatang bisa menjadi komoditas menguntungkan. Namun air juga bisa menjadi sesuatu yang menimbulkan konflik.
Air, bersama dengan makanan dan pertanian akan menjadi pemicu konflik di masa mendatang karena semua makhluk hidup pasti memerlukan. Berdasarkan laporan dari Pacific Institute, kondisi ini telah memicu konflik di Afrika, Timur Tengah dan Asia.
Lembaga nirlaba itu telah mempelajari sumber daya di seluruh dunia. Mereka melaporkan masing-masing negara telah mengamankan air bersih bagi penduduknya.
Picu Krisis Pangan
Laporan World Economic Forum menyatakan, krisis air di masa mendatang juga akan memengaruhi pasokan pangan dan energi di seluruh dunia. Dalam 10-15 tahun ke depan, kondisi itu akan memicu krisis pangan global dengan kekurangan hingga 30 persen produksi sereal.
Pada saat yang sama, negara-negara di Asia dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berusaha mengakses air tawar lebih banyak lagi. Jika tidak mampu mengelola sumber daya air yang ada, bukan tidak mungkin permintaan negara-negara tersebut terhadap air akan semakin besar.
Laporan itu mengharapkan pemerintah mau berperan lebih mengelola sumber daya air yang dimiliki dan bisa dimanfaatkan warganya secara bijak. Pemerintah juga perlu strategi agar masyarakat mau menghemat air demi keberlangsungan di masa mendatang.