Sydeco Ciptakan SST-Archangel

Sydeco ciptakan SST-ARCHANGEL, terutama untuk pemilik toko dan toko daring (online). Dua sistem itu mampu menganalisa berbagai tipe serangan dan menyiapkan pertahanan serangan saat ini dan masa depan.

Ancaman Pencurian Data Daring

Semakin sering kamu online dengan internet, semakin berpeluang data pentingmu dicuri peretas (hacker). Kok bisa?

Saat ini, keamanan data menjadi isu penting bagi semua orang, apalagi kamu orang penting dan memiliki data-data penting, baik terkait pekerjaan ataupun data pribadi.

Bagaimana kalau bukan orang penting?

Anggap saja kita orang biasa. Namun, tentu saja memiliki data penting, kan? Misal kata kunci (password) akun media sosial, PIN ATM, hingga otorisasi PIN kartu kredit.

Terkini, lembaga riset Cambridge Analytica membongkar 50 juta pengguna Facebook di Eropa terkena retas demi memuluskan kampanye Presiden AS Donald Trump pada 2016.

Di Tanah Air, Bank Rakyat Indonesia (BRI) terkena pencurian data nasabah (skimming). Dana nasabah di BRI cabang Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur hilang mulai denominasi Rp 100 ribu hingga Rp 5 juta.

Jika tak ditangani serius, kasus ini bisa memicu ajakan nasabah untuk menarik uang dari bank (rush) dan akhirnya bisa meruntuhkan perekonomian.

Namun, Kepolisian segera bertindak bekerja sama dengan perbankan dan pihak terkait untuk mencegah hal yang sama kembali terulang.

Kejahatan Rambah Dunia Maya

Kasubdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya AKBP Roberto Pasaribu mengatakan, serangan siber marak di dunia maya dan merambah dunia nyata.

Sydeco Ciptakan SST-Archangel
Kasubdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya AKBP Roberto Pasaribu. Foto: Didik Purwanto

 

Saat ini, kasus yang marak muncul seperti sindikasi narkoba, penyelundupan orang, perdagangan orang, hingga urusan terorisme. Semua kejahatan tersebut bermula dari lengahnya masyarakat dalam memproteksi data pribadi.

“Bahkan kita di urutan kelima dunia terkait pencabulan anak. Sex tourism travelling yang melibatkan paedofil juga semakin marak,” kata Roberto saat diskusi Ancaman Cyber Attack dan Pentingnya Keamanan Data di EVHive DLabs, Jakarta, Kamis (22/3).

Serangan Siber

Roberto mengatakan, kasus serangan siber ini bisa bermula dari pengguna mengizinkan otorisasi perusahaan aplikasi untuk masuk ke perangkat kita dan mengetahui apa saja data penting di perangkat kita.

Misal, saat membuat akun media sosial Facebook, kita dengan sadar mengizinkan raksasa media sosial besutan Mark Zuckerberg itu mengakses kontak, foto, kegiatan, agenda, dan lainnya terkait aktivitas kita sehari-hari.

Bahkan kebiasaan kita sehari-hari bisa dipantau oleh media sosial tersebut. Dengan tanpa sadar pula, kita bisa memberikan kata kunci (password) akun media sosial tertentu ke orang lain, bahkan lebih parah mengirimkan PIN khusus melalui direct message dan lainnya. Inilah yang menjadi celah serangan siber di dunia maya.

Solusinya, gunakan media sosial secara aman dan benar. Jangan berikan data-data penting melalui akun media sosial.

Jangan pula update status di mana pun kita berada karena kita tidak akan pernah tahu jaringan kejahatan serangan siber bisa mengintai kita saat lengah.

“Saat kita unggah foto liburan di Eropa, ternyata peretas tahu rumah kita kosong, akhirnya dibobol, berikut data-data penting akun perbankan kita,” katanya.

Pencurian Data Pribadi

President Director PT Sydeco Patrick Houyoux mengatakan, banyak kasus pencurian dan pembobolan data, khususnya di media sosial, surat elektronik (e-mail), dan media penyimpanan seperti Dropbox.

“Keamanan di internet akan menjadi masalah yang sangat penting bagi keamanan transaksi keuangan dan perlindungan data secara umum,” kata Patrick.

Patrick Houyoux
President Director PT Sydeco Patrick Houyoux. Foto: Didik Purwanto

 

Menurut Patrick, serangan siber bisa menghabiskan biaya US$ 600 miliar setahun di seluruh dunia atau sekitar 0,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia.

Berdasarkan data NHS, layanan kesehatan publik Inggris menyatakan, pemerintah Rusia, Jerman, Filipina, dan Amerika Serikat kehilangan 21,5 juta data dan 5 juta sidik jari (fingerprint). Nah, loo..sidik jari saja bisa diretas.

Patrick bilang, serangan siber tidak hanya urusan kehilangan dokumen, tapi bisa berdampak kehilangan data, baik urusan pribadi atau urusan kantor. Siapa pun bisa menjadi korban.

Kalau sudah begini, bagaimana donk?

Anggaran Besar

Berdasarkan survei NTT Com Security pada 2016 pada 100 perusahaan di Prancis dan 1.000 perusahaan di dunia, serangan siber mampu menghabiskan anggaran 773 ribu euro (sekitar Rp 13,14 miliar) dalam 9 pekan.

Industri komputer dan teknologi juga melaporkan kerugian sekitar 2,5 juta euro (sekitar Rp 42,5 miliar) saat terkena serangan siber tersebut. Ke depan, industri ritel besar, transportasi, dan logistik diperkirakan mengalami kerugian serupa sekitar 950 ribu euro (sekitar Rp 16,15 miliar).

Sydeco Ciptakan SST-Archangel
President Director PT Sydeco Patrick Houyoux. Foto: Didik Purwanto

 

Riset UFC-Que Choisir menyatakan, setiap menit dua bank penerbit kartu kredit mengalami kecurangan (fraud) di internet. Pada 2010, mereka merugi 120 juta euro. Pada 2020 diperkirakan melonjak hingga 850 juta euro atau naik 33 persen dalam lima tahun.

Bagaimana itu bisa terjadi?
Sekitar 63 persen kartu kredit dirampas, naik 26 persen dalam 8 tahun. Sekitar 35 persen hilang atau dicuri, sisanya sekitar 2 persen kartunya palsu.

Apa yang bisa kita lakukan?

Sydeco Ciptakan SST-Archangel

PT Sydeco menciptakan Secure Systems of Transmission (SST) dan ARCHANGEL, terutama untuk pemilik toko dan toko daring (online). Dua sistem itu mampu menganalisa berbagai tipe serangan dan menyiapkan pertahanan serangan saat ini dan masa depan.

Sydeo ciptakan SST-Archangel ini dibesut praktisi IT asal Yogyakarta. Ini menjadi semacam satpam di komplek perumahan kita. Saat ada maling, tentu satpam inilah yang menjaga rumah dan harta kita.

Sydeco Ciptakan SST-Archangel
Secure Systems of Transmission (SST) dan ARCHANGEL dari PT Sydeco. Foto: Didik Purwanto

 

Archangel merupakan sebuah smart box yang berfungsi menyaring seluruh lalu lintas data yang akan masuk jaringan, baik melalui kabel atau nirkabel.

Setiap data yang diperkirakan jahat akan dicegah masuk. Archangel ini bisa ditaruh di rumah klien atau di penyedia jasa. Istilahnya, satpam bisa tinggal di rumah bersama pemilik atau tinggal di pos satpam begitu loh.

Kalau SST, sebuah sistem keamanan data yang memiliki dua agen cerdas di titik pengirim dan penerima. Fungsinya melindungi data, baik secara otomatis maupun on-demand.

Sydeco Ciptakan SST-Archangel

Agen pengirim akan mengubah data ke gelombang dan warna berbeda-beda bergantung isi data tersebut. Agen penerima akan mengubah kembali data ke bentuk awal.

Ketika terjadi pencegatan data atau pengiriman data ke tujuan yang salah, data secara otomatis akan hilang, SST bisa melindungi berbagai data, termasuk percakapan telepon. Nah loh..akhir-akhir ini kan memang rawan penyadapan.

Apakah sudah ada lembaga yang pernah memakai Archangel dan SST ini? Banyak kok, terutama lembaga organisasi besar, seperti Badan Zakat Nasional (BAZNAS).

Nah, sudah amankah data-datamu dilindungi? Jangan sampai kemalingan baru lapor ya..

Sydeco Ciptakan SST-Archangel
Polisi mengikuti diskusi serangan siber. Foto: Didik Purwanto

Tinggalkan komentar